Ekowisata Desa Mondu : Jual Pengalamannya, Jangan Jual Lahannya

You are here

Home / Ekowisata Desa Mondu : Jual Pengalamannya, Jangan Jual Lahannya

Ekowisata Desa Mondu : Jual Pengalamannya, Jangan Jual Lahannya

Program Pengelolaan Pengetahuan Tata Kelola Sumberdaya Pesisir Rendah Emisi di Nusa Tenggara Barat(NTB) dan Nusa Tenggara Timur(NTT), merupakan program yang dilaksanakan oleh Blue Carbon Consortium  (BCC) atas dukungan MCA-Indonesia. Tujuan proyek ini adalah untuk meningkatkan pengelolaan pengetahuan dan praktik cerdas dalam mendukung integrasi strategi-strategi pembangunan rendah emisi dalam pengelolaan, perencanaan dan praktek-praktek tata kelola sumberdaya pesisir. Proyek ini akan membantu Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menjawab tantangan pada manajemen pengetahuan di NTB dan NTT terutama pada isu-isu pembangunan rendah emisi.

BCC terdiri dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor (PKSPL – IPB), Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) serta Pelatihan dan Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (TRANSFORM).

Untuk mendukung pencapaian tujuan program, maka program ini akan menggunakan dan berbagi pengetahuan pengelolaan dan penggunaan sumberdaya pesisir rendah emisi melalui demonstrasi plot untuk dikelola oleh kelompok mayarakat desa/lembaga lokal. Demoplot akan mencakup kegiatan yang membahas praktik-praktik perikanan berkelanjutan dan pengelolaan pesisir rendah emisi seperti budidaya rumput laut, perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang/hutan mangrove, ekowisata, pengembangan usaha garam rebus, pengembangan usaha perikanan skala kecil, dan lain-lain yang mendukung pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi.

 

Berdasarkan hasil kajian (KAP: Knowledge, Attitute and Practices  survey) yang telah dilaksanakan, potensi utama yang dimiliki Desa Mondu, Kecamatan Kanatang - Sumba Timur adalah pengembangan ekowisata. Pembangunan ekowisata/kepariwisataan memerlukan dukungan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Masyarakat adalah salah satu unsur penting pemangku kepentingan untuk bersama-sama dengan Pemerintah dan kalangan usaha/ swasta bersinergi melaksanakan dan mendukung pembangunan kepariwisataan. Oleh karena itu pembangunan kepariwisataan harus memperhatikan posisi, potensi dan peran masyarakat baik sebagai subjek atau pelaku maupun penerima manfaat pengembangan, karena dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan kepariwisataan.

Guna mendukung pengembangan ekowisata di Desa Mondu, telah dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan dilakukan pelatihan-pelatihan dasar untuk meningkatkan kapasitas pengurus Pokdarwis dalam mengelola potensi wisata di Desa Mondu, antara lain  pelatihan tentang peran dan tugas pokok serta fungsi Pokdarwis, Pelatihan Desain Tapak Ekowisata, Pengenalan Sadar Wisata dan Sapta Pesona.

 

 

Sebagai lanjutan dari kegiatan peningkatan kapasitas Pokdarwis, BCC pada tanggal 22-23 Februari 2017 kembali melakukan kegiatan Pelatihan “Pembuatan Paket Ekowisata POKDARWIS Prai Liangu - Desa Mondu, Kec. Kanatang, Kab. Sumba Timur” di Aula Kantor Desa Mondu, yang diikuti oleh sekitar 45 peserta dari unsur Pokdarwis, aparat desa dan tim BCC sendiri.  Kegiatan yang difasilitasi oleh Bapak Sonny Rozali dari YAPEKA selama dua hari ini diisi dengan pemberian materi tentang mengenal ekowisata dan prinsip ekowisata, latihan membuat paket ekowisata yang baik serta ada simulasi identifikasi potensi ekowisata di Desa Mondu dan atraksi yang dapat dikembangkan.

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Orang yang melakukan wisata disebut wisatawan. Sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah daerah dan pengusaha.

Pariwisata berperan sebagai kendaran untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai penyediaan lapangan pekerjaan. Sekaligus sebagai kendaraan yang efektif untuk konservasi sumber daya alam, peninggalan sejarah dan nilai pengetahuan tradisional masyarakat. Selain itu pariwisata berperan juga sebagai penghasil devisa, penyedia lapangan kerja, penggerak ekonomi kerakyatan, pemersatu bangsa, sarana konservasi sumber daya alam dan sarana pengembangan kesenian serta budaya daerah.

 

Dalam perkembangannya, tidak disangkali bahwa akhirnya muncul aktifitas destruktif oleh manusia dalam pariwisata, misalnya ekstraksi sumber daya alam, rendahnya kesadaran manusia menjaga lingkungan (membuang sampah di sembarang tempat di lokasi wisata). Hal inilah yang kemudian menjadi titik balik untuk merubah interaksi pariwisata ke arah positif atau bagaimana menyeimbangkan antara upaya-upaya konservasi dengan kegiatan-kegiatan peningkatan ekonomi sehingga muncullah ekowisata.

Secara konseptual ekowisata diartikan sebagai pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian linkungan (alan dan budaya) serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Sedangkan dalam konteks pengelolaan ekowisata diartikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab, di tempat-tempat alami, yang secara ekonomi berkelanjutan dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setempat dari generasi ke generasi serta mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya).

Ada 5 prinsip pengembangan ekowisata, yaitu : Prinsip Konservasi: memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian alam serta pembangunan harus mengikuti kaidah ekologis; Prinsip Partisipasi Masyarakat : menjadikan masyarakat sebagai subyek dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi secara partisipatif; Prinsip Ekonomi : memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat setempat, pengembang dan pemerintah secara berkelanjutan; Prinsip Pendidikan: meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat, dan para pihak serta Prinsip Wisata: menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta pengalaman bagi pengunjung.
Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat membutuhkan waktu karena merupakan hal yang masih baru bagi msayarakat pedesaan juga memerlukan usaha yang banyak untuk melatih, mengorganisir serta meningkatkan kapasitas pariwisata. Usaha jasa wisata masyarakat memerlukan bantuan pendanaan pada tingkat permulaan yang dapat disiasati dengan gotong royong, disamping itu diperlukan kesiapan infrastruktur menuju kawasan wisata serta menentukan strategi dan penerapan pemasarannya.

    Produk wisata adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan, dapat berupa kegiatan, fasilitas wisata, infrastruktur dan daya tarik wisata. Macam-macam produk wisata yang ada disekitar kita misalnya akomodasi, paket wisata, jasa makanan, program/aktifitas, atraksi wisata, cinderamata, jasa transportasi dan penyewaan peralatan. Komersialisasi produk pariwisata masyarakat desa dapat tercapai melalui asistensi teknis atau pendampingan pihak luar yang dilakukan secara bertahap. Dalam membuat produk wisata, setidaknya ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti bagaimana membuat wisatawan tinggal lebih lama, bagaimana membuat wisatawan berbelanja lebih banyak, bagaimana membuat wisatawan mengenal lebih banyak tentang destinasi dan objek lainnya.

Ada beberapa tahapan dalam membuat produk wisata, mulai dari tahap identifikasi (pasar, potensi dan mitra), menetukan tema, mendesain produk (dengan memperhatikan kegiatan, waktu, fasilitas, peralatan, harga, dan lain-lain), menguji dan menyempurnakan, menwarkan produk sampai membangun kerjasama dengan mitra. Perlu dipadukan dengan baik antara potensi dan pasar yang ada, contohnya jika disuatu tempat terdapat pantai berpasir putih maka aktifitas yang bisa dilakukan disana adalah berenang dan bermain pasir dengan kelompok sasaran seperti wisatawan lokal, nusantara, remaja, keluarga dari kalangan menengah kebawah.

Produk wisata yang menarik haruslah memiliki unique selling point (misalnya kelangkaan, keaslian dan keindahan), bisa menentukan mana atraksi utama dan mana atraksi penunjang tergantung target wisatawannya, memperhatikan ritme dan emosi (waktu terbaik, urutan kegiatan dan cara pencapaian). Dalam pariwisata yang dibeli adalah pengalaman bukan produk sehingga para pelaku wisata dituntut untuk menjadi interaktif dan kreatif, tidak pasif saja. Ada 6 komponen produk pariwisata yaitu daya tarik wisata, aksesbilitas, kegiatan, penyedian barang dan pelayanan pendukung, tenaga penyaji pelayanan yang berkualitas serta penjualan dan promosi.
Khusus untuk produk ekowisata, ada 3 prinsip utama yang harus diperhatikan yaitu ramah kepada lingkungan dengan cara misalnya meminimalkan polusi, hemat energi dan air, perilaku tidak merusak dan melakukan upaya pelestarian alam serta keanekaragaman hayati; berpihak kepada masyarakat dengan cara melestarikan budaya lokal, memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mendapatkan manfaat serta memberikan peluang untuk partisipasi;  dan ramah kepada wisatawan dengan memegang prinsip-prinsip seperti kebersihan, keamanan, kenyamanan, keramahan dan edukasi.

Lalu apa itu paket wisata? Paket wisata adalah kombinasi beberapa elemen perjalanan/ wisata seperti akomodasi, makanan, atraksi atau transportasi dalam suatu kegitan. Kelebihan paket wisata terletak pada harga yang ditawarkan dan kepuasan pelanggan. Paket wisata dapat dibuat dalam suatu daerah tujuan wisata atau lebih luas lagi dalam satu propinsi, pulau atau negara.

 

 

Dalam pelatihan ini, peserta diberikan kesempatan untuk belajar membuat paket wisata berdasarkan potensi yang telah didentifikasi. Salah satu kelompok misalnya menyampaikan bahwa untuk paket wisata 2 hari 1 malam jika berkunjung ke Desa Mondu ada beberapa aktifitas yang bisa dilakukan mulai dari penjemputan di bandara, penyambutan dengan tarian tradisonal di gapura desa, berkunjung ke pusat informasi untuk mendapatkan penjelasan tentang rute perjalanan maupun aturan-aturan  khusus untuk masuk ke tempat tertentu, berkunjung ke kampung adat Prainatang, berkunjung ke pantai Mauheku dan Kapihak, melihat pembuatan tenun ikat (boleh ikut belajar membuat jika tertarik), berkunjung ke objek wisata batu Watu Dengir, melihat penjinakan kuda dipantai, melihat pembuatan kerajinan patung ukir dan anyaman, berkunjung ke pasar tradisional, pada bulan tertentu bisa melihat ritual adat seperti Mangejing ataupun penguburan orang mati yang masih memeluk Marapu dan masih banyak lagi.

 

Apapun yang sudah dilakukan dalam aktifitas pengelolaan wilayah pesisir yang rendah emisi di Desa Mondu, setidaknya dari interaksi dalam kelas pelatihan ini telah terlihat bahwa warga Mondu sendiri mau belajar untuk melihat segala sesuatu tidak dari kacamata sendiri tetapi dari kacamata pendatang/ wisatawan. Dengan demikian ada banyak hal biasa menurut kita yag sebenarnya justru luar biasa ketika dilihat oleh pihak lain dan ini menjadi sesuatu yang bisa “dijual”. “Hal yang perlu diingat adalah bahwa pariwisata maupun ekowisata adalah untuk melestarikan adat istiadat/kearifan lokal yang ada. Ini memang salah satu bentuk dari kegiatan ekonomi alternatif tetapi tidak boleh vulgar sampai harus menjual kebudayaan kita sendiri dan nilai-nilainya. Dalam ekowisata ada 3 pilar, ada bisnis, ada masyarakat dan ada lingkungan. Ketiga ini harus berjalan seiring dan tidak boleh ada yang dikorbankan. Yang kita jual adalah pengalamannya bukan lahan, rumah adat atau apapun aset desa  dan masyarakat adat disini” demikian pesan penting Pak Sonny Razali dalam pelatihan ini.

Usai kegiatan ini, menurut Bapak Prianto Wibowo selaku Project Manager BCC masih ada beberapa penguatan kapasitas yang akan diberikan pada Pokdarwis Prailiangu Desa Mondu ini, yakni Pelatihan Pengelolaan Ekowisata, Pelatihan Pemandu dan Pelatihan Pemasaran Paket Wisata. Selamat bekerja teman-teman Pokdarwis, BCC dan semua masyarakat Mondu, selamat terus menjaga kelestarian bumi Marapu dan keindahannya bagi anak cucu kita.


  

Contact
Share This: