Sistem Penggemukan Sapi dengan Menggunakan Lamtoro Taramba pada Lahan Kering

Anda di sini

Depan / Sistem Penggemukan Sapi dengan Menggunakan Lamtoro Taramba pada Lahan Kering

Sistem Penggemukan Sapi dengan Menggunakan Lamtoro Taramba pada Lahan Kering

Kondisi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang didominasi oleh iklim semi kering dan lahan pastoral yang luas menjadikan peternakan sebagai sektor utama yang menjanjikan. Namun produksi yang terbatas di musim kemarau, di mana 1 ha lahan pastoral hanya mampu mendukung 1 ekor sapi, membuat peternak mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan pakan hewan ternak.

Sistem Amarasi adalah kearifan lokal semi intensif yang di adaptasi oleh komunitas peternak NTT, khususnya di Timor Barat untuk menggemukkan sapi mereka. Melalui sistem ini, hewan ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan dan pakan yang diperoleh dari sisa budidaya, dan kotoran hewan ternak dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Sistem Amarasi telah dikenal sejak tahun 1970-an dan terbukti menguntungkan peternak untuk mendapatkan pendapatan dari produksi tanaman pangan yang tinggi dan uang tunai dari hasil penjualan ternak.

Dalam sistem Amarasi, Lamtoro (Leucaena leucocephala) adalah sumber pakan utama karena pohon ini memiliki kesesuaian dengan kondisi iklim semi kering. Banyak peternak NTT yang membudidayakan pohon ini secara berlebihan, sehingga menyebabkan munculnya hama perusak seperti Heteropsylla cubana yang bersifat destruktif dan mematikan pohon Lamtoro. Selain itu, hal ini juga mengakibatkan Sistem Amarasi mulai ditinggalkan oleh para peternak.

Pada tahun 2012, BPTP NTT dan peternak di Desa Oebola, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang melakukan percobaan dengan varietas Lamtoro Taramba yang berasal dari Hawai, Amerika Serikat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa varietas ini mampu meningkatkan bobot berat sapi hingga 30-40 kg/sapi/bulan, yang pada awalnya hanya 15 kg/sapi/bulan. Manfaat lainnya adalah manure dari 4-5 ekor sapi mampu menyediakan biogas untuk memenuhi kebutuhan domestik satu keluarga selama satu hari.

Penggunaan Lamtoro Taramba memicu adanya peningkatan jumlah peternak yang terlibat, mencapai 900 peternak dari 250 peternak. Pada tahun 2014, sebanyak 600 kg bibit Lamtoro Taramba telah diproduksi oleh peternak Desa Oebola dan menghasilkan keuntungan bersih hingga 40 juta rupiah. Tak hanya itu, peternak juga mulai mengembangkan bisnisnya pada sistem penggemukan babi. Hal ini membuktikan bahwa sistem penggemukan sapi menggunakan Lamtoro Taramba telah berhasil menggerakkan peternak untuk melakukan bisnis yang lebih beragam (Narasumber: Yakub Nulik).

Source: http://petuah.org/job/sistem-penggemukan-sapi-dengan-menggunakan-lamtoro...

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.