Diskusi Hijau "Desa Membangun untuk Indonesia Hijau
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya potensi sumber daya alam. Namun hingga 70 tahun merdeka, kekayaan alam itu belum dikelola dengan maksimal, salah satunya karena paradigma pembangunan yang menempatkan desa sebagai obyek yang kurang diberdayakan. Masyarakat miskin pada umumnya ada di desa-desa terpencil. Desa menjadi identik dengan keterbelakangan, tempat penumpukan angkatan kerja produktif yang menganggur menunggu peruntungan untuk mendapatkan pekerjaan. Kerusakan lingkungan juga cenderung meningkat karena seringnya berbenturan dengan aktifitas pemenuhan kebutuhan hidup.
Untuk mengatasi masalah ini, tahun 2014 pemerintah Indonesia mengubah paradigma pembangunan dari membangun desa menjadi desa membangun dengan mengeluarkan undang-undang Nomor 6 tahun 2014. Undang-undang ini menuntut keterlibatan masyarakat yang lebih banyak dalam pembangunan. Desa mendapat prioritas yang lebih dalam pembangunan.
Sejalan dengan program Pemerintah, Konsorsium Hijau (KH) melalui dukungan Proyek Pengetahuan Hijau dari MCA-Indonesia mengembangkan delapan model Desa Hijau Inklusif yang melibatkan kaum muda di desa untuk pembangunan hijau. Tujuan program ini antara lain menciptakan kapasitas anak muda yang ada di desa sebagai calon pemimpin lokal, menciptakan keahlian baru berdasarkan pengetahuan hijau bagi angkatan kerja di desa, melahirkan perubahan kebijakan pembangunan lokal melalui kebijakan yang dirumuskan di tingkat desa dengan melibatkan pemuka desa. Tujuan lain yang tak kalah menarik adalah pendirian pusat pembelajaran masyarakat dengan program literasi ekologis. Dengan Program ini diharapkan lahir angkatan muda yang lebih berwawasan lingkungan, lebih kreatif dan lebih produktif yang pada akhirnya menciptakan desa-desa baru yang lebih mandiri.
BaKTI selaku pengelola pengetahuan yang dihasilkan oleh mitra-mitra MCA, melaksanakan kegiatan Diskusi Hijau dengan tema “Desa Membangun Untuk Indonesia Hijau” pada tanggal 10 Mei 2016 bertempat di Hotel D’Maleo, Mamuju Sulawei Barat. Kegiatan ini bertujuan yang bertujuan untuk berbagi informasi mengenai konsep Desa dan sebagai ajang curah ide dan bertukar solusi mengenai perkembangan pembangunan rendah karbon khususnya di Sulawesi Barat
Diskusi ini mengangkat topik dari program yang dikembangkan oleh Konsorsium Hijau yang fokusnya bagaimana menumbuhkan kapasitas kaum muda perempuan dan laki-laki di pedesaan dalam menggali pengetahuan hijau guna menjawab krisis sosial khususnya di dua desa sasaran yakni Desa Tadui kecamatan Mamuju dan Desa Taan Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju. Kegiatan diskusi dihadiri oleh stakeholder terkait baik dari perwakilan SKPD Provinsi Sulawesi Barat, perwakilan SKPD Kabupaten Mamuju, DPRD Mamuju, Pemerintah Kecamatan dan Desa, LSM, Media serta Dewan Pendidikan Kab. Mamuju.
Diskusi dibuka oleh Sekertaris Bappeda Provinsi Sulawesi Barat, Bapak Suparman, S. Sos. Dalam sambutannya beliau sangat mengapreasi kegiatan Diskusi Hijau khususnya tema yang diangkat. Hadir pula Perwakilan MCA-Indonesia, Ibu Nurlina Latif selaku District Regional Manager Kabupaten Mamuju yang dalam sambutannya sangat mendukung kegiatan ini demi tercapainya tujuan kemakmuran hijau.
Hadir sebagai Narasumber adalah Bapak Muh. Mursyidin yang merupakan peneliti dari Konsorsium Hijau. Dalam paparannya, Narasumber menjelaskan mengenai empat capaian KH selama melaksanakan beberapa program di dua desa di Mamuju. Keempat capaian tersebut adalah Paket pengetahuan hijau yang dapat dipergunakan oleh komunitas untuk mengatasi krisis sosial- ekologis setempat; Tim Angkatan muda yang menjadi penggerak perubahan desa, yang dinamakan Pandu Tanah Air; Pusat inovasi Masyarakat (PinMas),wadah para Pandu mengembangkan inovasi hijau, yang menjadi dasar perubahan desa dan Ekosistem sosial-politik yang kondusif, yang dalam hal ini adalah paket kebijakan yang menopang pergerakan desa dan kawasan untuk mencapai kemakmuran hijau. Selain itu Narasumber juga menjelaskan beberapa temuan yang menjadi tantangan masyarakat desa. Dari temuan-temuan ini dihasilkan beberapa rekomendasi yang diteruskan kepada para pengambil kebijakan.
Diskusi berjalan sangat interaktif, meskipun beberapa pertanyaan dan tanggapan tidak mendapat jawaban yang tepat dari Narasumber, mengingat kapasitas Narsumber adalah peneliti, bukan pelaksana program. Poin diskusi kali ini adalah stakeholder yang hadir siap berbagi peran dari konsep yang dipaparkan oleh Konsorsium Hijau. Salah satu perwakilan peserta dari Dewan pendidikan Kabupaten Mamuju Bapak H. Hajrul Malik, S,Ag menegaskan perlunya komunikasi dan koordinasi semua pihak yang terlibat, penguatan organisasi berdasarkan potensi lokal yang dimiliki serta adanya dukungan dari pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten.
Add new comment