Flash Report: Membangun Media Belajar Pembangunan Rendah Emisi di Pesisir Lombok dan Sumba (bagian 1)

You are here

Home / Flash Report: Membangun Media Belajar Pembangunan Rendah Emisi di Pesisir Lombok dan Sumba (bagian 1)

Flash Report: Membangun Media Belajar Pembangunan Rendah Emisi di Pesisir Lombok dan Sumba (bagian 1)

Oleh: Akbar A. Digdo
Foto oleh : Tim Blue Carbon Consortium Lombok

Teluk Jor, di Kabupaten Lombok Timur adalah lokasi yang sangat terkenal dengan pengelolaan sumberdaya pesisirnya. Kegiatan budidaya perikanan sangat menonjol disini, khususnya untuk pembesaran lobster dan beberapa jenis ikan komersial misalnya kerapu. Saat kita berada di sini, mata kita akan disuguhi oleh barisan bagan tancap yang tersebar di teluk.  Warga di pesisir Teluk Jor, yang tergabung dalam LPATJ (Lembaga Pemangku Adat Teluk Jor) sangat faham bahwa pemanfaatan sumberdaya pesisir harus dikelola dengan bijaksana dan berkelanjutan. Untuk itu maka mereka menyepakati sebuah aturan adat (awiq-awiq) yang mengedepankan pemanfaatan pesisir berkelanjutan.

Dalam konteks pengelolaan pesisir, masyarakat Teluk Jor termasuk sudah maju dibandingkan dengan desa-desa lain yang serupa di Lombok, ini ditunjukkan dengan adanya peraturan adat yang mereka miliki yang mendorong keselarasan pemanfaatan sumberdaya dan konservasi sumberdaya pesisir. Dan dari sudut pandang pembangunan rendah emisi, Teluk Jor telah memberikan kontribusi serapan karbotn melalui ekosistem mangrove dan ekosistem lamun yang dimilikinya.  Untuk itu, Blue Carbon Consortium menawarkan model pemanfaatan pesisir yang lebih efisien baik dari sudut pandang emisi karbon ataupun dari sisi ekonomi.

Blue Carbon Consortium menawarkan sebuah model pemanfaatan energi surya  secara komunal untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil pada operasional bagan tancap. Pembangkitan energi listrik untuk penerangan kegiatan penangkapan ikan di bagan yang selama ini dihasilkan oleh generator diesel akan digantikan oleh tenaga surya atau sering disebut photo voltaic generator.

Sebuah bagan akan dikonversi sebagai unit pembangkit, dilengkapi dengan kumpulan solar panel atau panel surya, unit pengisian baterai dan 10 baterai kering. 10 baterai ini nantinya akan digunakan untuk menyalakan penerangan di 10 bagan, termasuk bagan unit pembangkit. Bagan-bagan yang menggunakan sistem ini juga akan dimodifikasi peneranganya untuk menghemat pemakaian listriknya. Teknologi LED (light emitting diode) digunakan untuk menggantikan lampu TL konvensional.

Proses pembangunan dilaksanakan oleh pengurus dan anggota LPATJ dibantu oleh pemerintah dan warga desa Telok Jor dan Kidang. Pendampingan dan fasilitasi masyarakat diberikan oleh tim Blue Carbon Consortium Lombok sesuai dengan hasil kajian yag dilakukan sebelumnya. Trainer dan spesialis juga digerakkan untuk memberikan arahan teknis sehingga menghasilkan kegiatan yang berkualitas.

Desain bagan yang digunakan mengadopsi desain lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan dan adanya beban lebih akibat pemasangan panel surya dan baterai. Lampu, panel surya dan baterai yang digunakan pun diupayakan untuk menggunakan jenis-jenis yang tersedia di pasaran. Kedua hal ini dimaksudkan agar teknologi ini dapat diserap dan direplikasi dengan mudah oleh masyarakat sekitar lokasi kegiatan.

Pada saat tulisan ini dibuat, penyelesaian bagan masih terus dilakukan. Selain pekerjaan fisik, penguatan kelambagaan dan pendampingan terus dilakukan untuk memastikan agar unit bagan ini dapat terus beroperasi bahkan direplikasi. Saat ini, telah diambil keputusan bahwa pengelolaan bagan ini akan dipimpin oleh LPATJ berkoordinasi dengan Pemerintah Desa. Upaya integrasi ke dalam RPJM Desa juga terus didorong untuk memastikan bahwa kegiatan ini bisa diteruskan oleh desa. Pengembangan sistem pembiayaan mandiri, seperti iuran misalnya, juga terus didiskusikan untuk mencapai mufakat.

Sumber: http://bluecarbonconsortium.org/uncategorized/flash-report-membangun-med...

Contact
Share This: