Pengelolaan DAS Renggung dalam Persepektif Perubahan Iklim
Universitas Mataram sebagai salah satu konsorsium PETUAH dalam kegiatan Green Knowleadge (GK) memiliki peranan sebagai Center of Exelent for Climate Change Agriculture Resilience (CoE CLEAR). Setelah melakukan rangkaian kegiatan FGD penjaringan masukan dalam penyusunan Road Map yang diadakan di tiap kabupaten kini telah memasuki tahap kegiatan Policy Dialogue. Mengawali rangkaian kegiatan ini, CoE CLEAR mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) pertama di Lombok Tengah yang dilaksanakan tanggal 17-18 Februari 2016 bertempat di Kantor Desa Loang Kabupaten Lombok Tengah. Agenda kegiatan ini, focus pada pembahasan masalah tata kelola Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk dapat menjalankan peranan tersebut, CoE CELAR memerlukan masukan terkait tata kelola DAS untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Sekitar 20 orang peserta hadir dalam kegitan FGD ini, yang merupakan perwakilan di tiap desa kawasan DAS Renggung, pemerintah desa, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Wanita Tani, Petugas Penyalur Air dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Sekretaris Desa Loang Maka mengawali pemberian sambutan dan sekaligus membuka acara FGD. Kegiatan ini disambut baik oleh pihak pemerintah desa, bahkan dalam sambutannya menceritakan bahwa acara seperti ini sangat diharapkan guna menambah pengetahuan masyarakat.
Mengawali sesi presentasi FGD ini, tim dari CoE Clear mempresentasikan terkait DAS Renggung. DAS Renggung merupakan DAS yang menjadi prioritas dalam acara penjaringan FGD yang nantinya diadakan di 3 wilayah kabupaten. Kegiatan FGD ini melibatkan masyarakat berdasarkan klasifkasi wilayah Aliran Sungai diantaranya, bagian Hulu (Desa Bebuaq), Tengah (Desa Loang Maka dan Langko) sedangkan untuk bagian Hilir (Desa Mujur). Masyarakat diminta lebih aktif dalam sesi diskusi supaya dalam mengidentifikasi masalah dan kebijakan ini diharapkan dapat mewujudkan suatu gagasan. Selain memberikan masukan, kehadiran masayarakat lintas wilayah aliran sungai diharapkan dapat mengerti peranannya sesuai wilayahnya.
Selanjutnya pemaparan tentang kondisi DAS yang disampaikan oleh Ir. Gede Suardiari, MT. Dalam presentasinya, pemateri menjelaskan tujuan diadakannya acara tersebut. Adapun tujuan diadakannya FGD ini adalah untuk menemukan kembali berbagai permasalahan pokok terkait pengelolaan SDA, mengurai program yang telah dan sedang dilaksanakan di wilayah DAS Renggung, mengurai berbagai produk kebijakan yang telah dikeluarkan, serta merumuskan upaya dan inisiatif kedepan dalam pengelolaan DAS terpadu. Melihat status DAS Renggung berdasarkan penetapan klasifikasi DAS dan masukan dari peserta FGD maka DAS ini termasuk yang dipulihkan daya dukungnya. Untuk mengantisipasi dampak yang terjadi di DAS tersebut perlu suatu tindakan yaitu dengan pengelolaan DAS terpadu seperti yang dipaparkan dalam presentasi.
Pengelolaan DAS terpadu tidak terlepas dari sistem dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam (hutan) dengan manusia. Dengan adanya timbal balik tersebut maka terwujudnya kelestarian dan keserasian ekosistem. Dalam pengelolaan DAS dapat dipadukan dengan kepentingan masyarakat, baik kelompok masyarakat hulu, tengah maupun hilir. Selain itu perlu adanya pengaturan antar wilayah administrasi, antar instansi atau lembaga terkait. Jika pengelolaan DAS secara terpadu terwujud maka dapat meningkatkan peranan DAS untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Diskusi dalam FGD ini semakin terarah setelah peserta dibuatkan kelompok berdasarkan wilayah yaitu kelompok hulu, tengah dan hilir. Presentasi perdana dalam diskusi ini dimulai oleh kelompok bagian hulu. Permasalahan di wilayah hulu yaitu kondisi vegetasi yang semakin hari semakin berkurang, sehingga menyebabkan kurangnya hingga hilangnya sumber mata air. Begitu juga dengan wilayah tengah dan hilir sebagai penerima aliran DAS Renggung. Wilayah tengah dan hilir hampir sama permasalahan yang dipaparkan.
Harapan dari pemerintah desa dan para peserta FGD yaitu semoga dengan adanya kegiatan seperti ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat baik di hulu, tengah dan hilir dalam upaya melestarikan lingkungan dan menjaga sumber-sumber mata air. Jika hal ini dilakukan, maka kita dapat menekan dampak perubahan iklim di semua. Setelah FGD di tingkat desa nantinya akan diadakan kegiatan lanjutan di tingkat kabupaten dan provinsi dengan tujuan menyampaikan permasalahan yang ada di masing-masing DAS.
Kirim komentar