Menjaga Kearifan Lokal (Wariga) dan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lombok
Di pulau Lombok banyak dijumpai kearifan lokal terutama dalam hal yang menyangkut masalah kehidupan dan lingkungan. Dalam masyarakat lombok kearifan lokal tidak bisa terpisahkan dengan agama dan budaya yang dimiliki. Pada masyarakat suku Sasak yang ada di pulau Lombok memiliki suatu cara tersendiri dalam mendapatkan informasi-informasi kaitnnya dengan kondisi alam. Kondisi alam yang dimaksudkan misalnya dalam mengetahui gejala alam dalam hal ini berkaitan dengan iklim. Dalam suku Sasak ada sebuah ilmu yang dipahami dalam dunia kaitannya mengenai ilmu perbintangan. Ilmu perbintangan ini disebut dengan wariga (dibaca:Warige). Wariga merupakan tata cara perhitungan untuk mencari hari baik, kapan akan dimulainya suatu kegiatan dalam kehidupan manusia di bumi terutama pada suku Sasak. Wariga diperuntukkan oleh sebagian besar masyarakat yang mendiami pulau lombok digunakan untuk menentukan hari baik terutama dalam bercocok tanam. Masyarakat Lombok mayoritasnya adalah petani.
Berdasarkan pemaparan tokoh masyarakat yang ahli dalam membaca ilmu perbintangan khusus wariga yaitu bapak Mohammad Wirasentana menuturkan bahwa nenek moyang suku Lombok sudah biasa membaca kondisi alam mereka misalnya menghafalkan iklim, dan pola musim dalam bercocok tanam. Tidak hanya sebatas itu saja ribuan tahun lalu sudah mengenal gejala-gejala alam misalnya gerhana dan perubahan iklim. Kejadian seperti ini tidak dituangkan dalam bentuk buku seperti saat ini akan tetapi mereka tulis pada balok kayu. Kayu dipilih agar tidak cepat rusak. Tapi sangat disayangkan ilmu perbintangan ini jarang di terapkan oleh masyarakat karena tidak semua bisa membaca papan perhitungan tersebut.
Bertujuan memberikan pemahaman wariga kaitannya dengan meningkatkan ketahanan pangan terutama dalam menyikapi kondisi iklim yang tidak menentu, Konsorsium PETUAH Universitas Mataram (UNRAM) memberikan pelatihan bagi penyuluh Pertanian yang ada di kecamatan Praya Barat. Kegiatan pelatihan dengan tema “Pemanfaatan pengetahuan Wariga untuk Pengelolaan Usaha Tani Tahan Perubahan Iklim” yang dilaksanakan 22 September lalu di kantor Badan Ketahanan Pangan, Penyuluhan dan Pertanian (BKP3) di Kabupaten Lombok Tengah. Selain mengundang penyuluh, hadir juga beberapa kelompok tani.
Bukan hanya materi tentang cara baca iklim dengan metode lokal. Perlu juga pendekatan ilmiah supaya metode ini dapat di pahami dan diterapkan. Dalam kesempatan ini hadir juga pakar yang mengkaji wariga dari sisi akademisi yaitu Dr. Ismail Yasin, M. Sc dari Universitas Mataram. Sebelum penyampaian materi, kepala BKP3 mengutarakan harapannya sebagai seorang penyuluh pertanian agar bisa memperhitungkan perjalan musim hujan dan kemarau dalam rangka menghadapi ketahanan pangan untuk di kabupaten Lombok Tengah. Dengan adanya pelatihan seperti ini dapat diketahui apa yang dilakukan untuk mengantisipasi dampak dari perubahan iklim yang terjadi belakangan ini. Banyak hal-hal yang tidak diketahui kaitannya dengan klim misalnya dalam menentukan kapan waktu yang tepat dalam bertani.
Kegiatan seperti ini memang perlu dilakukan agar menjaga kearifan lokal yang semakin hari terus tergerus zaman.