Berkenalan dan Berguru pada Tanaman Kakao

You are here

Home / Berkenalan dan Berguru pada Tanaman Kakao

Berkenalan dan Berguru pada Tanaman Kakao

Salah satu bentuk konkrit dari sebuah hubungan persahabatan adalah adanya kesadaran untuk saling menopang dan menjaga satu sama lain. Hubungan timbal balik tanpa ada paksaan membuat sebuah persahabatan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Demikian pula dengan persahabatan manusia dan alam. Keduanya perlu saling menopang dan menjaga, perlu saling memberi dan menerima agar keseimbangan alam ini tetap terjaga.

Kebijaksanaan manusia memanfaatkan alam akan berimbas pada kehidupan manusia itu sendiri. Apa yang diberikan itu pula yang akan diterima. Apa yang ditanam itu pula yang akan dituai. Perawatan yang baik akan menumbuhkan kehidupan yang baik, kehidupan yang baik akan menghasilkan buah yang berkualitas baik pula begitu pula sebaliknya.

Sejak tangggal 13 hingga 17 Maret 2017 yang lalu Konsorsium Wee Padalu Sumba Barat Daya – NTT memulai sekolah lapang dengan diawali aktifitas minggu pertama di beberapa desa dengan menggabungkan beberapa kelompok tani sekaligus. Di Kecamatan Kodi Bangedo kegiatan berpusat di Desa Wai Kadada dengan melibatkan tiga kelompok tani. Kecamatan Kodi dan Kodi Utara berpusat di Desa Kori dan melibatkan sembilan kelompok tani, Kecamatan Wewewa Timur berpusat di Desa Tema Tana melibatkan lima kelompok tani. Kecamatan Kodi Bangedo untuk kedua kalinya berpusat di Desa Umbu Ngedo dengan melibatkan juga kelompok tani dari desa Desa Waiha Kecamatan Kodi Balaghar. Kecamatan Wewewa Barat berpusat di Desa Wale Ate dengan melibatkan delapan kelompok tani. Di Kecamatan Wewewa Tengah berpusat di Desa Kanelu.

 

 

Lahan percontohan yang digunakan dalam sekolah lapang ini sebagian besar menggunakan lahan anggota kelompok yang sudah lebih dahulu disurvei oleh fasilitator dan pendamping lapangan. Namun, ada juga lahan sekolah lapang yang tidak menggunakan lahan anggota kelompoknya yakni pada Kecamatan Wewewa Timur di Desa Tema Tana yang menggunakan lahan milik bapak Dominggus Umbu Togola dari kelompok tani buah hijau. Adapun kelompok tersebut tidak termasuk dalam proses dampingan Konsorsium Wee Padalu namun pemilik lahan mengaku bahwa ia sangat senang dengan penggunaan lahannya sebagai media belajar di sekolah lapang karena beluia sendiri belum terlalu memahami cara perawatan kakao. Beliau pun berharap melalui sekolah lapang ini, pemahaman beliau bisa meningkat.
Salah satu dari tiga Fasilitator dalam sekolah lapang yang berasal dari (Pertanian Alternatif Nusantara Sumatra Utara (pansu) Medan, pak Jaya Purba meyakini bahwa dalam proses belajar, mendengar dan melihat saja tidak cukup. untuk memahami sesuatu, dibutuhkan lebih dari dua hal tersebut yakni praktek untuk mengulang apa yang dipelajari. Karena itulah pada sekolah lapang, para petani kakao akan terlibat langsung dalam mengulang semua aktifitas yang dijelaskan oleh fasilitator. Untuk itu dalam aktifitas sekolah lapang ini tidak saja mengajarkan teori tentang pola bertani kakao yang baik tapi langsung melakukan praktek di kebun salah satu petani.

 

 

Setiap peserta sekolah lapang ini akan didampingi berdasarkan sebuah siklus belajar yang dimulai dengan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk melihat kondisi tanaman dan sekitarnya. Setelah melakukan pengamatan, para petani akan belajar bagaimana menganalisis hasil pengamatan tersebut dan mengindentifikasi setiap hal yang mereka temui. Dari hasil analisis tersebut, petani akan diarahkan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan itulah yang menjadi dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya terhadap hasil pengamatan. Setelah melakukan tindakan, aktivitas pengamatan akan diulang lagi dan dikuti proses selanjutnya. Setiap tahapan siklus itu akan dipelajari di sekolah lapang dengan harapan ketika sekolah lapang berakhir para petani kakao dapat mengaplikasikan tahapan-tahapan itu terhadap tanaman kakao maupun tanaman lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya para petani sedang belajar dari tanaman kakao itu sendiri.

Sekolah lapang ini akan berlangsung selama dua bulan. Dengan intensitas pertemuannya satu hari setiap minggu untuk setiap kelompok sekolah lapang. Dalam satu kelompok sekolah lapang terdiri dari beberapa kelompok tani yang berada di wilayah yang sama. Setiap minggu pada hari yang sama setiap peserta sekolah lapang akan berkumpul di tempat semula untuk melanjutkan penerimaan materi. Waktu mulai, istrahat dan waktu selesai pun disekapakati bersama pada pertemuan pertama.
Secara umum, ada beberapa harapan dan kekhawatiran yang dirasakan para petani kakao terkait dengan sekolah lapang  ini. Jika dirangkum, kekhawatiran peserta meliputi dua hal yakni tanaman kakao dan sekolah lapang itu sendiri.Terhadap tanaman kakao, kekhawatiran peserta meliputi berbagai hal yang belum mereka pahami dari cara bertani kakao, misalnya pemberantasan hama penyakit, cara pemangkasan yang tepat, harga jual biji kakao, pemupukan yang tepat dan sebagainya. Sementara itu, petani juga mengkhawatirkan apabila dalam proses sekolah lapang ini mereka memiliki halangan yang mendesak seperti sakit atau mengalami masalah kedukaan dalam keluarga yang membuat mereka tidak sempat mengikuti semua proses belajar di sekolah lapang. Sementara itu, semua petani merasa perlu dibimbing dan berharap proses sekolah lapang berjalan maksimal agar mereka bisa memahami semua hal tentang kakao dan juga bisa menjadi kader bagi kelompok mereka masing-masing.

Untuk mengurangi kekhawatiran dan mewujudkan harapan itu, yang mereka butuhkan adalah sebuah komitmen. Partsipasi petani sangat diharapkan mengingat merekalah sasaran dari sekolah lapang ini. Konsisten mengikuti kegiatan, mendengarkan dan memahami materi, melakukan semua praktek yang diinstruksikan fasilator akan membuat petani memahami dunia kakao itu sendriri. Dalam hal ini, kakao akan menjadi guru yang mengajarkan banyak hal bagi petani, baik itu mengenali hal baik mau pun hal buruk yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao.

Ballot Box Test
Untuk mengawali sekolah lapang. Diadakan ballot box test. Test yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman awal peserta tentang kakao ini merupakan tes awal dimana peserta akan dirahkan untuk menjawab 10 pertanyaan yang sudah disiapkan di kebun kakao. Dengan mengetahui batasan pemahaman petani, fasilitator dapat menyiapkan  materi selanjutnya berdasarkan jawaban dari pertanyaan yang disediakan. Perolehan angka paling rendah diantara pertanyaan itulah yang akan menjadi tanggung jawab fasilitator untuk memberikan pemahaman pada pertemuan berikut. Pertanyan yang disediakan meliputi pertanyaan tentang jenis hama, tindakan yang harus dilakukan terhadap kondisi tertentu pada pohon kakao baik itu ranting mau pun kulit-kulit buah kakao yang berserakan di sekitar pohon kakao, jarak tanam kakao, dan perawatan kakao. Setiap pertanyaan akan didampingi oleh staf lapangan dari Konsorsium Wee Padalu yang akan menjelaskan pada peserta maksud pertanyaan yang ada sebelum peserta menjawab. Selanjutnya peserta akan mengisi setiap kotak yang sudah yang sudah ada pilihan jawabannya (a, b atau c) dengan sepotong kertas kecil yang sudah diberikan sebelum menuju kebun. Setiap peserta memilki waktu 1 menit untuk masing-masing pertanyaan.
Melalui ballot box test itu petani diajarkan sejauh mana mereka mengenal tanaman kakao. Mengenal tanaman kakao merupakan hal penting yang harus dilakukan petani. Dengan mengenal kakao, petani akan mengetahui apa yang menjadi ‘keinginan’ dari kakao untuk bisa bertumbuh dengan baik. Dengan memenuhi keinginan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal. Mengenal kakao bukan saja mengenal pohonnya tapi juga semua makluk yang ada di sekitarnya. Pemahaman tentang hama dan pelindung alami perlu menjadi perhatian petani mengingat tujuan utama dari kegiatan ini adalah pertanian selaras alam. Dalam hal ini sangat perlu mempelajari alam dan pengaruh-pengaruhnya.
Ballot box test yang diadakan dalam minggu pertama ini merupakan sebuah test awal. Selanjutnya, setelah proses sekolah lapang berjalan akan dilakukan lagi test yang sama. Test yang kedua bertujuan untuk melihat sejauh mana keseriusan petani terhadap penjelasan yang diberikan oleh fasilitator. Pemberian jawaban pada test yang kedua dapat menjadi indikator untuk menilai sejauh mana pemahaman petani tentang  materi sekolah lapang.

Mengenal Ekosistem
Ekosistem adalah sebuah hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya di mana organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Dalam sebuah ekosistem terdapat banyak komponen lingkungan yang berinteraksi satu sama lain. Keseimbangan dalam satu ekosistem akan terjadi melalui proses interaksi yang sudah berlangsung lama. Demikian juga dengan ekositem yang ada dalam dunia pertanian. Namun kehadiran manusia dengan segala keserakahan dan kelemahannya sangat mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut melalui berbagai tindakan yang menyimpang seperti  penggunaan bahan kimia dalam proses perawatan tanaman.

Sadar atau tidak sadar, sebenarnya manusia itu sendiri sedang merusak sebuah ekosistem. Kebijakan yang diambil tanpa memikirkan masa depan mengakibatkan keadaan menjadi buruk. Penggunaan bahan-bahan kimia memang dapat membantu petani menghilangkan hama namun sayangnya, yang hilang dari penggunaan bahan kimia itu bukan hanya hama, melainkan organisme lain yang ada dalam jangkauan bahan kimia. Ketika salah satu komponen hilang, maka ekosistem tidak lagi seimbang. Ketidakseimbangan ekosistem itu mempengaruhi kualitas dan kuantitas tanaman.
Dalam praktek sekolah lapang yang pertama, peserta diajak untuk mengenali lingkungan sekitar. Untuk tujuan ini maka semua peserta dibagi menjadi dua klompok besar yakni untuk perlakuan organik dan perlakuan petani. Masing-masing kelompok lalu dibagi menjadi dua kelompok lagi hingga menjadi empat kelompok. Adapun yang dimaksud perlakuan organik adalah bagian dari lahan yang nantinya akan dilakukan perlakuan yang selaras dengan alam, dalam artian semua tindakan yang diambil untuk tanaman kakao tersebut dengan memanfaatkan alam seperi peggunaan pupuk organik dan perawatan lain yang memanfaatkan alam atau organisme yang berada di sekitar pohon kakao. Sementara perlakuan petani adalah perlakuan yang biasanya dilakukan pemilik lahan terhadap kakao sebelum sekolah lapang berlangsung.

 

 

 

Dalam proses ini peserta diajak untuk mengamati lingkungan dan diminta untuk mengambil semua jenis tumbuhan dan serangga yang adasdalam lingkungan 1 x 1 m tersebut. Dari hasil tersebut terlihat bahwa peserta menemukan banyak jenis rumput dan serangga yang kemudian dipresentasikan dengan menyebutkan rumput dan serangga itu dalam bahasa daerah atau bahasa sehari-hari yang dikenal oleh peserta. Dalam presentasi tersebut, masing-masing kelompok juga harus mengindentifikasi hubungan timbal balik antara masing-masing tanaman atau serangga serta membuat kesimpulan terhadap sebuah kondisi dimana salah satu atau beberapa makhluk tersebut hilang atau punah. Dari hasil diskusi, semua kelompok berkesimpulan bahwa ketika salah satu makhluk hidup hilang atau punah maka keseimbangan ekosistem akan terganggu.

 

 

Pembuatan Mol
Mol adalah mikroorganisme lokal yang dapat digunakan untuk membuat kompos dan pupuk organik lain. Dalam praktek sekolah lapang minggu pertama juga dilakukan proses awal pembuatan mol oleh kelompok-kelompok tani. Proses awal yang dilakukan adalah menanam umpan untuk menangkap mikroorganisme lokal yang dimaksudkan.
Proses pembuatan mol bukanlah proses yang langsung jadi. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Selain menanggkap mikroorganimse lokal dengan menggunaka nasi yang belum masak sempurna, tahapan lainnya adalah mencampur bahan-bahan lain seperti pepaya matang, gula merah dan air kelapa dalam satu wadah tertutup dan disimpan dalam wadah tertutup seperti jerigen. Karena penangkapan mikroorganisme membutuhkan waktu selama 5-7 hari maka proses selanjutnya akan dilakukan pada minggu berikutnya.

Penanaman nasi sebagai umpan untuk mikroorganisme pengurai diawali dengan memasukkan nasi yang belum masak sempurna dalam sebuah plastik bening lalu dimasukkan dalam lubang yang di gali seluas 20 x 20 cm. Dalam lubang tersebut nasi yang sudah dalam plastik tersebut disimpan berjejer. Bagian dasar adalah sisi plastik yang sebelumnya sudah dilubangi dengan tusuk gigi. Lubang itu lalu ditutup. Penutupan lubang tidak serta merta memadatkan tanah di atas nasi tersebut namun lebih dulu di tutup dengan batangan bambu atau kayu sebelum ditimbun dengan tanah dan dedaunan atau semak-semak lalu dibiarkan. Untuk hasil yang maksimal, penanaman bahan penangkap mikroorganisme ini harus dilakukan di bawah pohon bambu sebab di sekitar pohon bambu terdapat lebih banyak mikroorganisme pengurai dibandingkan dengan pohon lainnya.

Demikianlah aktifitas minggu pertama sekolah lapang telah berlangsung dengan semangat dan rasa antusias yang tinggi dari para petani, fasilitator dan pendamping. Satu hal yang tidak kalah menarik adalah ketika kepala Desa Wai Kadada bapak Soleman Danga Ate berniat mengalokasi sejumlah dana desa untuk menunjang aktifitas pertanian organik di desa Wai Kadada. Dengan dukungan dan keterlibatan pemerintah seperti itu diharapkan semangat bertani dengan sistem pertaian selaras alam dari semua petani kakao dapat terus dikembangkan demi mewujudkan kesejateraan bersama. **

Contact
Share This: