Teknologi Budidaya Kedelai dalam Kondisi Jenuh Air

Anda di sini

Depan / Teknologi Budidaya Kedelai dalam Kondisi Jenuh Air

Teknologi Budidaya Kedelai dalam Kondisi Jenuh Air

Indeks Tanam di kawasan pasang surut pada umumnya tergolong rendah dikarenakan masa tanam yang hanya satu kali dalam setahun, di bulan November-Maret. Indeks Tanam tersebut dapat ditingkatkan dengan mengadopsi pola budidaya padi-padi-kedelai atau kedelai-jagung. Namun permasalahan tidak berhenti disini. Kawasan pasang surut kaya akan unsur pirit (FeS2) yang menyebabkan pH tanah menjadi rendah ketika tanah teroksidasi, dan berdampak pada produktivitas kedelai yang hanya 800 kg/hektar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas kedelai, unsur pirit di dalam tanah dapat dikurangi melalui metode manajemen tingkat air dan aplikasi pengolahan tanah dan kapur.

kedelai

Teknologi budidaya kedelai dalam kondisi jenuh air adalah teknologi yang dimaksudkan untuk mengurangi tingkat pirit yang teroksidasi, menjaga tingkat air di sekitar perkebunan, dan menjaga akar dalam kondisi jenuh. Melalui ketersediaan air, intensitas radiasi dan suhu tinggi, kesuburan lahan pasang surut akan meningkat sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.

Teknologi budidaya kedelai dalam kondisi jenuh air telah dilaksanakan di beberapa lokasi dengan melibatkan kelompok petani, di antaranya:
1) Tipe tanah C tanah di Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
2) Tipe tanah B di Desa Mulyasari, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.
3) Tipe tanah C di Desa Harjosari , Braja Selabah dan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, Lampung (2011-2014).
4) Tipe tanah C, Desa Simpang, Kecamatan Berbak, Jambi (2014-2015)
5) Tipe tanah C, Kabupaten Sangata, Kalimantan Timur pada tahun 2015.
6) Tipe tanah C, di desa Banyuurip, KecamatanTanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (2012-2015).

Hasil yang diperoleh dari penerapan teknologi ini adalah tingkat air dapat dipertahankan 20 cm di bawah permukaan tanah dan peningkatan produksi kedelai dimana produksi kultivar Kedelai Anjasmoro mencapai 2,41 ton dan Tanggamus 2,95 ton/ha. Adapun kendala yang dihadapi adalah untuk mempertahankan keberlanjutan teknologi ini dikarenakan harga kedelai lokal yang rendah dibandingkan dengan kedelai impor (Narasumber: Munif Ghulamahdi).

Referensi:

Capturing Green Knowledge Through Lesson Learned Method (PTH-IPB-RPT-Q4-2015-A5)

Sumber: http://petuah.org/teknologi-budidaya-kedelai-dalam-kondisi-jenuh-air/

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.