Studi Banding Usaha Karet Rakyat
Karet merupakan komoditi utama masyarakat Nagari Taratak Tangah Lumpo, selain padi sawah. Tanaman karet telah dibudidayakan di daerah ini semenjak awal tahun 1960-an. Walau punya sejarah panjang dengan tanaman karet, tetapi pengetahuan masyarakat mengenai komoditi ini masih rendah, baik pada sisi on farm maupun off farm.
Di kebun-kebun karet masyarakat, masih dapat dijumpai sisa karet yang ditanam pada di awal 1960-an dengan kondisi jarak tanam tidak teratur dalam hamparan kebun campur. Mayoritas tanaman karet yang berproduksi saat ini berasal dari bibit cabutan. Penanganan pasca panen terhadap bahan olah karet pun terkesan masih serampangan. Pupuk TSP atau air accu lazim digunakan sebagai bahan membekukan latek menjadi bahan olahan karet (bokar). Tidak hanya itu, memasukan tatal, kotoran, menambah air juga sering dilakukan masyarakat untuk menambah berat bokar. Pemahaman inilah yang diakomodir masyarakat, tidak terkecuali para toke (pedagang) disana.
Bertujuan meningkatkan pemahaman petani karet khususnya dalam hal budidaya, produksi lateks, pasca panen hingga proses pemasaran pada 13-15 Februari 2017 lalu SSS Pundi Sumatera melalui dukungan MCA-Indonesia memfasilitasi 18 orang perwakilan dari kelompok Tani Rasau Kp. Bukik Parik, Kenagarian Taratak Tangah Lumpo, Kec. IV Jurai, Kab. Pesisir Selatan untuk study banding ke Propinsi Jambi dengan pertimbangan propinsi ini cukup mewakili kegiatan on farm, off farm maupun pemasaran kolektifnya, disamping secara jarak lebih mudah dijangkau oleh peserta.
Delapan belas peserta study banding yang 11 diantaranya merupakan petani-petani perempuan ini, mengawali kunjungan ke Desa Pondok Meja Kec. Mestong, Kab. Muaro Jambi. Tujuan perjalanan adalah menemui Bapak Kliwon, ketua kelompok tani yang sudah mampu mengembangkan pembibitan karet unggul. Dalam kunjungan ini, peserta study banding langsung diajak untuk belajar cara menyadap karet yang benar, cara melakukan pembibitan dengan okulasi untuk dijadikan bibit unggul serta tips-tips dari Bapak Kliwon untuk perawatan tanaman karet agar dapat menghasilkan getah yang banyak termasuk menjaga tanaman berumur panjang.
“menyadap karet sebaiknya dilakukan cukup 2 kali dalam satu minggunya; sama halnya seperti mahluk hidup lain, tanaman juga butuh libur, butuh istirahat agar produksi getah juga maksimal dan jangan sekali-kali mengunakan bahan perangsang getah, karena sejatinya itu justru memperpendek umur tanaman”, sekelumit penjelasan Bapak Kliwon pada peserta study banding.
Kunjungan lain adalah ke Desa Muhajirin Kec. Jambi Luar Kota, Kab. Muaro Jambi untuk bertemu dengan Bapak Sujito. Salah seorang petani yang telah berhasil membuat olahan karet menjadi beberapa souvenir dan sarung tangan. Peserta diajak melihat bagaimana proses pengawetan getah karet, pembuatan sarung tangan termasuk sekilas informasi tentang pengoperasian mesin creeper mini. Bapak Sujito mengajak peserta study banding untuk juga secara kreatif memikirkan bentuk-bentuk pengolahan getah, dan tidak terpaku dengan menjual getah karet pada toke (pedagang) saja. Justru karet olahan seperti dalam bentuk souvenir dan sarung tangan seperti yang ia usahakan, jauh bernilai ekonomi dibanding harga penjualan karet mentah hasil sadapan. Kunjungan ke Bapak Sujito ini seperti memberikan inspirasi dan semangat baru ke para peserta, pengetahuan dan trobosan yang sama sekali belum pernah mereka fikirkan sebelumnya.
SSS Pundi Sumatera juga memfasilitasi anggota kelompok tani ini untuk berkunjung ke PT. Djambi Waras, anak perusahaan dari Kirana Megatara (KM) Group yang merupakan produsen sekaligus eksportir terbesar karet remah di Indonesia. Di lokasi ini peserta di temui Pak Raden staf unit pembinaan petani karet yang memaparkan tentang apa sesungguhnya yang dibeli oleh pabrik, dan seperti apa karet yang memenuhi standard. Pabrik membeli Kadar Karet Kering (KKK) bukan berat kotor bokar, sehingga kotoran dan kadar air sama sekali tidak menentukan harga. “hanya asam semut dan deorub lah yang dibenarkan PT. Djambi Waras sebagai bahan pembeku latek; tidak yang lainnya”, Pak Raden menegaskan dalam presentasinya.
PT. Djami Waras juga menyampaikan peluang bagi petani karet untuk dapat bekerjasama dengan pabrik apabila petani karet rakyat ini mampu memenuhi standard kualitas karet yang dibutuhkan. Tertarik dan antusias untuk memperbaiki teknik memproduksi bokarnya, secara kolektif peserta study banding langsung mengambil inisiatif patungan dana guna membeli deorub sebanyak 25 liter; karena bahan ini dapat menghasilkan bokar yang relative tidak berbau sebagaimana penjelasan Pak Raden dan hal itu diamini juga oleh Pak Sujito.
Perjalanan study banding ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru pada masyarakat, namun juga menghasikan satu komitmen bersama untuk mendirikan koperasi sebagai lembaga yang akan memfasilitasi perdagangan karet termasuk penyedia kebutuhan produksi bokar bagi masyarakat Taratak Tangah Lumpo Kab. Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Tiga lokasi kunjungan betul-betul melahirkan pembelajaran bagi peserta study banding. Konsep perjalanan yang diatur agar peserta juga dapat live in di rumah para narasumber membuat proses belajar dan penggalian informasi juga menjadi lebih optimal. Nyatanya diskusi tanya jawab tidak hanya berlangsung di lokasi kebun, pabrik atau lokasi industry yang ada; melainkan dapat berlangsung secara informal ketika acara minum kopi, selepas makan dan sepanjang perjalanan.
Dua hari belajar merupakan waktu yang sangat singkat, namun semua peserta study banding pulang dengan membawa kesan tersendiri. Semoga pengetahuan yang didapat ini bisa menjadi menjadi bekal untuk pengembangan dan peningkatan kualitas produksi karet rakyat yang diusahakan masyarakat Taratak Tangah Lumpo, Kab. Pesisir Selatan, Sumatera Barat. (dyw)
Sumber: http://sss.or.id/?v=news&id=113