Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Timur

Anda di sini

Depan / Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Timur

Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Timur

“Banyak inisiatif dan kearifan lokal di masyarakat yang terbukti berhasil menghadapi tantangan pembangunan di daerah, kearifan lokal ini harus didukung melalui kebijakan dan memasukkan ke dalam program pemerintah” Sambutan dari Kepala Bappeda Lombok Timur membuka kegiatan Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter berjudul “Kita, Alam dan Masa Depan” yang dilaksanakan 18 Mei 2016 bertempat di Kantor Bappeda Lombok Timur.
Hadir dalam diskusi ini perwakilan dari Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian, Disperindag, Badan Lingkungan Hidup, LSM dan media lokal. Berbagai tanggapan, sharing pengalaman, komentar masukan semakin memperkaya diskusi ini. Perwakilan SKPD ini saling mengemukakan menceritakan mengenai program dan sinergi antar program antar SKPD yang bisa dilakukan untuk mengefektifkan pembangunan di daerah, selain melalui kegiatan pemerintah saat ini arah pembangunan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan kapasitas  serta pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat yang selama ini kerap dijadikan objek pembangunan, bagaimana sehingga mengubah mind set masyarakat menjadi pelaku dan penerima manfaat dari semua proses pembangunan.

Setelah menonton film ini, beberapa pembelajaran penting yang muncul dari diskusi ini adalah bahwa selama ini sudah banyak program maupun inisiatif yang dikerjakan oleh pemerintah bersama masyarakat yang belum terdokumentasikan dengan baik sehingga pembelajaran yang harusnya ditularkan ke tempat lain hanya bertumpuh di tempatnya saja, padahal penting apabila kesuksesan ini direplikasi juga di tempat lain. Cerita menarik datang dari Dinas Kehutanan Kabupaten Lombok Timur, selama ini Dinas Kehutanan melakukan dua kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan. Khusus untuk kegiatan di luar kawasan: melalui pengeloaan hutan rakyat, pemeliharaan sumber mata air dan pemeliharaan beberapa kantong-kantong air penyangga. Khusus untuk dalam kawasan hutan, masyarakat diberi kewenangan untuk mengelola hutan kemasyarakatan, hutan adat dan hutan kemitraan. Saat ini yang baru berjalan adalah hutan kemasyarakatan dan hutan adat. Hutan kemasyarakatan dikelola oleh kelompok tani, masyarakat sebagai pelaku langsung diberdayakan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari pengelolaan hutan. Untuk hutan lindung, masyarakat mengelola dan memanfaatkan apapun yang ada di hutan selain kayu, berbeda dengan hutan produksi dimana peruntukannya memang agar masyarakat dapat mengelola kayu. Ke depan mulai dikembangkan hutan kemitraan, bagaimana menjaga hutan tetap tetap lestari dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Selanjutnya dirasa perlu untuk menghubungkan peserta yang tertarik untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai inisiatif yang diangkat dalam film ini, diharapkan BaKTI juga dapat memegang peranan dalam menjembatani komunikasi ini.  Pengalaman dari Dari Dinas Peternakan, mereka memiliki Kelompok Tani dampingan yang sejauh ini masih dalam tahap pemanfaatan biogas, mereka tertarik belajar pembuatan dan pemasaran pupuk cair bio slurry yang dilakukan oleh Mama Marthina di Pulau Sumba.

Cerita menarik juga datang dari Pandu TanahAir Desa Lendang Nangka Utara. Lendang Nangka Utara merupakan desa baru hasil pemekaran Desa Lendang Nangka. Desa ini dahulu adalah penyuplai air bersih terbesar di Lombok Timur dan saat ini kondisinya cukup memprihatinkan karena mulai terjadi kekurangan air karena daerah serapan air di hulu yang dulunya ditanami pepohonan berangsur0angsur mulai ditebang oleh pihak yang tidak berwenang, selain itu adanya penggalian sungai untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan batu apung untuk dijual. Yang dilakukan oleh masyarakat adalah menanam tanaman produktif dan tanaman sayuran di dekat aliran sungai. Setiap warga harus menanam sebanyak 50 tanaman, untuk pupuknya bekerjasama dengan pengusaha ayam pedaging di Lombok Timur yang kotoran ayam tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk tanaman. Sharing dari Dinas Perindustrian dan Koperasi, kelompok dampingan mereka selain mengelola hasil pertanian, juga mengelola sampah dari  hasil pemanfaatan pertanian sehingga tidak ada lagi sampah (zero waste) yang dihasilkan. Belajar dari eko wisata Embung Aik bual di Lombok Tengah, Lombok Timur memiliki Embung Pandan Duri pemerintah daerah mulai melirik untuk memanfaatkan embung tersebut sebagai lokasi wisata bekerjasama dengan beberapa SKPD terkait seperti Dinas Kehutanan, Pertanian dan Pariwisata untuk pengembangannya. Warna lain dari datang dari Lombok Resource Center, sebuah organisasi masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat khususnya petani, selama ini menggunakan konsep 3G : GAP (Good, Agriculture, Practice) GAP (Good Envinronment Practice) dan terakhir (Good Good Practice) perlahan-lahan mengubah mind set masyarakat untuk pro aktif terlibat dalam proses pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak dan berkelanjutan. Dari diskusi ini diperoleh kesimpulan bahwa pemerintah, LSM dan masyarakat sebenarnya telah melaksanakan praktik-praktik pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat, yang diperlukan saat ini adalah bagaimana integrasi dan sinergi antar program sehingga pembangunan berjalan efektif, masyarakat berdaya dan sejahtera dan alam tetap lestari.

 

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.