Peran TAHURA dalam Mendukung Sektor Pariwisata Daerah

Anda di sini

Depan / Peran TAHURA dalam Mendukung Sektor Pariwisata Daerah

Peran TAHURA dalam Mendukung Sektor Pariwisata Daerah

Pariwisata adalah salah satu sektor yang menjadi fokus perhatian pemerintah Indonesia beberapa tahun terakhir ini di tengah turunnya ekspor Indonesia akibat lesunya perdagangan dunia. Kementerian Pariwisata Indonesia memproyeksikan tahun ini kontribusi pariwisata terhadap PDB Nasional sebesar empat persen dengan devisa yang dihasilkan sekitar 155 trilyun dan tersedianya lapangan kerja untuk 11,3 juta orang. 

 

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk pengembangan pariwisata adalah Pengembangan pariwisata alam. Salah satu model pariwisata alam adalah ekowisata yang merupakan konsep wisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat lokal, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah menetapkan beberapa TAHURA di Indonesia yang salah satu tujuannya adalah untuk kepentingan pariwisata.

 

Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, Taman Hutan Raya (TAHURA) adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.  Banyak cara dilakukan Negara-negara yang menyadari hutan mereka sudah hampir musnah. Salah satunya adalah mengembangkan ekowisata (ecotourism) sebagai sumber mata pencaharian untuk mengurangi tekanan terhadap hutan.

 
Kabupaten Mamasa memiliki areal hutan yang cukup luas yang di dalamnya terdapat keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa yang sangat besar yang perlu dilindungi, dilestarikan dan juga dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan. Selain itu masyarakat Mamasa masih memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestarian hutan.  Saat ini Kawasan Hutan Mambulilling dan Marudinding di Kabupaten Mamasa sedang diusulkan untuk menjadi salah satu TAHURA di Indonesia. Penetapan TAHURA ini tentunya diharapkan bisa menjadi pendukung pengembangan Sektor Pariwisata di Kabupaten Mamasa.

 

Pada tanggal 7 September 2016, bertempat di ruang pertemun Bapapeda Kabupaten Mamasa, Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (Yayasan BaKTI) Makassar kembali mengadakan Diskusi Hijau dengan tema ” Peran TAHURA dalam mendukung Pariwisata Daerah”. Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Mamasa, Bapak H. Ramlan Badawi yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa tahun ini anggaran pemerintah provinsi fokus ke Kabupaten Mamasa khususnya untuk pengembangan wisata. Hal ini tentu menjadi berita baik untuk mendukung pengembangan TAHURA di Mamasa.

 

Prof Amran dari PETUAH sebagai Narasumber diskusi  menyampaikan Kabupaten Mamasa terkonsentrasi pada sumber daya alam sekaligus mempertahankan fungsi pelestarian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Tahura adalah asli dan bukan asli untuk dipertahankan dan memasukkan sumber daya pada tempat tertentu yang dikoleksi baik dari luar maupun dari dalam sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan wisata.

Peran Petuah Unhas yakni akan membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa dalam hal ini Bappeda pada area yang telah disepakati dimana ada empat pintu dari empat kecamatan di Kabupaten Mamasa sudah memiliki akses jalan memadai. Kedepan Mamasa bisa menjadi destinasi dunia sehingga sangat strategis, olehnya itu perlu mempersiapkan diri untuk pengembangan konsep wisata alam dan wisata budaya yang dikonsentrasikan dalam Tahura. Mamasa Berada pada  jalur nasional antara Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah sehingga perlu dipersiapkan potensi dengan keaneka ragaman hayati,  saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal baru potensi alam saja sehingga akan tercipta kelestarian.

Taman Nasional dan Tahura berada dikawasan konservasi terutama penghasilannya diberikan kepada daerah, begitu punya Taman Nasional Gandang Dewata artinya 80 % masuk dalam Pemerintah Daerah dan 20 % Pemerintah Pusat selaku penanggung jawab, hanya saja resikonya punya biaya untuk membangun. Banyak bantuan Pemeritah Pusat untuk membangun Tahura sehingga sangat mendukung dalam peningkatan daerah.

 

Kegiatan ini dihadiri oleh 35 orang peserta yang terdiri dari perwakilan SKPD se Kabupaten Mamasa, tokoh masyarakat, kepala desa, pemerhati lingkungan dan juga perwakilan MCA Indonesia yang memberikan banyak masukan terhadap pengembangan kawasan Hutan Mamasa untuk dijadikan Tahura.  Salah satunya datang dari Bapak Rudolf, seorang aktivis lingkungan yang menyampaikan ”wisata sungai di Mamasa belum tertata, utamanya di Kecamatan Mambulililng kaki gunung Gandang Dewata. Selain itu Mamasa memiliki potensi kopi robusta yang bisa dikembangkan untuk menarik minat wisatawan. Sehingga ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah".

 

 

 

 

Feedback
Share This: