Peran Pandu Tanah Air dalam Optimalisasi Pertanian Yang Terintegrasi
Mendengar lahan kering kita langsung berpikir bahwa lahan tersebut miskin hara, tidak produktif bahkan tidak ada harapan untuk melakukan budidaya pertanian. Perlu kita ketahui bersama bahwa lahan kering merupakan sumberdaya alam penting terlebih di Lombok, mengingat semakin berkurangnya lahan produktif/lahan basah yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan. Yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan kering adalah bahwa tanah pada lahan kering mudah terdegradasi, topografi umumnya berbukit dan bergunung, ketersediaan air tanah yang terbatas, lapisan tanah dangkal, mudah tererosi, dan kelembagaan sosial ekonomi yang lemah pada daerah tersebut.
Menurut Prof. Sri Tejo Wulan dalam acara workshop yang diadakan oleh Konsorsium Hijau dalam rangka persiapan participatory Assessment (PA), yang diadakan di kabupaten Lombok Timur menawarkan teknologi utama dalam sistem pengolahan pertanian lahan kering. Konsep strategi alternatif yang paling tepat adalah implementasi pertanian yang terintegrasi/pertanian terpadu/Agroforestry berbasis sumberdaya lokal dengan cara pendekatan bisnis modern. Dalam konsep ini menekankan pada pemilihan tanaman dalam pola usahatani. Misalnya untuk usaha tani jangka pendek diarahkan pada kecukupaan pangan dan kebutuhan gizi petani serta dalam jangka panjang ditujukan pada keseimbangan antara kebutuhan pangan dan tanaman tahunan serta pakan ternak untuk meningkatkan pendapatan dengan memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan guna menjamin kelestarian lingkungan di daerah sekitar. Pertanian lahan kering mempunyai prospek yang besar untuk dikembangkan agar dapat mempercepat laju pembangunan daerah. Jika potensi ini digarap sungguh-sungguh akan menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah, hal ini menjadi fokus kegiatan dari pandu tanah air serta dapat menjadi andalan dalam memacu pembangunan daerah. Dalam pemanfaatan lahan kering yang perlu diperhatikan adalah:
1. Lingkungan
2. Ekonomi
3. Sosial
Selain itu konsep ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan dan terciptanya lapangan pekerjaan yang baru. Sistem integrasi tanaman – ternak, baik tanaman perkebunan maupun tanaman pangan merupakan salah satu alternatif potensial, yang dapat memecahkan permasalahan pada usaha tani monoculture. Selain dalam pertanian permasalahan peternakan bisa terjawab terutama dalam mengatasi kelangkaan pakan terlebih pada musim kering. Tanaman yang di budidaya selain dimanfaatkan, kayunya juga di manfaatkan sebagai pakan. Jenis tanaman yang dimaksud adalah yang toleran terhadap kondisi iklim yang kering.
Salah satu contoh praktik dari usaha tani yang diadopsi oleh masyarakat pada lahan kering adalah salah satu penyebab kurang berhasilnya pertanian di lahan kering adalah: menanam tanaman pangan musiman secara monokultur. Sistem monokultur dapat mengakibatkan pendapatan petani rendah, karena hanya mengandalkan satu jenis tanaman sehingga ekomomi tidak bisa berkembang. Lingkungan lebih rentan rusak disebabkan oleh berkembangnya hama penyakit yang menyebakan gagal panen sehingga masyarakat petani di daerah lahan kering beralih profesi menjadi penebang hutan untuk mencukupi kebutuhannya. Lapangan kerja sulit dan terciptnya masyarakat yang miskin. Pada prinsipnya, pohon, hijauan pakan ternak, dan ternak merupakan bagian utama dari sistem pertanian terintegrasi di lahan kering.
Mengingat potensi lahan kering yang dimiliki di dua desa yang dijadikan tempat kegiatan yaitu di desa Kumbang dan Lendang Nangka Utara Kabupaten Lombok Timur, maka sistem pertanian yang terintegrasi ini bisa diterapkan. Tentunya peran dari pandu tanah air yang didominasi oleh kaum muda dapat mendorong terwujud dan terjawabnya permasalahan yang ada didesa masing-masing terlebih dalam bidang pertanian.
Kirim komentar