Investasi Pengetahuan Bagi Pokdarwis Prailengu

You are here

Home / Investasi Pengetahuan Bagi Pokdarwis Prailengu

Investasi Pengetahuan Bagi Pokdarwis Prailengu

Siang itu penunjuk suhu di handphone menunjuk angka 31 derajat, namun udara panas itu tidak menyurutkan niat sekelompok laki-laki dan perempuan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh fasilitator. Mereka berdiri membentuk lingkaran dan mulai mengedarkan sebuah bola kasti dengan kecepatan yang sudah ditentukan, ketika bola diedarkan setiap peserta wajib memperkenalkan namanya lalu berterima kasih serta melemparkan bola pada orang di depannya sambil menyebut nama orang tersebut. Semakin sedikit waktu yang diberikan semakin seru permainan karena peserta berlomba-lomba menyelesaikan tugas dengan memenuhi batasan waktunya. Permainan ini adalah permainan yang dimanfaatkan sebagai simulasi membangun optimisme, kerjasama tim dan kepercayaan diri dari para peserta pelatihan.

Begitulah sekilas kegiatan yang dilaksanakan di kantor Desa Mondu, Kecamatan Kanatang Kabupaten Sumba Timur tanggal 23-24 Maret 2017. Kegiatan itu berjudul “Pelatihan Pengelolaan Ekowisata Desa Bagi Pokdarwis Prailengu” yang dilaksanakan oleh Blue Carbon Consortium (BCC) atas dukungan Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia serta sepenuhnya difasilitasi oleh Bapak Sonny Rozali.

BCC terdiri dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor (PKSPL – IPB), Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) dan Pelatihan dan Fasilitasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (TRANSFORM) yang saat ini sedang mengerjakan Program  “Pengelolaan Pengetahuan Tata Kelola Sumberdaya Pesisir Rendah Emisi di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur”. Tujuan Proyek ini adalah untuk meningkatkan pengelolaan pengetahuan dan praktik cerdas dalam mendukung integrasi strategi-strategi pembangunan rendah emisi dalam pengelolaan, perencanaan dan praktek-praktek tata kelola sumberdaya pesisir. Proyek ini akan membantu Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menjawab tantangan pada manajemen pengetahuan di NTB dan NTT terutama pada isu-isu pembangunan rendah emisi.

Salah satu desa yang menjadi lokasi program BCC adalah Desa Mondu di Kecamatan Kanatang, Sumba Timur. Desa ini merupakan demoplot untuk desa ekowisata dan di desa ini pula telah dibentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Prailengu. Sejak terbentuk bulan November 2016 lalu, anggota Pokdarwis Prailengu telah diberikan berbagai pelatihan-pelatihan dasar oleh BCC untuk meningkatkan kapasitas pengurus Pokdarwis dalam mengelola potensi wisata di desa, antara lain Pelatihan tentang peran dan tugas pokok serta fungsi Pokdarwis, Pelatihan Desain Tapak Ekowisata, Pengenalan Sadar Wisata dan Sapta Pesona, dan Pelatihan Pembuatan Paket Wisata. Di Desa Mondu ini juga sedikitnya ada 6 objek wisata, yaitu Kampung adat Prainatang (wisata kampung adat dan megalitik), Kampung adat Padadita (wisata kampung adat dan sentra tenun ikat), Pantai Kapihak (wisata pasir putih), Pantai Papuru Njara (lokasi penjinakan kuda), Watu Dengir ( wisata tugu batu setinggi kurang lebih 50 meter) serta air terjun Tanggedu.

 

“Kami dari MCA Indonesia berharap kesempatan ini dipergunakan dengan baik untuk membangun Desa Mondu. Investasi yang kami lakukan bukanlah investasi berupa uang tetapi lebih kepada investasi pengetahuan, sehingga ketika intervensi kami secara proyek telah selesai maka teman-teman di desa sudah punya kapasitas yang dapat digunakan (salah satunya) untuk menghasilkan uang bagi kesejahteraan bersama lewat kegiatan pengelolaan kawasan pesisir yang redah emisi. Memang ini merupakan contoh desa ekowisata di Sumba Timur dan pasti belum sempurna, tetapi yang paling penting kita semua mau memulai dan belajar bersama untuk membuat semuanya menjadi lebih baik lagi” demikian penegasan Bapak Fransiskus Harum selaku PRM (Provincial Relationship Manager) dan Bapak Umbu Ndamu selaku DRM (Distric Relationship Manager) yang merupakan perwakilan MCA Indonesia.

Pada kesempatan pelatihan ini juga tim BCC menghadirkan beberapa rekan dari media nasional seperti Kompas, National Geographic Indonesia, Tempo, The Jakarta Post serta blogger untuk membantu mendokumentasikan serta mempromosikan pelaksanaan ekowisata di desa Mondu ini.

“Investasi yang ada hari ini adalah investasi pengetahuan dan pastinya itu untuk perubahan. Sehingga jika kita mau melompat maju maka yang harus diubah adalah diri kita sendiri. Mengubah cara pandang kita terhadap potensi yang kita miliki dan tidak tinggal dalam zona nyaman saja sehingga orang luar tidak datang dan akhirnya mengambil alih apa yang kita miliki" demikian salah satu poin yang disampaikan oleh Ibu Rizparia Ranggambani selaku Sekretaris Dinas Pariwisata Sumba Timur saat membuka kegiatan tersebut.

"Di level Kabupaten kita sudah memiliki Perda (Peraturan Daerah) Nomor 9/2014 tentang RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah), yang salah satunya memuat arah kebijakan dan strategi pembangunan pariwisata daerah yang berbicara tentang koordinasi berbagai pihak untuk pengembangan wisata serta optimalisasi organisasi kepariwistaaan swasta maupun masyarakat. Ini tentu saja menjadi ruang untuk kami selaku Dinas Pariwisata terus bekerjasama dengan desa Mondu khususnya Pokdarwis Prailengu” ungkap Ibu Rizparia Ranggambani dalam sambutannya.

 

 

 

“Kegiatan 2 hari ini akan kami fokuskan ke materi dan praktik tentang pemberian layanan wisata. Bagaimana membangun kepercayaan diri anggota kelompok untuk berani memberikan pelayanan yang baik dan elegan kepada pengunjung” ungkap Pak Sonny di sela-sela persiapan memberikan pelatihan. Pelayanan dimulai ketika anda melakukan langkah awal dengan memberi kesan pertama yang  baik, ramah dan sopan, serta menunjukkan sikap positif dan bisa dipercaya. Tamu akan memutuskan untuk datang lagi hanya jika mereka diperlakukan dengan baik, lanjutnya.

Misi dalam sebuah pelayanan wisata adalah agar semua tamu mendapatkan pelayanan yang menyenangkan. Dalam setiap kunjungan wisata tentu saja tamu mengharapkan beberapa hal terkait perlakuan dalam pelayanan, misalnya merasa penting dan mendapatkan perhatian tersendiri, keakraban/perlakuan yang hangat dan sopan, dikenal dan diakui keberadaannya serta perlakuan yang sama (fairness) dengan tamu lainnya. Karena pelayanan adalah sesuatu yang sifatnya bisa dilihat sekaligus dirasakan maka seorang pelayan yang baik harus memperhatikan peragaan/penampilan (seperti raut muka, gerak tubuh dan gerak tangan), intonasi suara/cara berbicara dan pemakaian bahasa/kata.

Persyaratan apa saja yang diharapkan dari seseorang yang bergerak di bidang pelayanan (wisata misalnya)? Beberapa hal yang bisa menjadi acuan, seperti pengetahuan tentang barang/jasa yang ditawarkan, bisa bekerjasama dengan yang lain, memperhatikan orang lain, memiliki perencanaan dan selalu berlatih, tehnik penyajian barang/jasa serta sabar dan telaten untuk memberikan pelayanan.
Prinsip-prinsip pelayanan mencakup senyum dan menyapa setiap tamu, berbicara dengan setiap orang dengan tata krama hangat dan sopan, memperlihatkan kesungguhan /perhatian  setiap tamu dengan penuh atensi, antisipasi kebutuhan tamu dan mengakomodasi  semaksimal  sesuai dengan jasa yang ditawarkan, mengetahui /menjalankan  fungsi pekerjaan yang diberikan, belajar dan mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan tamu sesuai dengan fungsi pekerjaan.

Dalam pelayanan/jasa pariwisata tamu menjadi penting karena tamu/pengunjung adalah alasan utama dilakukannya usaha atau pekerjaan wisata ini. Oleh sebab itu melayani penting agar tamu menjadi puas, tamu menjadi betah dan mau menikmati pelayanan lagi, tamu merekomendasikan pelayanan pada pihak lain serta mendatangkan penghasilan.  Seseorang akan dapat melayani dengan baik apabila di dalam hatinya terdapat sifat: Jujur (berkata benar, dapat dipercaya), Empati (memposisikan sebagai tamu, menyimak dan perhatian), Menghargai(mencari kebaikan), Menghormati (perhatian, memperlakukan dengan baik) serta Toleransi (menerima perbedaan).  Kunci untuk dapat bertahan di bidang ini adalah pengembangan diri. Bagaimana untuk terus membuat diri menjadi lebuh baik lewat beberapa cara seperti belajar bertanggung jawab, melihat ke depan, berpikir positif, pahami apa yang anda jual, ukur kemampuan anda, selalu berusaha lebih baik, jadilah penyimak yang baik dan nikmati pekerjaan.

 

 

 

 

Hari kedua kegiatan dilaksanakan di balai-balai depan rumah Bapak Kepala Desa Mondu, Bapak Umbu Tunggu Mbili di Kampung adat Padadita. Kegiatan lebih difokuskan pada praktek seperti tehnik menyambut tamu, penyajian makanan, pengaturan kamar/tempat timur. Suasana sangat ramai karena semua peserta ambil bagian untuk mempraktekkan apa yang diminta oleh fasilitator. Ada yang masih malu-malu, ada juga yang sudah percaya diri. Semuanya saling menyemangati satu sama lain, semua sama-sama mau belajar.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Walaupun rata-rata usia anggota kelompok Pokdarwis Prailengu tidak lagi muda tetapi semua bertekad belajar demi mengelola wisata di  desanya. Dukungan berbagai pihak dari luar hanyalah ibarat pemantik saja tetapi sejatinya warga desalah yang akan bekerja untuk mewujudkan kesejahteraan bersama di desa.**

Contact
Share This: