Kopi Penumbuh Semangat Pengelola HKm
Indonesia, Negara yang terdiri dari gugusan pulau-pulau nan indah bersatu di dalamnya dan memiliki kekayaan alam yang luar biasa melimpah. Salah satu yang menjadi andalan Indonesia belakangan ini adalah kopi. Jika kita cari tahu ternyata tanaman yang memiliki cita rasa yang khas ini bukanlah tanaman khas Indonesia. Walaupun demikian kita tidak bisa menampi ternyata Indonesia sudah mulai mengekspor ke berbagai negara yang ada di belahan bumi ini.
Sebagai negara yang memiliki iklim yang mendukung tumbuh kembangnya kopi, ternyata dapat mendatangkan nilai positif. Khususnya bagi para petani kopi. Memandang ini merupakan peluang, kelompok masyarakat pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm Dongo Baru), Dusun Sapit, Desa Sapit, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur melaksanakan pelatihan pengolahan kopi, kamis 23 Maret 2017. Pelatihan ini adalah bagian dari pelaksanaan program ekowisata yang berbasis pada masyarakat yang diinisiasi oleh RMI dan Gema Alam.
Strategi program pengelolaan ekowisata ini, mengedepankan peran serta masyarakat terutama kaum perempuan. Setiap desa yang menjadi lokasi program memiliki potensi yang berbeda, misalnya saja Desa Sapit. Desa ini selain memiliki pemandangan alam yang indah dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) juga memiliki potensi dari hasil hutan bukan kayu yaitu kopi. Luas areal HKm yang dikelola oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok Dongo, baru seluas 450 ha. Hampir 100 persen ditanami kopi, berada di 2 blok yang luas nya sekitaran 200 ha. Selain 2 blok ini rata-rata petani memiliki tanaman kopi. Kapasitas produksi pertahun hingga puluhan ton, menjadikan komoditi ini sebagai potensi yang harus dikembangkan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Yang menjadi permasalahannya adalah belum bisa dirawat secara maksimal, mengingat masyarakat belum memiliki pengetahuan yang lebih tentang teknik budidaya. Seperti yang disampaikan oleh ketua Forum Batu Bongkot, bahwa kopi yang ditanam hanya sebatas menanam tidak memiliki pengetahuan baik teknik budidaya maupun teknik pengelolaan setelah panen.
Di sinilah letak kelemahan para petani kopi yang ada di desa Sapit. Selain itu, hasilnya dijual begitu saja tanpa ada proses yang lebih lanjut. Kopi yang dihasilkan petani cuma dalam bentuk biji, bahkan para petani tidak paham mana kualitas biji kopi yang baik dan kurang baik. Mereka sebatas panen tanpa memikirkan kualitas panen yang sesuai dipasaran, makanya tidak heran kopi yang dihasilkan dari desa ini jarang terdengar di pasaran.
Pada kenyataannya petani hanya sebatas menanam, itupun tanpa ada teknik budidaya yang tepat untuk diterapkan, bahkan tidak ada perawatan yang intens hanya sebatas menanam setelah itu tunggu hasil panen. Jika berbicara organik kopi yang dihasilkan sangat memenuhi standar, tidak ada sedikitpun bahan kimia yang terkontaminasi tanaman kopi. Hanya sebatas mengandalkan pupuk dari alam saja, belum pernah di pupuk menggunakan pupuk kimia sintetis dan pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) menggunakan pestisida sintetis pula. Inilah peluang besar untuk dalam upaya mengembangkan tanaman kopi di daerah ini.
Padahal tanaman kopi merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia dan Indonesia sendiri menempati peringkat ketiga terbesar di dunia dari segi produksi kopi dan yang mengherankan bahwa Indonesia setiap tahunnya selalu mengalami kekurangan stok untuk ekspor.
Jika ditelisik lebih dalam, tanaman yang hampir seluruh masyarakat Indonesia sudah menikmati rasa khasnya memiliki peranan sebagai bagian dari penguat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Untuk menjadikan kopi sebagai salah satu alternatif dalam rangka meningkatkan perekonomian perlu adanya suatu upaya, terutama dalam hal penguatan aspek produksi, pengolahan dan pemasaran. Hal tersebut dilakukan melalui pengelolaan usaha secara terpusat dan intensif dengan melibatkan petani anggota kelompok sebagai pengelola dan pelaksana secara langsung.
Untuk menyikapi komoditi yang memiliki peluang pasar yang begitu besar, RMI dan Gema Alam menggandeng tim ahli yang didatangkan langsung dari Bogor. Tim ahli ini berasal dari kokain (kopi Kakao Indonesia). Acara pelatihan ini diikuti oleh kelompok pengelola HKm (petani Kopi), dan kelompok perempuan.
Sebelum acara pelatihan, terlebih dahulu diadakannya sosialisasi tentang keamanan pangan. Dalam sesi ini diisi langsung oleh tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur. Para peserta pelatihan dikenalkan bagaimana cara pengolahan pangan yang aman untuk dikonsumsi.
Setelah acara sosialisasi tentang keamanan pangan dilanjutkan ke acara pelatihan yang dipandu langsung oleh kang Ambon (dari Kokain). Para peserta yang didominasi oleh ibu-ibu diberikan pelatihan tentang tata cara pengolahan kopi hingga proses finishing.
Para peserta juga diberi pelatihan uji cita rasa. Dengan alat sederhana yang disiapkan oleh RMI dan Gema Alam. Para peserta langsung mempraktikkan pemanggangan biji kopi dengan cara tradisional menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat. Selain cara tradisional ada juga cara modern dengan menggunakan oven. Biji kopi yang telah dipanggang mengalami perubahan pada warnanya yang lebih gelap dan aromanya lebih kuat. Setelah itu digiling dan siap untuk disajikan. Tujuannya supaya para peserta yang didominasi oleh perempuan pengolah kopi bisa mengenal rasa kopi yang dihasilkan dari hasil budidaya sendiri dan para peserta diminta untuk mencoba merasakan kopi yang dibawa dari wilayah luar sapit untuk dijadikan pembanding cita rasa, sehingga para peserta mampu menganalisis dan membandingkan.
Harapan dari kang Ambon supaya tidak ada lagi petani yang menanam kopi tapi tidak menikmati hasil dari kopi yang ditanam, kebanyakan dari petani kopi menikmati kopi instan. Kelemahannya adalah para petani hanya bisa menanam tapi tidak bisa mengolah hasil tanamannya menjadi barang yang bernilai.
Pada akhir pelatihan, petani mengungkapkan rasa puas karena mendapatkan pengetahuan tambahan tentang pengolahan kopi yang sesuai standar. Semoga dengan pelatihan pengolahan kopi dapat menumbuhkan usaha produksi kopi khas Desa Sapit. Ke depannya jika ekowisata yang diupayakan ini berjalan, kopi menjadi salah satu cendramata atau oleh-oleh khas Sapit. Tidak menutup kemungkinan seperti yang diharapkan kang Ambon saat mengunjungi kebun kopi milik masyarakat, memberikan masukan tentang keberlanjutan ekowisata yang di dalamnya terdapat pustaka kopi yang mendatangkan berbagai jenis kopi kemudian dibudidayakan di satu tempat. Jika ada semacam ini bisa menjadi daya tarik pengunjung sehingga ekowisata yang diupayakan bisa berjalan dan berkelanjutan.