Pelatihan Gender Untuk Program BIRU NTB
Mainstreaming gender merupakan hal penting dalam pembangunan, karena sangat membantu untuk melihat pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam rantai nilai. Bagian dari melihat pembagian peran ini adalah melihat peran perempuan dalam pelaksanaan program. Dalam menjalankan perannya setiap hari, perempuan bertanggungjawab terhadap banyak hal. Demikian juga sepanjang rantai nilai dalam pengembangan program yang sayangnya kontribusi mereka seringkali tak terlihat oleh masyarakat. Akibatnya, perempuan menjadi kurang terintegrasi dalam rantai nilai dibanding laki-laki. Mereka kurang mendapat pelatihan teknis, kesulitan mengakses keuangan untuk modal usaha serta seringkali mendapatkan upah yang lebih rendah.
Program Biogas Rumah (BIRU) yang dikembangkan melalui program TERANG/ Investasi Dalam Energi Terbarukan Untuk Masyarakat Terpencil. Diharapkan membawa manfaat baik bagi perempuan maupun laki-laki. Terlebih lagi di NTB, pemanfaatan Biogas hingga saat ini hanya untuk kebutuhan memasak. Hanya sedikit yng memanfatkan untuk penarangan. Sehingga penerima manfaat dari biogas tersebut justru adalah perempuan. Akan tetapi yang terjadi di lapangan adalah perempuan mempunyai akses dan kontrol atas sumber daya dan kesempatan yang terbatas dibandingkan dengan laki-laki, sehingga sulit bagi perempuan untuk bisa berpartisipasi secara aktif dan memperoleh manfaat dari program biogas rumah.
Guna meningkatkan peran perempuan dalam usaha kesetaraan manfaat program biogas. Perlu pembagian peran antara laki-laki dan perempuan sehingga perencanaan program harus dibuat berdasarkan kebutuhan dan tantangan antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian persoalan-persoalan gender dapat tersampaikan secara sistematis dan tujuan program mencapai kesetaraan gender bisa tercapai. Terlebih lagi dalam program TERANG ini, tujuan yang ingin dicapai adalah peningkatan mata pencaharian pedesaan melalui pemanfaatan energi terbarukan di masyarakat pedesaan dan diadopsinya model bisnis yang berkelanjutan dari teknologi Renewable Energy (RE) off-grid. Dengan demikian jelaslah bahwa peran perempuan dalam program ini sangat penting. Target yang harus dicapai adalah keterlibatan masyarakat baik laki-laki dan perempuan dengan persentase 50-50. Sehingga diperlukan strategi untuk dapat memilh serta peningkatkan peran perempuan. Untuk itu, Hivos-YRE mengembangkan Gender Action Learning System (GALS) sehingga pengguna-pengguna potensial terutama perempuan dapat teridentifikasi untuk dapat mengembangkan sektor bisnis hasil produksi biogas yang diharapkan dapat tercapai.
Untuk dapat memahami penerapan GALS maka dilakukan Training of Trainer (ToT) pada tanggal 28 Februari hingga 2 Maret bertempat di Hotel Sentosa Lombok. ToT ini dikuti oleh Tim BIRU NTB dan CPO ( Construction Partner Organization). Tujuannya adalah agar peserta bisa melakukan training gender di tingkat pengguna. Agar memudahkan tercapainya tujuan training gender di level user maka training GALS ini dibagi menjadi empat tahapan. Namun sebelumnya, trainer harus mengidentifikasi user. Karena dalam pelatihan ini harus melibatkan 60 orang yang tersebar di Pulau Lombok dengan perbandingan peserta laki-laki dan perempuan seimbang. Ketentuan lainnya adalah peserta haruslah merupakan pemilik. Selama ini, ketika pembangunan reaktor dan pendaftaran User ID, kepala rumah tangga secara otomatis menjadi pemilik. Meski perawatan dan pemanfaatan dilakukan oleh perempuan (istri). Untuk mengatasi hal tersebut dalam Tim BIRU telah menyiapkan Surat Kesepakatan pembangunan reaktor yang ditandatangani oleh suami dan istri. Tentu hal ini sangat membantu daam mengidentifikasi peserta training GALS ini.
Beberapa tahapan pelatihan GALS ini adalah pada GALS 1, peserta yang dilatih sebanyak 60 orang dengan porsi laki-laki dan perempuan sama. Output dari tahap satu ini adalah terbentuknya action plan masing peserta. Sepekan kemudian akan dilakukan monitoring oleh trainer kepada masing-masing peserta apakah ada perubahan yang terjadi atau apakah action plan tersebut telah dilakukan. Selanjutnya akan dilakukan kembali pelatihan GALS 2 bagi peserta yang sama. Selanjutnya dilakukan juga monitoring dari pelaksanaan GALS 1 dan 2 tersebut. Setelah itu, GALS 3 dilaksanakan. Outputnya adalah terbentuknya pohon usaha oleh pengguna. Pada tahapan monitoring GALS 1,2 dan 3, akan terseleksi secara alami siapa saja user potensial yang akan ikut serta pada GALS 4. Target program BIRU pada GALS 4 ini adalah sebanyak 20 orang yang merupakan user potensial. Hasil akhir dari GALS 4 ini adalah tersusunnya Peta Pasar dari bisnis energi terbarukan secara berkelanjutan.
Training GALS ini dari tahap pertama sampai akhir ditargetkan akan berakhir pada pertengahan bulan Mei 2017 ini. Sehingga trainer diharapkan mampu memenuhi target tersebut. untuk itu, di sesi terakhir pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari ini telah menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa identifikasi Desa Sampel di masing-masing kabupaten yang dilengkapi dengan jadwal pelaksanaan pelatihan. Diharapkan diakhir program melalui GALS ini, akan mendorong peran perempuan yang mencapai 40% dalam pemanfaatan biogas serta terlibat aktif dalam rantai nilai. Selain itu juga akan memperkuat sumber ekonomi yang dijalankan oleh perempuan terkait dengan energi terbarukan.