Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Tengah

Anda di sini

Depan / Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Tengah

Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Lombok Tengah

Setelah sehari sebelumnya melaksanakan Pemutaran dan Diskusi Film Dokumenter di Kabupaten Lombok Utara, hari ini 17 Mei Yayasan BaKTI kembali melaksanakan kegiatan yang sama, kali ini berlokasi di Kantor Bappeda Kabupaten Lombok Tengah. Kepala Bappeda Lombok Tengah Bapak Lalu Satria Atmawinata menyampaikan sangat tertarik dengan ide memanfaatkan radio sebagai media penyampai informasi pembangunan kepada masyarakat di pedesaaan dimana keberadaannya sudah mulai dilupakan tetapi bagi masyarakat di pedesaan media ini adalah altenatif yang sangat memungkinkan diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pembelajaran dari film ini adalah pemerintah dapat membangun integrasi dan koordinasi teknis antar SKPD sehingga pembangunan berjalan efektif dan membawa perubahan lebih baik di masyarakat. Salah satu isu pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat yang diangkat dalam film ini adalah Sistem Informasi Desa (SID) yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Aik Bual, Kopang Kabupaten Lombok Tengah. Sistem Informasi Desa sebagai media pelayanan masyarakat berfungsi sebagai media penyampai informasi dari pemerintah daerah kepada masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap monitoring pembangunan masyarakat dapat terlibat untuk menciptakan transparasi pembangunan dan pembangunan yang tepat sasaran. Selain itu SID juga sebagai penerima informasi dari masyarakat. Aik Bual sebagai desa yang baru terbentuk pada tahun 2010  memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, harus dikelola dengan baik SID untuk kemaslahatan bersama dan masa depan bumi untuk generasi yang akan datang. Amanat UU No. 6 Tahun 2014 mengenai Sistem Informasi Desa, Pemerintah Desa Aik Bual mengembangkan SID dengan pendekatan secara manual dan secara elektronik, pengelolaannya melalui system offline dan online, saat ini system yang digunakan oleh AikBual masih offline menunggu hosting. Sedangkan manual bisa dilakukan melalui pengumuman lewat masjid, pertemuan desa, pengajian dan pemasangan baliho di lokasi strategis karena masyarakat masih ada yang belum melek tekhnologi sehingga media pengumuman masih dirasa efektif untuk transparasi pembangunan di desa. SID yang dikembangkan oleh Konsorsium Hijau, merupakan proses lanjutan penguatan dari apa yang dilakukan oleh Berugak Desa yang selama ini mendampingi program SID. SID dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mempromosikan potensi desa yang kemudian di link dengan social media sehingga lebih banyak lagi yang berkunjung di Aik Bual. Selain itu, kegiatan-kegiatan dan pertemuan tingkat desa, rutin dilaksanakan di lokasi Embung Aik Bual, harapannya pemerintah dapat melihat secara langsung kondisi di lapangan dan dapat melihat peluang apa yang bisa dikerjasamakan.


Konsorsium Hijau terlibat dalam hal pemberian informasi dan kegiatan terkait pengelolaan sumber daya, termasuk didalamnya bagaimana memelihara sumber mata air di Aik Bual. Untuk Eco Wisata Aik Bual adalah atas inisiatif sendiri dari para pandu tanah air setelah mereka menghadiri pertemuan Pandu TanahAir se Indonesia yang dilaksanakan oleh Konsorsium Hijau di Jogjakarta, dari hasil pembelajaran mereka live in di Desa Sleman, melihat bagaimana masyararakat mengelola potensi sumber daya alam menjadi manfaat ekonomi tanpa merusak alam. Terinsipirasi dari hal itu, sehingga para Pandu Tanahair Desa Aik Bual memutuskan untuk mengembangkan eco wisata embung.  “Dulu hanya ada berugak, dengan adanya dukungan dari pemerintah desa dan fasilitas canoe dari Dinas Kehutanan sudah dioperasikan” ujar Pak Nur Pengelola Embung. “Setiap ada kegiatan koordinasi dari SKPD terkait selalu dilakukan di Embung untuk melihat langsung kondisi dan merencakan program untuk memajukan eco wisata ini” imbuh Ibu Yuni Manajer Konsorsium Hijau Lombok Tengah.
Untuk mendekatkan warga agar lebih perduli pada embung, maka sejumlah tokoh di Aik Bual merumuskan awig-awig atau aturan adat. Salah satu pasal awig-awig itu menyatakan, bagi siapa saja penduduk Aik Bual yang akan melangsungkan pernikahan, maka diwajibkan berkontribusi dengan menanam pohon di wilayah embung.
“Terserah pohon apa saja yang ditanam, namun sebaiknya jenis tanaman keras yang bisa berusia hingga puluhan atau ratusan tahun supaya lingkungan embung terus terjaga dan debit mata airnya tidak menyusut,” kata Moh Nasrun, yang sekaligus Ketua Komunitas Perlindungan Mata Air (Permata), yang intens menjaga kelestarian lingkungan Embung Aik Bual.
Jika calon pengantin tidak melaksanakan awig-awig itu, maka pihak dusun dan desa tidak akan melayani data-data sebagai prasyarat pernikahan. Selama ini, ternyata tidak ada warga yang keberatan dengan persyaratan itu, sehingga silih berganti bibit pohon ditanam di wilayah embung oleh para calon pengantin.  Keberadaan embung itu memang sangat vital bagi warga sekitar. Setiap pagi, sebagian warga biasa mengambil airnya untuk keperluan rumah tangga. Air embung itu pun menjadi tumpuan bagi irigasi persawahan di Desa Aik Bual bahkan sampai ke Kecamatan Janapria yang jaraknya beberapa puluh kilometer dari lokasi embung.
Menambahkan, Kepala Bappeda menyampaian bahwa penting untuk menjaga sumber mata air agar tetap terjaga mengingat saat ini  sumber mata air dengan system zonasi kurang diperhatikan, padahal dalam aturan pemerintah satu titik sumber mata air harus di zonasi seluas 5 hektar. Sehingga pemerintah harus memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk terus menjaga sumber mata air melalui penanaman.  Ada reward bagi pemilik lahan dalam menjaga zona sumber mata air. Terkait dengan pengelolaan sampah, pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Lombok Tengah adalah bagaimana mengubah mind set masyarakat dalam memanfaatkan tekhnologi, mendesain produk dengan alih teknologi bukan membeli barang. Arah pembangunan dan diperkuat dalam RPJMD, pembangunan dari hulu ke hilir, di hulu dengan dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) diharapkan dapat memberikan multiplier effect ke daerah sekitarnya. Masyarakat harus dipersiapkan menghadapi ini sehingga sehingga masyarakat tidak gagap. Forum Data di Bappeda di kelola oleh LSM, tujuannya forum data ini adalah menyediakan informasi dan data yang valid mengenai pembangunan dan bisa bersinergi sampai ke level desa. Program pembangunan harus dikerjakan bersama masyarakat. Di Lombok Tengah, ada program Samban Desa dimana pejabat daerah dan kepala Dinas mengunjungi desa untuk melihat dan merekam kegiatan pembangunan di desa dan melihat kebutuhan pembangunan secara langsung di desa.
Kehijauan di wilayah Aik Bual, merupakan ‘oase’ di tengah kabar meranggasnya kawasan hutan di Indonesia. Dari gerakan pelestarian embung dan penanaman pohon di Desa Aik Bual, setidaknya menjadi contoh dari satu langkah kecil, namun begitu besar maknanya bagi kehidupan masyarakat.

 

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.