Membangun Pemahaman Tentang Model Ekowisata Berbasis Masyarakat Di Lombok Timur
Industri pariwisata di pulau Lombok diperkirakan akan terus berkembang dengan pesatnya. Perkembangan di sektor pariwisata ini memunculkan beragam macam konsep, salah satunya adalah ekowisata yang mengedepankan peran masyarakat dalam membangun wisata yang ada di wilayahnya sendiri.
Ekowisata yang berbasis masyarakat ini merupakan suatu bentuk kegiatan wisata dengan menyuguhkan wisata yang alami dan dikelola dengan pendekatan konservasi dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat setempat. Masyarakat menjadi basis utama dalam pengembangan konsep wisata ini. Dari definisi ini didapatkan poin penting yaitu tentang konservasi dan kesejahteraan.
Ekowisata bila ditinjau dari perannya dalam hal konservasi, berarti lebih menjurus pada kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Sedangkan jika berbicara tentang kesejahteraan maka berkaitan erat dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang berujung pada peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan masyarakat dirasa sangat penting dan menjadi tujuan utama dalam menjalankan konsep ini. Dengan adanya ekowisata menjadi stimulan pertumbuhan ekonomi lewat usaha kreatif yang dihasilkan. Akan tetapi harus memperhatikan sumberdaya alam dan budaya masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
Sangat disayangkan jika ekowisata ini tidak dijalankan di Pulau Lombok, terutama di Lombok Timur. Mengingat pulau Lombok menjadi tujuan berwisata bagi semua kalangan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Nusa Tenggara Barat lewat Bapak Gubernur TGB. Zainul Majdi mengemukakan ikhtiarnya untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang datang atau berkunjung sebesar 3 juta pengunjung di tahun 2017. Ini menjadi peluang yang sangat besar dalam pengembangan ekowisata, karena kebanyakan wisatawan lebih senang berkunjung ke daerah-daerah yang masih alami baik kebudayaan maupun alamnya itu sendiri.
Sebelum konsep ini dijalankan perlu ada penguatan pengetahuan terutama bagi masyarakat, karena masyarakat yang memegang kendali utama dalam ekowisata. Jika kita melirik kebelakang sebetulnya masyarakat yang ada di Lombok sudah menjalankan ekowisata. Akan tetapi perlu penguatan kapasitas bagi masyarakat agar konsep ekowisata yang dijalankan bisa berkelanjutan.
Merujuk pada definisi di atas, Rimbawan Muda Indonesia (RMI) bekerjasama dengan Gema Alam melalui dukungan dari Millennium Challenge Account-Indonesia (MCAI) mengadakan kegiatan Pelatihan dan Forum Group Discussion (FGD) Dalam rangka membangun pemahaman tentang model ekowisata berbasis masyarakat. Kegiatan pelatihan dan FGD ini diadakan pada tanggal 17-19 Desember 2016 bertempat di Tete Batu Kabupaten Lombok Timur.
Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan pemahaman mengenai konsep, potensi, sarana, dan prasarana pendukung ekowisata berbasis masyarakat dan Memahami potensi, kondisi, tantangan, dan harapan pada pengelolaan ekowisata. Kegiatan pelatihan dan FGD ini dihadiri oleh desa target pengembangan ekowisata diantaranya Desa Suela, Desa Sapit, Desa Mekarsari, Desa Beririjarak, Desa Pringgasela Selatan dan Desa Jurit Baru. Selain dari perwakilan desa target acara ini juga dihadiri oleh Perwakilan dari pemerintah desa, kelompok masyarakat (pemuda dan perempuan), HKm atau kelompok tani, Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebun Raya Lombok (UPTD KRL), Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Timur, tokoh masyarakat, dan pelaku usaha lokal.
Inisiasi ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu kegiatan utama pada program ini dengan mengedepankan keadilan dan Berkelanjutan. Dan menjadikan kegiatan ini sebagai sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat terutama perempuan. Terbentuknya ekowisata ini diharapakan dapat terbangunnya kemandirian ekonomi yang mengarah pada penurunan karbon dan perubahan kualitas hidup perempuan yang ada di kabupaten Lombok Timur. Di dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekowisata diharapkan dapat dipergunakan untuk pendekatan pelestarian. Selain itu, agar mampu mempertahankan budaya lokal.
Ekowisata berbasis masyarakat memerlukan peran aktif masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan usaha ekowisata. Maka aspek kunci pada ekowisata berbasis masyarakat meliputi:
- Masyarakat membentuk lembaga pengelola ekowisata dengan dukungan dari pemerintah maupun pihak lain,
- Pengelolaan dan kepemilikan sarana prasarana dan kawasan wisata oleh masyarakat setempat,
- Pemandu adalah dari masyarakat setempat,
- Sarana prasarana tidak mengganggu ekosistem dan diupayakan menggunakan bahan lokal,
- Adanya peningkatan kapasitas yang berkala bagi pengelola ekowisata, dan
- Membangun kemitraan dengan para pihak.
Inilah kunci dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang ada di lima desa target program. Sebelum menetapkan lima desa yang menjadi target program. RMI dan GEMA ALAM melakukan identifikasi awal terkait potensi dan tantangan ekowisata berbasis masyarakat. Kelima lokasi memiliki peluang untuk mengembangkan ekowisata.
Kegiatan identifikasi yang dilakukan pada November 2016, memberikan beberapa rekomendasi diantaranya:
- Daerah penyanggah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan hutan KPH Rinjani Timur memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat,
- Pengembangan kawasan dan produk Ekowisata ditujukan untuk meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat lokal, wisatawan nusantara/mancanegara pada alam dan budaya lokal sekaligus untuk meningkatkan ekonomi lokal,
- Merekomendasikan pemerintah daerah dan Balai Taman Nasional untuk menyusun dan mengeluarkan kebijakan yang mendukung peran serta masyarakat dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat.
Dalam kegiatan pelatihan dan FGD selama tiga hari berturut-turut ini meminta kepada semua pihak terutama pelaku ekowisata untuk tetap mengedepankan pelestarian lingkungan dan kearifan lokal yang ada. Tujuan utama dalam pelatihan ini para pelaku ekowisata di enam desa mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat.