Menata Kelompok, Menata Ekonomi

You are here

Home / Menata Kelompok, Menata Ekonomi

Menata Kelompok, Menata Ekonomi

Suasana pagi yang cerah menyambut kami di Desa Bilelando, tambak garam atau yang sering disebut warga setempat sebagai sawah garam tampak membentang luas begitu kami memasuki desa tersebut. Berdasarkan data Desa, luas sawah garam di Desa Bilelando mencapai 27 hektare. Tidak ada pepohonan di sekitar tambak atau dijalan setapak menuju tambak, jadi tidak mengherankan jika udara terasa cukup panas, meski hari belum beranjak siang. Kami tiba terlau cepat, peserta belum ada yang hadir. Hanya ada Pak Bandi dan dua orang lainnya yang sedang menyiapkan ruang pertemuan. Obrolan pun mengalir diantara kami, mulai dari saling bertanya kabar hingga berbagai tantangan yang dihadapi koperasi. “Aduh mbak, Kalau nggak kuat dukungan dari teman-teman Pancakarsa dan Annisa, koperasi ini mungkin tinggal kenangan”. Ungkap Pak Bandi seraya terus memperbaiki saklar mesin air di sekretariat Koperasi Berkah Maju sembari menunggu peserta pelatihan datang. Menurut Pak Bandi koperasi yang diketuainya ini sangat membutuhkan dukungan. Terutama manajemen kelompok, administrasi dan keuangan. “Harapannya kan, melalui koperasi ini kita memiliki wadah yang lebih kuat dan tertata untuk dapat mengakses sumber-sumber ekonomi yang memungkinkan bagi kami, sehingga ekonomi kelompok lebih baik”. Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu Misnur SN, yang akrab di panggil Bu Mis, beliau Koordinator lapangan untuk Kabupaten Lombok Tengah. Beliau menyampaikan bahwa penguatan koperasi dan kelompok sangat penting, baik dari sisi manajemen keuangan, administrasi dan pemasaran. Terlebih lagi saat ini untuk mendapatkan  bantuan dn binaan dari pemerintah adanya kelompok atau lembaga seperti koperasi ini menjadi syarat utama.


Namun demikian Perkumpulan Pancakarsaa dan KSU Annisa tidak hanya diam menunggu bantuan pemerintah datang. Mereka memfasilitasi dan berusaha mencari jaringan pemasaran garam milik warga Bilelando. Hasilnya, kini Koperasi Berkah Maju telah menandatangani MoU dengan Korpri (Korps Pegawai Negeri) Kabupaten Lombok Tengah untuk memasok garam sebanyak 10 Ton setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan garam PNS di lingkup Kabupaten Lombok Tengah. Jika kita konversi ke Rupiah, nilai transaksi tersebut mencapai 50 Juta Rupiah setiah bulannya, terhitung sejak Januari 2017. Ini tentu suatu peluang bagi Koperasi untuk terus memperluas jaringan pasar. “Bahkan, setelah kita presentasi di depan Dubes Amerika pekan lalu, Pak Gubernur berharap kita juga bisa pasok garam untuk disalurkan bersama Beras Kesejahteraan ke penduduk kurang mampu di NTB. Selain itu, Lombok Utara dan Lombok Barat juga minta” ungkap Ibu Mis bersemangat. Sayangnya, permintaaan pasar yang begitu besar tidak sebanding dengan produksi yang dihasilkan dari sawah garam yang saat ini hanya mencapai 65 Ton Per hektar setiap tahunnya. Jumlah tersebut masih dalam bentuk garam Krosok, belum dilakukan perebusan dan iodisasi. Saat ini, produsen-produsen garam di Bilelando hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan garam di Kabupaten Lombok Tengah. Sisanya, dipenuhi dengan membeli garam dari Kabupaten Lombok Timur yang produksi dan teknis pengolahannya lebih baik. Adanya permintaan dari provinsi dan beberapa kabupaten lainnya telah membuka jaringan pasar dan kerjasama antar kabupaten penghasil garam yang notabene hanya terdapat di dua kabupaten saja di Pulau Lombok. Yaitu Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur.


Satu per satu peserta pelatihan pun tiba, jam menunjukkan pukul 10 pagi. Meski pun sedikit molor dari jadwal sehingga kegiatan pelatihan Manajemen Administrasi dan Keuangan bagi Kelompok dan Koperasi harus segera dimulai. Setelah dibuka oleh Ibu Mis kegiatan diserahkan kepada fasilitator. Pelatihan ini diikuti oleh 21 peserta yang terdiri dari pengurus kelompok, pengurus koperasi dan pengawas koperasi. Pelatihan ini memiliki beberapa bertujuan, pertama untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan administrasi keuangan kelompok. Kedua, memberikan informasi apa saja perangkat atau jenis administrasi di kelompok dan di koperasi. Ketiga, meningkatkan kemampuan pengurus kelompok dan pengurus koperasi melakukan administrasi keuangan dengan baik dan benar, serta menumbuhkan kemauan pengurus untuk melakukan administrasi keuangan.

Di Desa Bilelando, Perkumpulan Pancakarsa dan KSU Annisa memberikan dampingan dan binaan ke 12 kelompok yang tersendiri dari 9 Kelompok petani garam perempuan (tambak garam) dengan total anggota sebanyak 90 orang dan 3 Kelompok perebus dengan total anggota 40 orang. Nama-nama kelompok tersebut adalah Kelompok Tarik Angen, Kelompok Pade Angen, Kelompok Kembang Komak, Kelompok Kembang Sie, Kelompok Sabuk Anteng, Kelompok Kali Asem, Kelompok Manis Mateng, Kelompok Sri Kandi Maju, Kelompok Geger Girang, Kelompok Perebus Maju, Kelompok Perebus Mutiara Asin, dan Kelompok Perebus Sinar Hidup. Selain dua belas kelompok tersebut terdapat juga satu kelompok pengemas yang beranggotakan 10 orang dan satu kelompok penjual limbah yang beranggotakan 27 orang. Namun kedua kelompok tersebut tidak mengikuti pelatihan karena belum ada aktivitas keuangan. Garam merupakan komoditi yang unik mulai dari garam krosook hingga limbahnya pun masih memiliki nilai ekonomi. Limbah tersebut berupa air sisa perebusan atau tetesan air perebusan yang dipergunakn untuk produksi tahu. Selain itu, sisa sekam untuk pembakaran pada perebusan dijual sebagai media untuk penimbunan dan pembuatan telur asin.


Koperasi Berkah Maju ini dibentuk pada tahun 2014. Beberapa aktivitas koperasi adalah pengolahan, packaging/pengemasan, dan pemasaran dalam pengelola garam. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut koperasi bekerjasama dengan kelompok. Mekanismenya adalah, petani garam membentuk kelompok untuk mempermudah koordinasi. Selanjutnya anggota kelompok tersebut menyimpan uang atau tabungan baik dalam bentuk garam atau uang. Selanjutnya garam-garam tersebut dibeli oleh Kelompok Perebus bisa melalui kelompok maupun individu. Garam yang sudah direbus tersebut kemudian di jual ke Koperasi untuk selanjutnya dilakukan iodisasi dan pengemasan. Dari koperasi inilah garam-garam beryodium disalurkan ke konsumen.
Dampingan yang dilakukan oleh Pancakarsa-KSU Annisa mulai dari pengolahan lahan, memperkenalkan teknik  produksi garam yang lebih baik, pengolahan pasca panen dan pengemasan. Sentuhan teknologi dalam mengusahakan sawah garam sangat penting dilakukan. Mengingat tingginya permintaan garam namun karena teknik pengelohan sawah dan produksi garam yang masih sangat tradisional berdampak pada rendah produktivitas sawah garam di Bilelando. Untuk itu, Pancakarsa-KSU Annisa melakukan cross visit ke Lombok Timur untuk melihat teknik pengolahan sawah yang lebih baik. Selain itu juga melakukan kunjungan belajar ke Pulau Madura untuk belajar produksi garam dengan teknik Ulir. Teknik ini diyakini mampu meningkatkan produksi garam hingga ratusan ton perhektarnya.


Demikian juga pada pasca panen garam, pendampingan sangat penting dilakukan. Karena setiap tahapan proses yang dilakukan akan meningkatkan nilai jual garam tersebut. Kita bisa melihat perbandingan produk garam, untuk garam Krosok (garam yang baru dipanen) harga per kilogramnya berkisar anatara Rp. 650-700.  Setelah melalui proses perebusan, garam tersebut meningkat nilainya menjadi RP. 2100 per kilogramnya.  Jika dilakukan proses iodisasi dan pengemasan nilainya semakin meningkat yakni mencapai Rp.5000 per kilogramnya.  Untuk memenuhi kebutuhan pasar, garam-garam tersebut dikemas dengan ukuran 200 gram dengan harga jual Rp.1000 per kemasannya. “Pelan-pelan Mbak, kita mulai dulu dengan menata kelompok-kelompok yang ada, setelah itu kita dampingi manajemennya. Harapannya akan  memberikan perubahan ekonomi yang lebih baik”. Ungkap Ibu Mis di akhir pelatihan.

 

Contact
Share This: