Pelatihan Silvikultur dan Bank Pohon Untuk Wilayah DAS Kambaniru

You are here

Home / Pelatihan Silvikultur dan Bank Pohon Untuk Wilayah DAS Kambaniru

Pelatihan Silvikultur dan Bank Pohon Untuk Wilayah DAS Kambaniru

Degradasi lingkungan yang menyebabkan tutupan hutan pada kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) berkurang drastis, sesuai gambaran kondisi fisik diatas hanya tersisa 6,5%. Kondisi ini disebabkan oleh terbatasnya kapasitas masyarakat dalam pengeloaan dan pemanfaatan sumber daya lahan dan hutan. Sistem peternakan lepas, lahan berpindah serta praktek pembakaran savana pada musim kemarau serta pengambilan kayu yang tidak diimbangi dengan penanaman kembali semakin mempercepat laju degradasi lingkungan. Kondisi ini diperburuk  dengan terbatasnya akses terhadap dukungan keuangan (modal) sehingga masyarakat, terutama masyarakat miskin, perempuan dan rentan akhirnya mengantungkan hidup pada hasil hutan tidak memiliki alternatif usaha lain yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan agar pemanfaatan sumber daya hutan dapat dikurangi.

 

Salah satu penerima hibah Pengelolaan Sumber daya alam Berbasis Masyarakat/window 2 dari Millenium Challenge Account Indonesia (MCA-I) Indonesia yang mulai bekerja di Pulau Sumba sejak bulan Juli 2016, adalah Konsorsium Pembangunan Berkelanjutan Nusa Tenggara Timur (KPB NTT) yang dikoordinator oleh CIS Timor dan beranggotakan 9 lembaga yaitu Yayasan Wali Ati (Yasalti), Yayasan Harapan Sumba (YHS), Satu Visi, Koppesda, Pakta, Pelita Sumba, Waimaringi dan Bengkel Appek. Konsorsium ini mengusung nama program “Optimasi Pengelolaan DAS Kambaniru, Karendi dan Mangamba Katewel Melalui Aksi Konservasi Lingkungan dan Peningkatan Ekonomi Berbasis Masyarakat di Kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur”.

 

Salah satu inisiatif yang dilakukan lewat program ini adalah untuk menahan laju degradasi dan kerusakan tutupan lahan dengan memprogramkan perluasan areal wanatani melalui metode bank pohon. Penguatan dan replikasi mekanisme bank pohon untuk mempromosikan pengelolaan wanatani, hutan kemasyarakatan maupun hutan adat yang berkelanjutan. Kegiatan ini difokuskan pada pelatihan silvikultur yakni tehnik pengelolaan hutan produksi rakyat, perluasan wanatani dan pengembangan mekanisme bank pohon. Masyarakat juga akan difasilitasi untuk mengembangkan pohon yang dapat dijadikan agunan untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari lembaga keuangan mikro.

Pada tanggal 13-14 Februari 2017 bertempat di Wisma Cendana, Waingapu - Sumba Timur, KPB NTT mengadakan kegiatan “Pelatihan Silvikultur dan Bank Pohon Untuk Wilayah DAS Kambaniru” dan diikuti oleh sekitar 40 orang peserta yang berasal dari 8 Desa dan 2 Kelurahan lokasi program yaitu Desa Kiritana, Mbatakapidu, Ngarukahiri, Waikanabu, Mahaniwa, Lukukamaru, Maidang, Katikuwai, Kelurahan Maulumbi dan Mauliru, beserta pendamping desanya.

 

 

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pada bidang budidaya hutan untuk tanaman sengon dan kaliandra, meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan hutan oleh msayarakat yang rendah emisi serta untuk menyepakati rencana tindak lanjut peserta untuk mempraktekkan hasil pelatihan di wilayah masing-masing.

Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Ir. Andumila B Kapita selaku Kepala UPT KPH (Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan) Sumba Timur  dan difasilitasi oleh Bapak Ir. Zet Malelak, Bapak Boas Tanau dan Bapak Ir. Kabobu.

Kata silvikultur berasal dari kata silvi artinya hutan dan kata kultur artinya budidaya, jadi silvikultur dapat dikatakan sebagai budidaya hutan yang dalam konteks program ini ditekankan pada faktor perawatan jangka panjangnya. Dalam konsep silvilkultur ada penekanan pada pendekatan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam membangun hutan, tidak sekadar menanam segala jenis tanaman tetapi membuat juga perencanaan yang jelas  tentang apa tujuan menanam tanaman untuk fungsi hutan. Mengapa perlu pendekatan silvikultur dengan tanaman sengon dan kaliandra di Pulau Sumba khususnya di DAS Mangamba Katewel, Karendi dan Kambaniru? Karena sebagian besar lahan-lahan di Sumba kiritis dan mudah mengalami erosi karena lahannya terbuka.

 

Lalu apa itu bank pohon? Bank pohon adalah suatu konsep menanam hutan dengan dasar keputusan investasi ekonomi, bukan sekadar bagaimana komoditas yang ditanam dalam fungsi hutan secara umum tetapi lebih ditekankan pada analisa rugi labanya sehingga lebih pada konteks membuat hutan dengan pendekatan perencanaan. Dengan demikian masyarakat  yang berkeinginan menanam pohon tertentu yang memiliki nilai ekonomi dapat mengakses sumber modal baik lewat investasi pengusaha maupun perbankan. Secara singkat apa yang ingin ditekankan lewat kegiatan ini adalah masyarakat diajak untuk mulai menghitung bagaimana membangun hutan serta ada keuntungan ekonominya. Selain itu, dengan adanya perencanaan yang pasti tersebut maka diharapkan pihak perbankan dalam hal ini regulasinya dapat menjamin hutan sebagai agunan.  Dalam kegiatan-kegiatan selama ini, ditemukan bahwa bank hanya membiayai kegiatan ekonomi yang fokus untuk tanaman-tanaman umur pendek, peternakan serta perkebunan besar sedangkan untuk pengembangan hutan sangat kecil presentasinya.

Mengapa tanaman yang dipilih adalah sengon dan kaliandra. Sengon (Albizia Falcataria) adalah salah satu tanaman pohon dari jenis keluarga leguminosa yang mempunyai kemampuan tumbuh subur di berbagai jenis tanah serta fleksibel dengan iklim dan perubahan iklim. Dari berbagai pengalaman, ditemukan bahwa tanaman sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat memberikan dampak positif bagi penyedia kayu untuk bahan industri bagunan dan kertas. Hampir seluruh bagian dari sengon ini berguna. Sengon sudah dapat dipanen dan berguna sejak berumur 6 bulan setelah ditanam sampai usia 8 tahun dapat ditebang untuk kebutuhan bahan bangunan dan industri kertas. Sengon pada umur 5-6 tahun sudah dapat ditebang, untuk kebutuhan bahan bangunan, bahan kemasan serta mebeleur. Tanaman ini memiliki daya tumbuh yang cepat dibanding tanaman hutan yang lain.
Dari sisi budidaya, sengon tidak memerlukan perawatan yang serius mulai dari persiapan benih sampai pada penanaman. Yang terpenting adalah harus dijaga dari kebakaran dan tidak dimakan ternak sampai berusia 8 bulan. Untuk mencapai umur panen utuh, setelah penanaman sampai berumur 8 tahun hanya butuh dilakukan penjarangan dan pemangkasan yang baik untuk membentuk tingkat kelurusan yang seragam. Sengon dapat tumuh subur dan berkembang secara baik di lahan pantai hingga ketinggian 1500dpl, di daerah tropis beriklim kering dan sedang dengan curah hujan 200-1700mm/tahun dengan masa kering 6-8 bulan.

Ada 5 jenis tanaman sengon yang dikembangkan di Indonesia yaitu sengon kapuk (bahan baku batang korek api, papan cor dan kertas), sengon buto (penghijauan hutan lindung), sengon hutan (pelindung tanaman kopi dan kakao), sengon laut (bahan baku triplek dan papan untuk pengepakan) serta sengon super merah dan putih (bahan bangunan, perabot rumah tangga dan mebeleur).

 

Tanaman Kaliandra merupakan tanaman perdu yang mempunyai batang berkayu, bertajuk lebat, dapat mencapai tinggi hingga 45 meter dan mempunyai perakaran yang dalam hingga 1,5 meter sampai 2 meter. tanaman ini juga mampu tumbuh di semua jenis tanah, tahan pangkasan, cepat bersemi dan lebat. Sistem perakaran tanaman kaliandra dapat membentuk bintil akar, bintil akar ini dapat menyerap nitrogen dan menjadikan tanah subur.  Salah satu jenis kaliandra yang paling di kenal adalah jenis kaliandra bunga merah (calliandra calothyrsus ). Tanaman kaliandra dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tanah dan di tanam di lereng yang curam sebagai penahan erosi. tak hanya itu juga daun tanaman kaliandra sangat baik untuk ternak hewan karena mengandung protein yang tinggi sehingga bagus untuk meningkatkan produktifitas hewan ternak. Kayunya pun bisa digunakan untuk kayu bakar, dan uniknya ketika dibakar kayunya tidak akan mengeluarkan asap. Kayu kaliandra memiliki berat jenis antara 0,5 - 0,8 dan dapat menghasilkan panas sebanyak 4200 kkal/kg. Tanaman kaliandra merupakan bahan baku terbaik untuk pelet kayu,pelet kayu adalah bahan bakar berbasis biomassa yang lebih ramah lingkungan dari batu bara. Tanaman kaliandra mampu beradaptasi dan tumbuh subur pada cuaca yang ekstrim (panas > 33 derajat celcius) bahkan daerah yang tandus. Namun perkembangan generative nya terganggu, bungapun akan rontok sebelum menjadi buah dan biji. Oleh karena itu perkembangbiakan tanaman kaliandra sebaiknya di lakukan dengan cara vegetative (cangkok, stek dan lain ).  Persiapan lahan untuk menanam kaliandra ini tidak sesulit tanaman lain yakni dapat dilakukan dengan tanpa diolah atau diolah pada tempat yang akan ditanam, yang penting bahwa lahan tersebut tidak ada bayangan dan genangan air. Apabila ditanam dengan anakan usia 3-4 bulan maka dapat ditanam dengan membuat lubang ukuran 10 x 15 cm atau apabila dalam bentuk biji maka dibentuk larikan-larikan.

Lalu bagaimana konsep hutan di mata orang Sumba? Secara umum hutan adalah wilayah di alam atau daerah tertentu yang terdapat banyak pohon yang secara sengaja dibiarkan alamiah atau dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,sandang, pangan dan papan. Hutan memiliki 3 fungsi utama, yaitu fungsi produksi, perlindungan dan fungsi sosial. Dari segi ekonomi hutan dapat menyumbang produk kayu baik yang berfungsi sebagai bahan bangunan, kayu bakar, meubeleur, dan lain-lain. Dari sisi ekologisnya, hutan dapat menyumbang begitu banyak oksigen bagi banyak makluk hidup lainnya, sebagai daerah tangkapan air dan sumber air di musim kemarau dan mencegah erosi. Dari fungsi sosial, hutan dapat bermanfaat untuk tempat wisata alam, pelaksanaan ritual adat,olahraga dan lain sebagainya.  Hutan menurut orang Sumba adalah pusat perlindungan baik pada orang yang hidup maupun roh-roh orang mati. Hutan menjadi pemberi. Hutan dipandang sebagai uma (rumah). Mengapa demikian? Karena untuk membuat sebuah rumah adat dibutuhkan kayu yang diambil dari hutan sebanyak kira-kira 5 kubik untuk satu rumah dan karena ketergantungan inilah akhirnya orang Sumba menjadikan hutan sebagai rumah.

Apa itu hutan rendah emisi? Penjelasan hutan rendah emisi akan dimulai dari penjelasan apa itu emisi gas rumah kaca? Emisi selalu diartikan sebagai adanya kelebihan gas-gas beracun tertentu yang tersebar di atmosfir misalnya CO2, CO, CH4, SO2 yang menyebabkan atmosfir tidak berfungsi dalam menyaring atau memperkecil intensitas sinar matahari untuk menghilangkan sebagiab panas dari atmosfir sehingga menyebabkan bumi semakin panas, kehilangan air bumi makin cepat dan makluk hidup kekurangan oksigen. Dampaknya salah satu adalah menganggu produksi pertanian dan terjadinya bebagai penyakit pada manusia khususnya yang berhubungan dengan kulit dan pernapasan. Emisi itu sendiri sering terjadi karena adanya kejadian luar biasa dari pembakaran yang berlebihan di bumi baik oleh industri, hutan dan kendaraan.

 

 

Dari semua penjelasan ini hubungan antara pengembangan hutan (silvikultur dan bank pohon) dengan sumbangan pada pengurangan emisi gas rumah kaca adalah bagaimana memelihara sengon dan kaliandra secara intensif dengan menggunakan pola tanam perguliran dan pola tebang pilih yang menyebabkan CO2 yang sudah terikat pada batang tanaman dalam bentuk kambium tidak mudah dilepaskan kembali ke lingkungan; menanam sengon dan kaliandra berbasis pupuk organik yang mengandalkan kompos atau bokasi akan memperkecil penggunaan pupuk kimia yang mengandung nitrogen dan gas berbahaya lainnya, dengan model ini akan memperkecil aktifitas produksi di pabrik pupuk kimia karena mesin pabrik tidak lagi menghasilkan karbon yang dibuang ke atmosfer serta menjadikan daun sengon dan kaliandra sebagai sumber bahan organik bagi tanaman lain khususnya tanaman pangan dan hortikultura untuk memperkecil penggunaan pupuk pabrikan.

 

Selain diisi dengan pemberian materi di dalan ruangan, dalam kegiatan ini juga ada sesi praktek pembuatan pupuk bokasi. Bokasi merupakan satu istilah yang dinerikan pada konsep pupuknisasi atau pemberian nilai pupuk pada media limbah tanaman dan hewan untuk kebutuhan kesuburan tanah bagi pertumbuhan tanaman yang ideal. Bokasi biasanya dibuat dengan memberikan mikroorganisme tertentu sehingga memberi kesempatan melakukan fermentasi agar bahan-bahan yang kompleks pada limbah pertanian yang tidak dapat diserap oleh tanaman menjadi mudah tersedia dan mudah diserap oleh tanaman. Kelebihan bokasi dibanding pupuk lain adalah bokasi mudah diproduksi di pedesaan, hampir 99% menggunakan bahan lokal, memperkecil pembakaran sampah organik, penggunaan kotoran hewan agar tidak menjadi limbah penganggu lingkungan, memperbaiki tingkat ikatan air oleh media tanam, membantu penyediaan unsur nitrogen dan unsur lainnya serta memperkecil penggunaan pupuk kimia.

 

 

Kegiatan yang sama juga dilakukan untuk wilayah DAS Karendi pada tanggal 15-16 Februari 2017 dan DAS Mangamba Katewel pada tanggal 17-18 Februari 2017. Semoga kegiatan-kegiatan peningkatan ekonomi dalam bidang pertanian dengan orientasi rendah emisi ini semakin membawa dampak baik bagi manusia maupun bumi ini. **

Contact
Share This: