Melestarikan Alam, Menjaga Budaya dan Merawat Mimpi Bersama ‘Lumpur Emas’ Di Sumba

You are here

Home / Melestarikan Alam, Menjaga Budaya dan Merawat Mimpi Bersama ‘Lumpur Emas’ Di Sumba

Melestarikan Alam, Menjaga Budaya dan Merawat Mimpi Bersama ‘Lumpur Emas’ Di Sumba

 “Lumpur emas di sumba” adalah tema yang diangkat dalam Diskusi hijau yang difasilitasi Yayasan BaKTI tanggal 10 Agustus 2017 lalu di aula Rumah Budaya, Sumba Barat Daya – NTT. Diskusi ini diadakan untuk berbagi praktik baik dan kisah sukses dari program GADING yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Energi. Lewat diskusi ini juga  menjadi ruang dialog antar mitra/grantee maupun peserta lainnya untuk saling berbagi pengalaman dan membangun sinergi dalam kegiatannya.

Diskusi Hijau dibuka oleh Asisten II Bidang Perekonomian Dan Pembangunan bapak Drs. Martinus Bulu ini, dan dihadiri oleh peserta dari berbagai elemen antara lain pemda, LSM lokal, komunitas, beberapa Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan, Media, pelaku bio-slurry dan beberapa lembaga mitra penerima hibah dari MCA Indonesia. Hadir sebagai narasumber, Ibu Arina Rupa Rada koordinator provinsi NTT dari Yayasan Rumah Energi serta bapak Lukas Dendo Ngara selaku penerima manfaat dari program GADING (Gathering and dissemination of information and green knowledge for a sustainable integrated farming workforce in Indonesia).

 

 

 

Pada diskusi ini, Ibu Arina memberikan pemaparan materi terkait bio-slurry yang diasumsikan telah menjadi ‘lumpur emas’ yang berada di sumba.  Yayasan Rumah Energi (YRE) sendiri merupakan bagian dari Konsorsium HiVOS yang mendapat hibah dari MCA Indonesia melalui Program GADING. YRE telah memberikan dampingan dan berbagai pelatihan kepada petani baik laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengelolaan bio-slurry, budidaya air tawar dan pengelolaan tanaman lemna sp. 

Selain merangkul tenaga kerja di bidang pertanian, program GADING ini bertujuan untuk melakukan penyebaran pengetahuan dan keterampilan kepada para praktisi, tenaga pengajar di bidang pertanian, dan badan pemerintah, dengan menyediakan kerangka kerja pembangunan ekonomi melalui peningkatan pengetahuan pada kegiatan-kegiatan ekonomi lokal yang selama ini sudah berjalan.   
Para penerima manfaat Program GADING  didorong untuk meningkatkan nilai guna bio-slurry yang didukung oleh keuangan mikro. Selain itu, pelaksanaan program akan berperan dalam mitigasi perubahan iklim dengan mengoptimalkan limbah sebagai energi terbarukan dan diperuntukkan untuk pertanian campuran.   

Bio-slurry yang tak lain adalah ampas biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Bio-slurry cair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak yang telah berfermentasi. Ini menjadikan bio-slurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya (pangan, hortikultura, perkebunan lemna dan perikanan  dan bidudaya cacing).  Beberapa manfaat yang didapatkan oleh palaku biogas adalah mendapatkan gas yang murah dan aman, menjadikan lingkungan bersih, sehat, tidak bau karena kotoran ternak langsung diolah, penghasil pupuk organik yang sangat bermanfaat, mempertahankan budaya beternak  karena kotoran ternak sangat dibutuhkan untuk pemanfaatkan biogas, dapat menjadi sumber penghasilan keluarga karena semakin banyak yang tertarik dengan pupuk organik dan hal ini merupakan sebuah peluang usaha baru.

 

 

Salah satu narasumber dalam diskusi hijau adalah penerima manfaat dari program gading yakni bapak Lukas Dendo Ngara. Beliau adalah Pegawai Negeri Sipil yang sehari-hari bekerja sebagai Guru Ekonomi di SMAN I Laura, Sumba Barat Daya. Bapak Lukas telah memiliki biogas bervolume 4 kubik sejak tahun 2015, yang dibangun oleh YRE lewat program Biogas Rumah (BIRU). Beliau juga telah mendapatkan 3 kali penguatan kapasitas dari YRE lewat program GADING sejak bulan April 2016 yaitu Pelatihan pakan ternak berbasis lemna sp, Pelatihan pengolahan bio-slurry padat dan cair serta Pelatihan pakan ikan.   

Hingga saat ini Bapak Lukas telah mengaplikasikan berbagai pelatihan yang diperolehnya terkait penggunaan bio-slurry untuk tanaman holtikultura serta memanfaatkan tanaman lemma sp sebagai pakan ternak yang dipeliharanya. Bahkan penggunaan bio-slurry dan pemanfaatan lemma sp telah memberikan dampak peningkatan ekonomi rumah tangganya yakni dengan menjual bio-slurry.  Yang menarik juga bahwa sekolah tempat beliau mengajar telah membeli bio-slurry padat dan cair dalam jumlah yang cukup besar untuk program penanaman tanaman hias di sekolah tersebut.  Apa yang dilakukan oleh Bapak Lukas ini diharapkan dapat menginspirasi para siswa dan guru sekolah menengah kejuruan di tempat lain untuk memanfaatkan bio-slurry dan lemma sp untuk peningkatan ekonomi rumah tangga.

Ketekunan dan keseriusan bapak Lukas Dendo Ngara terhadap dunia bio-slurry bukanlah tanpa alasan. Ada dua hal utama yang mendasari pilihan aktivitas beliau ini, yakni demi menjaga hubungan vertikal dan horisontal dalam kehidupannya. Hubungan vertikal yang dimaksud adalah hubungan yang berkaitan dengan pencipta semesta, dalam hal ini bapak Lukas ingin turut berperan untuk menjaga ciptaan Tuhan sebagai bentuk penghargaan dan hormat beliau terhadap pencipta. Bapak Lukas sendiri meyakini bahwa dengan penggunaan bio-slurry terhadap tanamannya berarti juga ia turut menjaga lingkungan dan alam. Sementara yang dimaksud dengan hubungan horisontal adalah hubungan yang berkaitan dengan jalinan antara sesama manusia. Dalam hal ini, pak Lukas berusaha untuk saling membantu perekonomian sesama dengan penggunaan biogas atau bio-slurry.

Sebagai seorang guru, pak Lukas tidak saja mengaplikasikan penggunaan bio-slurry di lahannya, beliau juga mengajarkan pada muridnya tentang peluang untuk peningkatan ekonomi. Bahkan beberapa materi terkait opportunity cost di kelasnya dihubungkan dengan peluang usaha berbasis biogas ini. Pak Lukas juga merekomendasikan pupuk bio-slurry untuk digunakan dalam aktivitas budidaya tanaman hias di sekolahnya. “Ketika menggunakan pupuk bio-slurry, hasilnya luar biasa” begitu kata bapak Lukas ketika menjelaskan tentang pemanfaatan pupuk organik untuk seolahnya yang dibeli oleh pihak sekolah dengan didanai oleh dana bos.

 

Ketertarikan terhadap biogas mulai nampak dari para peserta yang terlihat antusias untuk mengambil bagian dari diskusi ini. Ibu Yuliana dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa bahkan memberikan peluang untuk akses dana desa untuk penggunaan usaha biogas ini. Beliau menegaskan bahwa dana desa bisa diintervensi untuk keperluan ini mengingat usaha biogas memberikan keuntungan pada beberapa hal sekaligus, yakni menjaga lingkungan, meningkatkan ekonomi sekaligus mempertahankan budaya beternak masyarakat Sumba.  Pernyataan dari ibu Yuliana ini langsung disambut baik oleh aparat desa yang sempat hadir bersama, seperti desa Watu Kawula yang mengaku dulu pernah ada inisiatif untk membuat biogas namun tidak ada keberanjutannya lantaran ditinggalkan oleh yang mengurusnya, bahkan perwakilan desa Lega Lete meyakini bahwa di desanya kepala desa bisa menindaklanjuti pembuatan biogas karena ada pengadaan ternak babi dan ini sangat mendukung perkembangan biogas.

Hari makin siang dan diskusi makin hangat. Pemikiran-pemikiran terkait keberlanjutan pemanfaatan biogas yang bisa menghasilkan bioslury pun kian muncul. Hingga saat ini YRE seang mengusahakan izin untuk pupuk organik serta serial number namun menurut pater Mike Keraf selaku direktur dari YPK-Donders, tetap diperlukan adanya regulasi terkait pupuk kimia agar desa bisa membuat pupuk organik secara mandiri. Walau pun tetap saja harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan pupuk untuk masing-masing desa, baik kesamaan kualitas mapunun kuantitasnya. Bapak Markus yang merupakan guru SMK Iceha Ndaha menyepakati hal tersebut, bagaiman pun perlu adanya regulasi yang dibuat untuk kontrol terhadap pupuk kimia. Hal ini senada dengan penyampaian pak Stefanus Segu DRM MCAI untuk wilayah Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, beliau mengatakan  perlu adanya lembaga yang legal atau regulasi yang bisa menjadikan kelompok tertentu  supplier untuk pupuk organik. Adanya standar yang bisa diakui dalam penggunaannya karena pupuk kimia akan terus didatangkan jika stok pupuk organik belum mencukupi kebutuhan petani di sumba karena itu perlu banyak pelaku pembuat bio-slurry.

 

Beberapa instansi atau pengguna hadir dalam diskusi itu. Diantaranya adalah romo Yustinus G. Kedi, Pr dari Seminari Sinar Buana. Seminari tersebut adalah sekolah berbasis lingkungan yang memberdayakan anak-anak untuk kesadaran penuh pada lingkungan dan  membentuk karakter atau mental untuk mencintai lingkungan. Di seminari tersebut pula sudah dipasang reaktor biogas. Bukan hanya sekolah, tapi panti asuhan yang dibina ibu Agnes Milla, panti asuhan Hati Nurani pun sudah menggunakan biogas dan memanfaatkan bio-slurry untuk tanaman di kebun panti asuhan.  Bahkan ibu Agnes pun membuka peluang jika ada yang membutuhkan penjelasan dasar terkait biogas beliau bisa membantu menunjukkan reaktornya di panti asuhan karena beliau dan beberapa anak asuhannya sudah bisa menjelaskan tentang biogas.

Peluang belajar yang terbuka itu disambut baik oleh beberapa peserta. Seorang guru dari SMA St Alfonsus, pak Hermanus pun tertarik untuk belajar dan menjalin komunikasi dengan YRE ataupun pelaku-pelaku biogas lainnya. Menurutnya, pupuk bio-slurry tentu akan sangat bermanfaat untuk program penghijauan yang ada di sekolahnya.

Geliat optimisme peserta terhadap bio-slurry sebagai pupuk organik yang ramah ligkungan terlihat dari antusias peserta yang ingin juga memasang reaktor biogas, entah itu di rumah atau pun instansi tempat mereka mengabdi. Bagaimana pun juga masih banyak hal yang dibutuhkan seperti kesiapan produksi, kesiapan bahan baku, keadaan pasar, peta pasar, mekanisme pemasaran serta perlu adanya kesamaan standar mutu untuk setiap pelaku biogas.  Untuk itu YRE tentu saja siap untuk mendampingi setiap niat baik tersebut, dan para pelaku biogas atau pun beberapa inspirator yang telah lebih dahulu menggunakan biogas pun siap untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka.
Dengan adanya reaktor biogas, budaya beternak yang sudah ada di sumba sejak jaman dahulu bisa tetap dipertahankan. Pupuk organik bio-slurry yang ramah lingkungan pun membuat kita terlibat dalam melestarikan alam. Mempertahankan budaya dan melestarikan alam adalah bagian dari menjaga sumba. Itu adalah mimpi besar, dan untuk merawat mimpi itu, kita semua perlu terlibat di dalamnya. **

Contact
Share This: