Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter "Kita, Alam, dan Masa Depan" di Kabupaten Sumba Timur

Anda di sini

Depan / Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter "Kita, Alam, dan Masa Depan" di Kabupaten Sumba Timur

Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter "Kita, Alam, dan Masa Depan" di Kabupaten Sumba Timur

“Kami mau selingkuh sampai gila!” ucap Mama Kleon salah seorang peserta kegiatan Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter berjudul Kita, Alam dam Masa Depan yang difasilitasi oleh Yayasan BaKTI pada tanggal 23 Mei 2016 di Aula Universitas Wira Wacana Sumba - Waingapu. Tentu saja pernyatan ini mengundang tawa para peserta yang lain namun Mama Kleon tetap meneruskan penjelasannya bahwa yang dimaksud dengan selingkuh sampai gila adalah akronim dari "Selamatkan lingkungan hidup sampai gerakan insani lestarikan alam".  Ini adalah salah satu ide hebat yang disampaikan kelompok petani pada saat sesi diskusi setelah menonton film dokumenter berdurasi tujuh belas menit itu, yang mengangkat 4 dimensi Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) berbasis masyarakat di Lombok dan Sumba. 

 

Para peserta begitu antusias ketika diajak berdiskusi dalam kelompok, tidak henti-hentinya mereka berbagi informasi tentang hal-hal baik dalam praktek PSDA yang telah mereka kerjakan selama dua tahun  terakhir ini, baik yang sifatnya individu maupun kelompok. Baik yang didukung oleh program-program pemerintah maupun yang diinisiasi oleh warga sendiri dengan semangat kerelawanan yang tinggi demi perubahan yang lebih baik di lingkungannya.

Waktu selama dua jam ini, dimanfaatkan dengan baik oleh moderator Ibu Martha Hebi dan peserta, yang mencoba mendalami pertanyaan-pertanyaan seperti : inspirasi apa yang diperoleh dari film, praktik baik apa terkait PSDA berbasis masyarakat yang pernah dilakukan, kepada siapa praktek baik itu disebarluaskan dan bagaimana caranya serta ide hebat apa yang dimiliki terkait PSDA.

Mimpi lain yang tidak kalah menarik tentang isu PSDA berbasis masyarakat juga datang dari kelompok NGO/LSM yang berharap kedepannya di Pulau Sumba ada kurikulum pertanian berbasis masyarakat yang diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dengan mempertimbangkan kearifan lokal  misalnya pelajaran muatan lokal (mulok) sehingga isu-isu PSDA merupakan hal yang dibicarakan sejak dini.

Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 30 peserta yang berasal dari unsur SKPD, DPRD, Mitra Penerima Hibah Pengetahuan Hijau- MCAI, Media, LSM, Perguruan Tinggi dan Komunitas ini juga membahas secara serius tentang pentingnya keberlanjutan dalam PSDA. PSDA bukanlah sesuatu yang bersifat temporer, yang berfungsi dengan baik jika ada dukungan dana pemerintah dan setelah itu menghilang. PSDA adalah sesuatu yang harus berlanjut baik dengan dukungan regulasi dari pengambil kebijakan, sinergitas lintas pelaku dan program pembangunan sampai pada dokumentasi, diseminasi dan replikasi praktik-praktik baiknya.

 

 

Feedback
Share This: