Pengelolaan Keuangan Keluarga untuk Perbaikan Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Anda di sini

Depan / Pengelolaan Keuangan Keluarga untuk Perbaikan Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Pengelolaan Keuangan Keluarga untuk Perbaikan Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga

Perempuan pedesaan memiliki peran yang besar dalam mengatur kondisi keuangan rumah tangga. Mayoritas rumah tangga petani berada pada posisi subsistensi (orientasi produksi masih pada konsumsi sendiri), yang ditandai secara struktural kondisi kehidupan yang cenderung minimalis dengan melakukan usaha-usaha kecil untuk bisa bertahan hidup.  Secara kultural petani enggan mengambil risiko untuk mengatasi permasalahan subsistensinya. Upaya bertahan hidup ini merupakan kondisi yang erat dengan garis kemiskinan, ditandai dengan kekhawatiran kekurangan pangan. Selama ini, aspek keuangan keluarga sering dilupakan atau bahkan tidak dipedulikan. Padahal sangat penting untuk bisa mendorong perbaikan kesejahteraan dan ketahanan keluarga.

Mengelola keuangan bagi keluarga petani sangatlah penting. Untuk Pulau Sumba yang mengandalkan pada pertanian lahan kering, ketidakpastian penghasilan petani menjadi tantangan tersendiri. Produksi pertanian yang bergantung pada cuaca/iklim harusnya menjadi pemicu untuk mengelola keuangan petani dengan baik. Mengelola keuangan keluarga nampaknya begitu sederhana. Namun dalam praktiknya banyak sekali orang yang tidak mampu mengelolanya dengan baik. Ini bukan soal besar atau kecilnya penghasilan yang diterima, melainkan bagaimana membelanjakan uang yang ada secara terarah sesuai dengan peruntukan berdasarkan skala prioritas. Alokasi anggaran dan belanja keluarga (rumah tangga) yang sederhana ini jika tidak dikelola dengan baik maka melahirkan keluarga – keluarga yang gali lobang tutup lobang. Hidup selalu kurang dan kurang lagi, meskipun nominal pendapatan  telah mengalami peningkatan.

 

 

Menyadari pentingnya hal ini maka Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) dengan dukungan Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia, pada tanggal 22-23 Juli 2017 melaksanakan “Pelatihan Keuangan Keluarga Sederhana” untuk Balai Perempuan (BP) Kambaniru dan Mauliru di Kabupaten Sumba Timur. KPI adalah organisasi massa berbasis pada anggota kelompok kepentingan. Keanggotaan berbasis kelompok kepentingan dan perempuan petani dengan jumlah 5.12 orang dari 41.000 anggota yang tersebar di 18 propinsi. Di propinsi  Nusa Tenggara Timur (NTT) KPI ada dan telah membentuk kepengurusan dari Balai Perempuan di level desa / kelurahan dan cabang di level kabupaten, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, Flores Timur, Sikka, Ngada, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.  Untuk Sumba Timur program ini dilaksanakan di Kelurahan Kambaniru dan Mauliru, Sumba Tengah di Desa Manurara dan Konda Maloba sedangkan di Sumba Barat Daya di Desa Mareda Kalada dan Lete Komauna – Manda Ole.

 “Kami sebenarnya hanya mau mengajak mama-mama untuk membuat skala prioritas kebutuhan keluarga. Karena ketika kebutuhan dan keinginan berhasil dipetakan dengan baik maka akan terlihat bahwa ada banyak hal tidak penting yang selama ini menjadi sumber penyebab minusnya penghasilan keluarga” demikian penjelasan Ibu Sutriyatmi Atmadireja dari Sekretariat Nasiona (Seknas) KPI selaku fasilitator dan diikuti sekitar 30 perempuan dari masing-masing BP terlibat dalam kegiatan ini.

Pelatihan ini juga dirasakan penting oleh peserta. Hal ini diungkapkan Mama Katharina Djangga Dewa yang biasa disapa Mama Rien, salah satu petani dari BP Kambaniru. Menurutnya selama ini tidak pernah menghitung berapa uang yang dimiliki. Belanja juga tidak pernah diatur, berapa banyak penghasilan yang masuk semuanya dihabiskan.
 

 

“Kegiatan ini membuka cakrawala berpikir kami tentang bagaimana pengelolaan ekonomi rumah tangga, karena selama ini uang yang kami dapatkan dari hasil kerja sawah dan kebun hanya jumlahnya saja yang kami tahu tapi bagaimana dia keluar, lewat mana, untuk apa semua tidak pernah direncanakan. Akibatnya belum abis bulan, uang sudah tidak ada lagi. Belum lagi kita orang Sumba yang hidup dengan kebutuhan adat-istiadat yang sangat tinggi, pengeluaran tidak terduga sangat banyak” ungkap Mama Rien.

 

Kegiatan yang berlangsung dari pukul 10.00 – 17.00 wita ini selain diisi dengan pemberian materi oleh fasilitator, ada juga sesi identifikasi sumber penghasilan dan kebutuhan juga  simulasi penyusunan keuangan keluarga untuk kebutuhan-kebutuhan pokok. Dalam diskusi terlihat bahwa salah satu strategi yang diusulkan untuk menekan pengeluaran keluarga adalah dengan menanam sendiri/memproduksi sendiri bahan-bahan makanan di kebun dan sawah seperti padi, jagung, ubi dan sayuran. Hal lain adalah dengan cara menyusun skala prioritas tentang kebutuhan sehingga hal-hal yang sifatnya hanya keinginan dapat ditunda atau bahkan dihilangkan.

Secara umum kebutuhan pokok sehari-sehari keluarga petani ini dipenuhi dari hasil panen padi di sawah (setahun  2 kali) yang walau waktu panen rutin tetapi jumlah/hasilnya tidak rutin karena terpengaruh oleh perubahan iklim. Seperti tahun ini, sudah 2 kali musim tanam para petani mengalami gagal panen karena serangan walang sangit. Sumber pengasilan lain adalah penjualan sayur-sayuran berupa sawi putih, terong, kangkung, daun seledri dan cabe. Selain itu juga jika musim pengerjaan proyek infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, dan lain-lain maka para suami juga akan ikut bekerja untuk tambahan penghasilan
Saat ini baik di BP Kambaniru maupun BP Mauliru semua anggota telah mengelola kebun sayur masing-masing juga kebun kelompok. Di BP Mauliru misalnya hasil mengelola kebun sayur kelompok telah digunakan untuk kegiatan simpan pinjam dan dana kelompok telah mencapai Rp. 5,000,000.

 

“Apa yang saya pelajari hari ini sederhana namun sangat bermanfaat. Intinya semua harus direncanakan dan kita komitmen untuk dahulukan hal-hal yang penting. Jangan uang untuk penuhi gizi keluarga malah habis hanya untuk lisptik dan rebonding. Kan saya sudah tahu sekarang saya tanam apa, kapan panen dan kira-kira berapa yang nanti saya dapat jadi tinggal hitung sudah yang mana yang harus dipenuhi paling pertama kalau uang sudah ada nanti” ucap Mama Betsiani Welem dari BP Kambaniru di sela-sela kegiatan.
 

 

Pada kesempatan ini juga, para peserta mulai membahas tentang pembentukan koperasi sebagai tindak lanjut untuk mempraktekkan bagaimana mengelola keuangan keluarga sekaligus untuk mengembangkan kegiatan simpan pinjam yang sudah berlangsung saat ini. Dan setelah pelatihan ini maka KPI juga akan mengadakan “Pelatihan Pengelolaan Koperasi”.

“Kita dorong terus mereka melakukan pencatatan keuangan yang baik, entah penghasilan maupun pengeluaran sehingga akan mudah untuk melihat seberapa dana yang kurang atau lebih bahkan jika ingin merencanakan investasi/ tabungan bagi anak sekolah, membeli alat pertanian bahkan keperluan sosial lainnya yang tidak bisa dihindari” tegas Ibu Suryatmi menutup kegiatan. **

Feedback
Share This: