Merekam inovasi kreatif di daerah
Melihat kondisi awal di lapangan sebelum program dijalankan secara penuh adalah salah satu hal yang sering dilakukan oleh sebagian program pengembangan masyarakat. Hal ini disadari penuh oleh Millennium Account Challenge (MCA) Indonesia ketika akan melakukan proyek pengelolaan pengetahuan hijau.
Pada tanggal 12-14 November 2015, tim MCA Indonesia yang terdiri dari Direktur Hibah Pengetahuan Hijau Ibu Poppy Ismalina, Provincial Relationship Manager NTT Bapak Frans Harum bersama ke 4 District Relationship Manager Stefanus Segu, Abubakar, Umbu Randja dan Umbu Ndamu serta perwakilan Millennium Challenge Cooperation, Bapak Anthoni , mengadakan kunjungan lapangan ke 4 kabupaten di Pulau Sumba, yang menjadi wilayah program MCA Indonesia.
Kunjungan ini bertujuan mengidentifikasi aset-aset yang sudah ada di masyarakat baik kelompok maupun individu. Inisiatif ini bisa saja dibangun secara swadaya maupun yang didukung oleh program pemerintah maupun swasta. Harapannya kegiatan-kegiatan ini nantinya dapat dikembangkan dan didampingi lebih jauh oleh program MCA ndonesia.
Kegiatan-kegiatan ini tentunya akan dapat memberi manfaat yang lebih besar dan lebih luas untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa inisiatif yang akan diidentifikasi seperti pengetahuan-pengetahuan berupa kearifan lokal tentang pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) berbasis lingkungan dan praktik baik penggunaan energi terbarukan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun lokasi-lokasi yang dikunjungi adalah :
- Sumba Barat Daya: memiliki potensi biogas di Desa Weerena, Kecamatan Kota. Tempat ini nantinya akan didampingi oleh program Konsorsium Karbon Biru. Selain itu lokasi seperti Desa Tanjung Karoso, Kecamatan Kodi Utara dan Desa Dikira, Kecamatan Wewewa Timur adalah dua lokasi yang mempunyai potensi biogas yang sama.
- Sumba Barat Kelurahan Weekarou untuk pengembangan biogas dan PLTMH Lapopu di Kecamatan Wanukaka
- Sumba Tengah di Desa Umbu Mamijuk, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat untuk biogas dan lokasi program Konsorsium Hijau di Desa Ngadu Ollu, Kecamatan Umbu Ratu Nggay
- Sumba Timur terdapat lokasi Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) milik Pak Made Raspita di Desa Wei-wei, Kecamatan Lewa dan calon lokasi program Konsorsium Karbon Biru di Desa Walakiri, Kecamatan Pandawai
Potensi yang besar untuk dikembangkan
Dari hasil kunjungan ini, banyak hal yang tak terduga didapatkan oleh tim MCA dan MCC Indonesia. Diantaranya adalah sepak terjang Pak Made Raspita di Desa Wei-wei, Kecamatan Lewa, Kab. Sumba Timur. Hampir 5 tahun terakhir, Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) miliknya sudah mendapingi 111 kelompok perempuan di Kecamatan Lewa.
Hasilnya sudah cukup baik, dimana ibu-ibu dari kelompok-kelompok pendampingan tersebut mendapat penghasilan sebesar Rp. 80,000/hari dengan menjual sayur. Dari penghasilan itu mereka dilatih untuk menyisihkan Rp. 10,000,00 untuk tabungan pendidikan anak. P4S juga melatih mereka untuk menyediakan bibit sendiri sehingga lepas dari ketergantungan pada lembaga milik Pak Made ini.
Pak Made juga menjawab tantangan kesulitan air di daerah mereka. Ia mengembangkan pertanian organik dengan memanfaatkan limbah biogas atau bio-slurry. Hal ini dibuat olehnya dengan alasan agar para petani menghindari kerusakan tanah dan hanya memperkaya para produsen penghasil pupuk kimia.
Pendekatan ini juga memiliki tantangan yang cukup besar karena hasilnya lama baru terlihat sementara petani lebih menyukai proses yang lebih cepat. Tetapi Pak Made sudah membuktikan bahwa pendekatan yang ia pilih sudah menghasilkan. Dengan menggunakan bio-slurry, Pak Made berhasil mendapatkan 4 ton padi/hektar. Harapan kedepan agar bio-slurry buatannya mendapatkan landasan regulasi dan hukum agar bisa dijual ke kalangan yang lebih luas.
Dari kunjungan ini tim MCA Indonesia mendapatkan beberapa hal yang sangat berguna untuk membuat perencanaan kegiatan program yang lebih baik. Dalam kunjungan ini sangat terlihat jelas landscape wilayah-wilayan pesisir maupun lahan-lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan oleh program MCA Indonesia kedepan. Selanjutnya banyak inovasi dan inisiatif yang cukup kreatif dan memiliki potensi sebagai aset untuk program pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan kapasitas manusia kemudian pengetahuan-pengetahuan hijau yang berlandaskan kearifan lokal, serta teridentifikasinya jaringan bahkan regulasi yang terkait dengan fokus program.