Strategi Adaptasi Perubahan Iklim
Dunia kini dihantui perubahan iklim yang membawa berbagai dampak negatif. Sampai sekarang tak ada yang mampu mencegah fenomena global tersebut. Karena itu, adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan langkah jitu yang cukup bijak.
Demikian disebutkan dalam sebuah tulisan tentang dampak perubahan iklim. Pertanyaan menariknya adalah, seperti apa pola adaptasi yang dilakukan menghadapi perubahan iklim? Menurut UNDP (2004), Adaptasi adalah suatu proses yang menentukan bagaimana suatu strategi yang bertujuan menekan, menyesuaikan, dan mampu mengambil manfaat dari dampak suatu kejadian untuk diperluas, dikembangkan dan diterapkan.
Selain kawasan pesisir, sektor pertanian dan peternakan juga merupakan sektor pembangunan yang sangat merasakan dampak negatif perubahan iklim terebut. Seperti halnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), di mana sektor petanian didominasi oleh lahan kering maka menemukan pola adaptasi yang tepat menjadi keharusan. Untuk itu berbagai riset telah dilakukan. Namun sayangnya, hasil-hasil kajian serta praktik cerdas yang telah dilaksanakan tersebut masih terpencar. Untuk itu, Universitas Mataram ( Unram) melalui Center of Excellent CLEAR ( Climate Change of Agriculture Resilliance- Pertanian Tahan Terhadap Perubahan Iklim) melakukan identifikasi, mengumpulkan dan mendiseminasikan kajian serta praktik cerdas yang telah dihasilkan oleh para pakar terkait dengan adaptasi perubahan iklim di bidang petanian dan peternakan untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai rujukan pengembangan pengetahuan.
Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melaksanakan workshop, seperti yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2016 dilaksanakan Workshop tentang adaptasi perubahan iklim yang berjudul Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Ternak dan Tanaman dalam Mengadaptasi Perubahan Iklim. Hadir sebagai narasumber dalam workshop tersebut adalah Ir. Umar dari Yayasan Rumah Energi, Ir. Mastur M.Si dari Fakutas Peternakan Universitas Mataram dan Dr. Ir Sukartono, M.Agr Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Workshop yang dilaksanakan di ruang sidang Fakultas Pertanian ini dihadiri oleh para pakar bidang pertanian dan peternakan. Berdasarkan paparan narasumber pada workshop tersebut ternyata banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai upaya adaptasi. Strategi yang dilaksanakan tidak terbatas pada pola adaptasi tetapi merupakan bagian dari upaya mendukung pembangunan rendah emisi karbon yang tengah digalakkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Lebih jauh dari itu, strategi yang dilakukan juga mampu memberikan keuntungan baik dari segi efisiensi biaya, penyelamatan lingkungan serta peningkatan ekonomi rumah tangga peternak/petani.
Salah satunya seperti yang telah dikembangkan oleh Yayasan Rumah Energi melalui program Biru (Biogas Rumah). Pogram ini membantu masyarakat untuk memanfaatkan Limbah Ternak untuk dijadikan sebagai salah satu energi alternatif (Biogas). Namun kegiatan tersebut tidak berhenti hanya dengan pemanfaatan energi yang dihasilkan saja tetapi limbah (slurry)dari biogas tersebut merupakan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah pertanian baik yang berupa cair maupun padatannya. Selain limbah ternak, limbah tanaman pun dapat diolah menjadi produk lain yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Misalnya Biochar (arang hayati/arang organik) yang merupakan hasil pemanasan biomass dalam kondisi tanpa oksigen atau oksigen terbatas. Berwarna hitam-kaya akan bahan organik dan senyawa C-organik dalam bentuk aromatik. Berbahan baku dari sisa-sisa kayu ataupun serabut kelapa.
Pengembangan biochar sangat potensial, selain karena bahan baku yang melimpah juga dapat menghasilkan produk untuk berbagai keperluan seperti paas/gas dan minyak dalam proses pembuatan dapat dipergunakan sebagai sumber energi, asap cair yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai pengawet makanan, sebagai industri karet, pestisida, serta dalam bentuk padatan dapat dipergunakan sebagai bahan pembenah tanah dan energi. Karena teknologi produksi biochar relatif mudah dan murah maka sangat memungkinkan untuk dilakukan oleh masyarakat. Biochar juga merupakan bahan pencampur untuk kompos dengan hasil produk menjadi poschar. Kompos dengan campuran biochar memiliki kandungan C yang lebih besar dari kompos biasa yang mampu meningkatkan kualitas tanah dan pengaruh positif biochar bertahan lama.
Sedangkan di bidang peternakan, perubahan iklim berdampak pada ketersediaan pakan hijauan terutama di musim kemarau. Urgennya pakan dalam usaha peternakan, mengharuskan adanya kesinambungan pakan sepanjang tahun baik secara kualitas maupun kuantitas. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan harus dioptimalkan sebab limbah khususnya limbah pertanian sangat melimpah di Indonesia. Beberapa produk olahan pakan dan nutrisi untuk ternak yang telah dikembangkan oleh Fakultas Peternakan Universitas Mataram adalah pertama, pembuatan pakan suplemen ternak yang terbuat dari dedak jagung, dedak padi, urea, garam dan molase yang dikombinasikan dengan limbah lainnya seperti bungkil kelapa, bungkil kedelai, ampas tahu atau limbah lainnya. Dengan nutrisi ini mampu meningkatkan bobot sapi dalam waktu tiga bulan.
Kedua, pakan fermentasi berbasis tongkol jagung. Berdasarkan hasil uji coba teknologi fermentasi untuk beberapa jenis limbah mampu meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan serat kasar (sumber karbohidrat bagi sapi ruminansia). Seperti hasil dari fermentasi jerami padi menggunakan bakteri rumen sebanyak 45% dapat meningkatkan kandungan protein kasar jerami dari 8,97% menjadi 14,63% sedangkan kandungan serat kasar menurun dari 33,12 % menjadi 26,83%. Ketiga, pembuatan Wafer Jerami Padi. Wafer jerami ini mampu meningkatkan protein kasar jerami padi dari 4,69% menjadi 8,21% sedangan serat kasar menurun dari 35,04% menjadi 31,99%.
Dari berbagai hasil kajian serta praktik yang telah dilakukan tersebut jelas bahwa limbah peternakan dan tanaman yang ada disekitar kita masih dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Bahkan produk yang dihasilkan akan menjadi peluang usaha sebagai salah satu sumber pendapatan rumah tangga petani dan peternak.