Pemurnian Biogas Dengan Batuan Silikat

Anda di sini

Depan / Pemurnian Biogas Dengan Batuan Silikat

Pemurnian Biogas Dengan Batuan Silikat

Tingginya harga bahan bakar minyak terutama minyak tanah menyebabkan terjadinya permasalahan baru bagi sebagian masyarakat. Meningkatnya harga BBM ini  dipicu dengan harga minyak dunia yang selalu tidak menentu. Apalagi didorong dengan semakin banyaknya konsumsi BBM. Langkah awal yang dapat diterapkan adalah dengan penghematan energi dan mencari bahan bakar alternatif.
Alternatif yang ditawarkan tentunya sumber dayanya melimpah dan mudah untuk di dapatkan atau diproses. Salah satunya dengan mengembangkan energi baru terbarukan, salah satu alternatifnya  yaitu dengan memanfaatkan kotoran ternak menjadi bahan bakar atau yang disebut dengan biogas. Mengingat Indonesia memiliki potensi ternak yang melimpah dan dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi.
Salah satu daerah yang berimbas dengan dampak krisis energi yang terjadi belakangan ini adalah Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Lombok. Pulau Lombok sendiri memiliki potensi sumber energi alternatif. Pertanyaannya sekaranga adalah bagaimana kita memanfaatkan sumber energy yang melimpah untuk menambah kesejahteraan masyarakat.
Lombok lewat program pemerintan “Bumi Sejuta Sapi (BSS)” menjadikan peluang besar bagi masyarakat untuk menjadikan ini menjadi sebuah jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga dapat membantu bagaimana menjaga kesehatan lingkungan yang ada di sekitar  kandang.


Pemanfaatan kotoran ternak ini, sejak tahun 2010 sudah dilakukan oleh masyarakat yang ada di Dusun Sentul Asli, Desa Pendua, Kec. Kayangan Lombok Utara. Di dusun ini masyarakat mulai mengenal energi alternatif dengan memanfaatkan limbah ternak menjadi barang yang berguna (biogas) yang dihasilkan dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan.
Karena penggunaan biogas ini sangat bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam mengurangi pengeluaran dan menjaga kelestarian lingkungan, Konsorsium PETUAH melalui CoE CLEAR Universitas Mataram (UNRAM) melakukan suatu inovasi guna mencegah dan mengatasi permasalahan yang terjadi terkait biogas yaitu dengan melakukan pelatihan bagaimana cara Pemurnian Biogas dengan memfaatkan sumberdaya lokal yang ada. Dalam hal ini dengan Batuan Silikat. Selain sumberdaya yang mudah didapatkan tentunya praktik seperti ini bisa diterapkan langsung oleh masyarakat sebagai pengguna.
Perlu diketahuai gas yang dihasilkan dari rekator biogas tidak murni hanya gas Metan tapi banyak gas yang dihasilkan yang justru dapat mengurangi kemurnian dan bahkan mengakibatkan kerusakan pada alat terutama kaitanya dengan alat biogas. Seperti yang diceritakan oleh para peserta dalam kegiatan Pelatihan Pemurnian Biogas dengan Batuan Silikat yang dilaksanakan tanggal 4 September lalu bertempat di Dusun Sentul Asli, Desa Pendua, Kec. Kayangan Lombok Utara. Acara ini di hadiri oleh pengguna Biogas., permasalahanya adalah kompor yang digunakan cepat mengalami kerusakan atau cepat korosi/karat.


Timbulnya karat pada alat biogas ini diakibatkan oleh beberapa gas yang dihasilkan. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana cara memurnikan biogas tersebut agar gas bawaan yang tercampur misal Hidrogen Sulfur yang menyebabkan korosi dan mengurangi kandungan air yang berlebihan.
Dalam kesempatan ini DR. Ir. Joko Priyono dari PETUAH memberikan solusi dengan membuat tabung sederhana dari pipa paralon dan membuat larutan dari bubuk batuan silikat. Larutan bubuk batuan ini nantinya digunakan sebagai penyaring atau pemurni biogas yang diisi pada tabung yang terbuat dari pipa paralon tersebut. Menurut beliau larutan batuan silikat yang mempunyai ukuran nano partikel bisa mengikat partikel yang dimaksud.  Gas kotor yang berasal dari digester akan mengalir melalui pipa penyaring dan hasilnya berupa biogas metana.


Dengan alat sederhana seperti ini masyarakat dalam hal ini pengguna biogas bisa membuat sendiri alat yang digunakan. Larutan bekas atau limbah penyaring bisa juga dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Kandungan limbah larutan mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Bubuk batuan silikat mengandung unsur hara baik makro maupun mikro. Sehingga dengan adanya pelatihan dan inovasi sederhana ini menjawab tantangan pengunaan energi baru terbarukan. Yang terpenting solusi yang ditawarkan mudah di praktikan dan terjangkau untuk semua kalangan.

 

Feedback
Share This: