Perubahan Iklim : Menunda Aksi Memperparah Dampak

Anda di sini

Depan / Perubahan Iklim : Menunda Aksi Memperparah Dampak

Perubahan Iklim : Menunda Aksi Memperparah Dampak

23 Januari 2016

BERN, KOMPAS — Waktu memulai dan seberapa besar pengurangan emisi gas rumah kaca amat memengaruhi puncak pemanasan global yang bakal terjadi. Puncak pemanasan akan meningkat cepat seiring dengan penundaan penurunan emisi.

Dua peneliti, Patrik Pfister dari the Oeschger Centre for Climate Change Research, University of Bern, Swiss, dan pakar fisika Thomas Stocker dari Oeschger Centre meneliti menggunakan model untuk mengestimasi puncak pemanasan yang disebabkan emisi gas rumah kaca (GRK) saat ini.

Kesepakatan Paris diterima para pihak dari Kerangka Kerja Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), 12 Desember 2015, pada hari terakhir Pertemuan Para Pihak Ke-21 (COP 21) Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris, Perancis.

Isi kesepakatan itu bertujuan membatasi peningkatan suhu global di bawah 2 derajat celsius dibandingkan dengan suhu global saat era praindustri. Butuh pengurangan emisi GRK atau gas karbon dioksida (CO2) besar-besaran, terutama dari sumber penggunaan bahan bakar fosil dan deforestasi.

Beberapa dekade terakhir, emisi gas karbon dioksida (CO2) meningkat sekitar 2 persen per tahun. Persoalannya, Kesepakatan Paris juga menyebut emisi 0 persen pada pertengahan abad ini, sekitar 2050.

Tiga kali lipat

Pada perhitungan dengan model yang mereka buat, puncak pemanasan bisa meningkat lebih cepat dengan kecepatan lebih dari tiga kali lipat.

Pada saat emisi CO2 terus bertambah, puncak peningkatan suhu ternyata terjadi dengan kecepatan 3-7,5 kali lebih cepat daripada kecepatan pemanasan yang sekarang terpantau.

"Variasi tingkat pemanasan jangka pendek saat ini bisa mengganggu kesadaran kita akan urgensi persoalan ini," ujar Patrik Pfister, penulis utama laporan tersebut.

Menurut dia, inersia sistem iklim dan lamanya gas CO2 bisa bertahan di atmosfer telah "menunda efek dari pengurangan emisi GRK selama 10 tahun dan menyebabkan penambahan kenaikan puncak pemanasan, 0,3 derajat celsius hingga 0,7 derajat celsius".

Jika selama 10 tahun tidak ada pengurangan emisi global, target mencegah kenaikan suhu hingga 2,5 derajat celsius sudah amat ambisius. Menurut dia, Kesepakatan Paris tidak bisa ditunda dalam waktu lama.

Kesepakatan Paris yang berisi kontribusi pengurangan emisi dari semua negara anggota UNFCCC baru dimulai setelah 2020 atau sekitar lima tahun lagi.

Menurut Pfister, waktu sepanjang itu "Lebih panjang dari kemampuan sistem iklim untuk bisa mencapai target iklim".

Pemanasan suhu atmosfer Bumi juga mengakibatkan pemanasan permukaan laut secara global dan memperluas wilayah panas. Pemanasan tersebut menyumbangkan kenaikan permukaan air laut dan menyebabkan pemanasan global meningkat drastis jika penurunan emisi ditunda.

"Hasil studi kami menyebutkan, dengan penundaan 10 tahun pengurangan emisi, kita kehilangan sekitar 0,5 derajat celsius dari target," ujar Thomas Stocker, rekan Pfister, mantan Wakil Ketua Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), kelompok ilmuwan yang memberi dasar ilmiah bagi UNFCCC.

(SCIENCEDAILY/ISW)

Sumber: http://print.kompas.com/baca/2016/01/23/Menunda-Aksi-Memperparah-Dampak

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.