Pelatihan Hospitality dan Kuliner Bagi Enam Desa Persiapan Ekowisata
Lombok tahun 2015, mendapatkan Dua penghargaan di ajang World Halal Travel Awards (WHTA) dalam dua kategori yakni World Best Halal Honeymoon Destination dan World Best Halal Tourism Destination. Pemberian penghargaan ini bukan hanya karena jumlah muslim yang mayoritas, tetapi juga karena beberapa hal yang dinilai layak menjadi objek wisata halal. Lombok sendiri dikenal sebagai julukan Pulau Seribu Masjid yang memudahkan traveler Muslim menjangkau tempat-tempat ibadah. Selain itu, Pulau Lombok juga menyimpan kekayaan alam yang tidak kunjung habis untuk dibahas baik destinasi pantai maupun pegunungannya yang indah beserta kekayaan budaya dengan berbagai atraksi yang disuguhkan bagi wisatawan.
Beranjak dari ditetapkannya Lombok sebagai salah satu daerah tujuan wisata, ini sangat membuka peluang bagi berbagai pihak. Melihat hal ini sebagai peluang guna meningkatkan pelestarian lingkungan dengan mengedepankan peningkatan pendapatan masyarakat, Rimbawan Muda Indonesia (RMI) bersama Gema Alam menginisiasi sebuah program dengan konsep wisata ramah lingkungan (ekowisata) yang mengedepankan peran masyarakat. Tema dari program tersebut adalah “Penguatan Inisiasi Ekowisata Berbasis Masyarakat yang Adil dan Berkelanjutan sebagai Sumber Penghasilan Alternatif Perempuan Menuju Kemandirian Ekonomi Rendah Karbon dan Perubahan Kualitas Hidup Perempuan di Lombok Timur”. Program ekowisata tersebut adalah wujud pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan tujuan pelestarian lingkungan dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaannya terutama kaum perempuan sehingga memberikan dampak dalam hal ekonomi.
Peningkatan ekonomi masyarakat merupakan tujuan utama dalam pembangunan konsep ekowisata yang ada di Lombok Timur. Selain peningkatan ekonomi, masyarakat sebagai penyelenggara juga memiliki kewajiban penuh dalam menjaga kelestarian lingkungannya, baik alam maupun budayanya sendiri.
Program ekowisata yang diinisiasi oleh RMI dan Gema Alam kini sudah dalam tahap persiapan –yang merupakan tindak lanjut dari komitmen yang terbangun sejak awal- seperti memberikan pelatihan hospitality dan culinary, menyiapkan tempat penginapan (homestay), dan menyiapkan kuliner khas yang ada di 6 desa target program yaitu Suela, Sapit, Mekarsari, Beririjarak, Pringgasela Timur dan Jurit Baru.
Pelatihan tersebut diadakan selama dua hari di Kantor Desa Beririjarak pada 1 April 2017. Dalam sesi pembukaannya, Sekjen For Bongkot (Forum Batur Bongkot) diberikan kesempatan memberikan sambutan. Sekjen For Bongkot menyampaikan beberapa hal termasuk bagaimana berekowisata dengan cara mengedepankan masyarakat. Berbeda dengan pariwisata konvensional yang dikenal hanya menguntungkan segelintir orang dengan mengekploitasi keindahan alam tanpa memikirkan langkah kedepan untuk keberlanjutannya, program ekowisata ini lebih mengutamakan peran masyarakat dalam mengelola sumber daya alam dan budayanya untuk dijadikan daya tarik dalam berwisata.
Pembahasan utama pelatihan tersebut adalah mengenal tata cara pengembangan homestay. Homestay menjadi prioritas dalam berekowisata, karena ekowisata bersentuhan langsung dengan sosial kemasyarakatan yang ada di suatu wilayah tempat ekowisata digalakkan. Menjadikan rumah penduduk sebagai tempat menginap atau homestay merupakan wujud dalam peningkatan pendapatan masyarakat serta memberikan pembelajaran tentang budaya dan konservasi kepada wisatawan dengan masyarakat sebagai pemandu. Ini menunjukkan bahwa masyarakat lah yang menjadi basis utama dalam menjalankan konsep ini.
Pelatihan tersebut juga membantu masyarakat untuk bekerja profesional dan etis dalam lingkungan dan pelayanan usaha ekowisata. Peserta akan dapat menjaga pelanggan melalui pelayanan sempurna yang berkualitas, seperti memberikan pelayanan prima melalui sikap baik dan etika yang sempurna, menerima dan memuaskan harapan pelanggan, dan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan yang patuh pada kode etik pelayanan, hingga akhirnya mampu memberikan pelayanan unggul. Selama pelatihan, narasumber memberikan gambaran apa saja yang semestinya dilakukan dan disiapkan menuju ekowisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan standar pelayanan.
Tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk memahami pengetahuan dasar dalam pelayanan dan akomodasi (hospitality), dan meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan ketersediaan pangan lokal sebagai bahan utama penyediaan kuliner dalam ekowisata berbasis masyarakat.
Setelah menjalani serangkaian kegiatan pelatihan selama dua hari berturut-turut para peserta dibawa berkunjung ke lokasi ekowisata kampung Kerujuk yang ada di Dusun Kerujuk, Desa Pemenang Barat Lombok Utara. Kegiatan kunjungan atau studi banding bertujuan untuk memperkenalkan cara pengelolaan ekowisata yang berbasis masyarakat.
Harapan awal terbentuknya konsep ekowisata berbasis masyarakat adalah dapat terciptanya peluang kerja bagi masyarakat yang ada di kawasan ekowisata, mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan pendapatan masyarakat lewat aktivitas semisal penyewaan homestay, serta menjual kerajinan dan makanan khas. Tidak sebatas itu, sumber pekerjaan akan menjadi lebih banyak lagi jika ekowisata yang digalakkan berjalan sesuai harapan.
Keenam desa yang menjadi target program ini diharapkan memberikan dampak positif bagi lingkungan/pelestarian lingkungan dan bagaimana menjaga adat istiadat (budaya) setempat. Sehingga keenam desa ini mempunyai jati diri dan ciri khas masing-masing yang dapat ditawarkan bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.