Penguatan Kapasitas Anggota ASMALORA Oleh WWF Indonesia
Keterlibatan masyarakat sangat diharapkan dalam upaya menjaga kelestarian hutan. Kurangnya pembinaan serta akses yang didapatkan guna keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan, seringkali tidak ada. Inilah yang mendorong terjadinya kemiskinan beberapa wilayah kawasan hutan. Meningkatnya angka kemiskinan di beberapa kawasan hutan selama ini, berdampak negatif terhadap kelestarian hutan. Selama ini masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan telah memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) namun masih secara optimal memanfaatkannya agar berkelanjutan. Sehingga banyak terjadi hal-hal yang kurang baik terjadi di beberapa wilayah tersebut seperti terjadinya alih fungsi lahan hutan.
Tindakan yang perlu dilakukan dalam rangka memberikan ruang bagi masyarakat dalam mengelola hutan yaitu lewat serangkaian kegiatan yang dimulai dari peningkatan kapasitas. Kapasitas yang dimaksud meliputi pengetahuan/pemahaman tentang hutan dan pemanfaatannya. Dilanjutkan lagi mengenai peningkatan keahlian, dalam hal ini, tentang bagaimana masyarakat memiliki skill/keahlian dalam pengelolaan hutan (konservasi) dan pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
WWF-Indonesia sebagai salah satu mitra penerima hibah MCA-Indonesia, yang fokus pada pengelolaan sumberdaya hutan. Saat ini melakukan upaya pengelolaan hutan lewat pemanfaatan HHBK secara berkelanjutan dengan mengedepankan penguatan implementasi pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM).
Salah satu langkah yang dilakukan oleh WWF-Indonesia yaitu dengan melakukan pendampingan ke masyarakat yang fokus mengembangkan HHBK. Salah satu kelompok dampingannya adalah kelompok budidaya madu yang ada di kawasan hutan Lombok Utara. Kelompok madu yang di dampingi tidak hanya fokus pada wilayah kerja WWF-Indonesia yang ada di wilayah Lombok Utara, akan tetapi, seluruh kelompok budidaya madu yang ada di Kabupaten Lombok Utara, sehingga terbentuklah Asosiasi Madu yang diberi nama Asosiasi Madu Lombok Utara (ASMALORA). ASMALORA bersekretariat di Desa Mumbul Sari, Kecamatan Bayan.
Para petani madu dan kelompoknya yang ada di Kabupaten Lombok Utara, mendapatkan pendampingan mulai dari pengembangan kelembagaan hingga penguatan kapasitas anggota dan kelompok. Melalui dukungan proyek hibah MCA Indonesia, kegiatan peningkatan kapastias bagi petani dan kelompok pengelola madu telah dilakukan melalui fasilitasi pelatihan dari aspek kelembagaan, produksi, pengolahan dan pemasaran. Aspek produksi madu menjadi tumpuan terpenting dalam penguatan kelembagaan. Kegiatan penguatan kapasitas bagi para anggota ASMALORA dilakukan seminggu sekali, tanggal 14 Februari 2017 menjadi agenda mingguan yang kebetulan terjadwal di desa Mumbul Sari, Kec. Bayan, Lombok Utara.
Salah satu strategi yang sekarang ini banyak mendapat perhatian pada sektor kehutanan adalah membangun tata niaga HHBK atau NTFPs (non-timber forest products) yang berwawasan lingkungan. Pengembangan produksi madu yang diberi nama Madu Rinjani diupayakan dapat menumbuhkan usaha ekonomi masyarakat sehingga, tujuan utama untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada hutan kayu dapat tercapai.
Untuk menunjang produksi madu, Konsorsium WWF-Indonesia bersama Kelompok Tani (KOPTAN) Maju Bersama Santong, akan mendirikan rumah produksi madu. Rumah produksi madu tersebut akan menjadi sentral pengolahan madu yang ada di Lombok Utara. Semua madu yang dihasilkan oleh anggota ASMALORA akan dikelola di rumah produksi ini. Bukan hanya sebatas pada pengolahan saja. Madu Rinjani yang ada di Rumah produksi yang bertempat di desa Mumbul Sari akan di pasarkan, mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional.
Harapan dari anggota dan pengurus ASMALORA, bahwa perlu adanya kerjasama baik dari pihak pemerintah maupun para pengusaha sektor swasta terutama penyedia jasa wisata (perhotelan). “Madu Asmalora nantinya akan diupayakan menjadi salah satu welcome drink setiap hotel yang ada di Lombok Utara dan menjadi minuman jika para instansi pemerintah yang ada di Lombok Utara melakukan kegiatan, semisal rapat ataupun pertemuan-pertemuan lainnya. Dengan adanya inisiatif semacam ini, madu Rinjani khas Lombok Utara akan menjadi terkenal,” ungkap ketua ASMALORA bapak Saripudin dalam penutupan kegiatan rapat penguatan kapasitas kelembagaan.
Permasalahan secara khusus tetang pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan pemanfaaatan HHBK secara berkelanjutan dapat berjalan sesuai tujuan program ini. Begitu juga dengan tujuan yang diinginkan oleh Proyek Hibah MCA-Indonesia yaitu meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi karbon dengan memperbaiki praktik-praktik penggunaan lahan dan pengelolaan sumberdaya lahan. Bukan hanya sebatas pengelolaan dan pengurangan gas emisi tapi juga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pengelola hutan. ###