Pengenalan Iklim Guna Meningkatkan ketahanan Pangan di Lombok Tengah
23 Desember lalu, Kabupaten Lombok Tengah menjadi Kabupaten terakhir dari rangkaian FGD Penjaringan Masukan Penyusunan Roadmap CoE CLEAR yang dilaksanakan oleh Konsorsium PETUAH. FGD yang berlokasi di Kantor BAPPEDA Lombok Tengah ini dihadiri oleh beberapa perwakilan dari BAPPEDA, Dinas Pertanian dan Perikanan, BMKG Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan Unit Pelaksana Teknis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanaan Penyuluhan (UPT-BKP3) Kecamatan Pujut, Batukliang Utara, Jonggat, Janapria dan Kopang. FGD ini diawali dengan sambutan dari Kepala Bidang Sosial Budaya Bappeda Lombok Tengah, Bapak Lalu Satria Utama. Dari hasil diskusi, ada beberapa masukan dari instansi terkait guna mendukung dan berjalannya kegiatan pengetahuan hijau yang dilaksanakan oleh PETUAH dalam rangka terbentuknya CoE CLEAR. Dalam acara diskusi ini perwakilan Bappeda memberikan masukan terkait keberlanjutan dari program CoE ClEAR. Harapan dari pemerintah daerah, program ini bisa selaras dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan apabila roadmap ini telah selesai dirumuskan, maka dapat menjadi referensi dalam merancang RPJMD Ranwal (Rancangan Awal).
Selain itu, ada beberapa masukan dari peserta diskusi diantaranya, dari UPTD BP3K dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan, menekankan perlu adannya pelatihan sehingga program dari dinas terkait dan CoE CLEAR bisa berjalan selaras. Fokus utama dari CoE CLEAR adalah bagaimana mempersiapkan dan membangun pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim. Oleh sebab itu diharapkan adanya pengenalan iklim, baik untuk penyuluh pertanian maupun kelompok-kelompok tani. Pengenalan iklim ke penyuluh dan petani dirasa sangat penting karena tidak semua penyuluh mengetahui tentang perubahan iklim. Dengan adanya pelatihan ini nantinya diharapkan penyuluh dan petani mengetahui dan dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim. Manfaat dari pengenalan iklim ini; misalnya saja petani sebelum melakukan kegiatan budidaya terlebih dahulu mencari info tentang kondisi iklim, sehingga dalam melakukan kegiatan budidaya terkait dengan pemilihan bibit, siklus jenis hama dan penyakit pada musim dan iklim tertentu bisa diantisipasi. Menurut ibu Yohanes dari BMKG bahwa info iklim kaitannya dalam bidang pertanian, petani dapat diberikan panduan dalam mengenal suhu, kelembaban curah hujan dan lain sebagainya, sehingga petani dalam budidaya mengetahui penyakit apa yang terjadi pada suhu tertentu, dan lain sebagainya. Program yang telah dilaksanakan oleh BMKG yang memiliki dampak positif pada petani yaitu sekolah lapang iklim. Oleh karena itu dengan adanya CoE Clear diharapkan dapat memberikan sosialisai dan pelatihan tentang dampak perubahan iklim.
Informasi yang menarik juga yang diperoleh dari FGD ini adalah do Lombok memiliki keakrifan lokal terkait dengan iklim, yaitu WARIGE. WARIGE merupakan tata cara perhitungan untuk mencari/menentukan hari baik, kapan akan dimulainya suatu kegiatan dalam kehidupan manusia di Bumi Sasak, terlebih penentuan dalam waktu dalam bercocok tanam. Dengan adanya sistem peramalan iklim tradisional masyarakat Sasak, dapat dipadukan dengan teknologi yang ada. Sehingga petani bisa mengantisipasi dampak terburuk dari perubahan iklim. Dengan adanya program CoE CLEAR diharapkan Lombok Tengah bisa mempetahankan ketahanan pangan.
Add new comment