Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Keberlanjutan Pembangunan Pertanian
Sebagai tindak lanjut dari Kick Off Meeting dan Positioning Analysis CoE CLEAR yang dilaksanakan minggu lalu, pada tanggal 10 Desember lalu bertempat di Universitas Mataram tengah berlangsung FGD Positioning Analysis dan Penyusunan Roadmap CoE CLEAR oleh Konsorsium PETUAH. FGD ini bertujuan untuk memperoleh masukan dari peserta terkait Universitas Mataram sebagai Center of Excellent (CoE) Climate Resilience Agriculture (CLEAR) di Nusa Tenggara Barat. FGD ini dihadiri oleh beberapa perwakilan akademisi dari Fakultas Pertanian, Peternakan dan BMKG.
Sebagai pengantar dari FGD dan untuk membangun pemahaman yang sama, diawali dengan presentasi dari Bapak Bambang Hari Kusumo (Universitas Mataram) mengenai Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Hubungannya dengan Keberlanjutan Pembangunan Pertanian. Beliau mengemukakan bahwa gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia merupakan penyebab utama pemanasan global dan perubahan iklim. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak dan lain-lain. Pada bidang pertanian, saat petani menambah pupuk penyubur nitrogen ke dalam tanah, beberapa dari nitrogen tersebut berubah menjadi Nitro Oksida (N2O) - gas rumah kaca yang sangat kuat. Sapi menciptakan gas methan saat rumput mengalami peragian di perut mereka. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer, sehingga sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global. Beberapa dampak dari perubahan iklim diantaranya : curah hujan yang tidak merata, pergeseran musim, gangguan cuaca, gangguan siklon tropis, badai, puting beliung.
Untuk menghadapi akibat dari pemanasan global dan perubahan iklim, berikut ini beberapa contoh adaptasi khususnya dalam bidang pertanian : aplikasi tanaman berakar lebat dan dalam, berdaun lebat sehingga dapat menyerap CO2 yang lebih banyak, akarnya lebih banyak menyimpan karbon pada lapisan tanah yang lebih dalam. Selain itu, kita juga dapat mengembangkan sistem tumpeng sari, system agroforestry, biochar, penampungan air hujan untuk berbagai kebutuhan, raised bed (menghindari genangan air akibat curah hujan yang berlebihan). Mengembangkan System Rice Intensification (SRI), merupakan teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, Selain itu dengan menerapkan Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu atau dengan kata lain menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. merupakan
Selain adaptasi juga dilakukan mitigasi, usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi sebab perubahan iklim dari sumbernya serta beradaptasi terhadap perubahan iklim. Berikut ini beberapa aktifitas dari mitigasi:
• Pemanfaatan pupuk organik.
• Penyiapan lahan tanpa bakar dan optimalisasi pemanfaatan lahan.
• Pemanfaatan kotoran/urine ternak dan limbah pertanian untuk biogas, biofuel dan pupuk organik.
• Penerapan teknologi budidaya tanaman untuk mengurangi GRK.
• Perbaikan dan pemeliharaan sistem irigasi.
• Penerapan pembukaan lahan tanpa bakar(PLTB) melalui pembuatan kompos, arang(biochar) dan briket arang.
• Pengembangan budidaya tanaman pangan dengan TOT untuk mengurangi laju emisi GRK.
• Tambahan perluasan areal kelapa sawit, karet, kakao pada lahan non hutan(APL).
Beberapa kegiatan dan hasil penelitian adaptasi dan mitigasi terkait pemanasan global dan perubahan iklim telah banyak dilakukan, CoE CLEAR UNRAM bertujuan untuk membangun pusat keunggulan yang berfokus pada pembangunan pertanian. Diakhir FGD, peserta mengisi kuesioner yang telah dibuat oleh PETUAH berdasarkan indikator penilaian dari Pusat Unggulan IPTEK. Tujuan dari kuisioner tersebut adalah agar sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi 2015.
Add new comment