Menjaga Rinjani Menjaga Masa Depan Lombok

Anda di sini

Depan / Menjaga Rinjani Menjaga Masa Depan Lombok

Menjaga Rinjani Menjaga Masa Depan Lombok

“Dalam sebuah  kesempatan, Rasyid Ridho, Seorang pendamping Lapangan Konsorsium ADBMI & Friends untuk program Kemakmuran Hijau secara berseloroh pernah mengungkapkan ide “inovatif”nya untuk pelestarian Lingkungan Di dalam dan sekitar Gunung Rinjani : Ada dua hal mendasar yang hilang sehingga Kawasan rinjani terus menerus berada dalam tekanan eksploitasi, yaitu hilangnya Rasa Takut dan  merajalelanya Korupsi. Untuk itu penting mendatangkan rasa takut lagi kepada kepada hutan dengan melepas hewan –hewan Buas semacam Harimau, Srigala, Ular dan beruang. Secara kodrati, Manusia takut untuk berhadapan face to face dan apalagi kalau dalam keadaan marah dengan mahluk-mahluk ini, sehingga mereka tidak akan berlaku leluasa untuk masuk ke dalam kawasan rinjani. Di samping menakutkan, kelebihan lain dari makhluk buas ini adalah mereka di jamin bebas korupsi, tidak  akan tergiur uang sogokan. Maka dari beberapa segi, keberadaan makhluk ini lebih ideal dalam menjalankan fungsi sebagai pengawas kelestarian kawasan di sana” . Dengan demikian, akan menjaga kesetimbangan dan pertumbuhannya dengan cara mereka sendiri, demikian buah fikir Ridho.

Ide itu mungkin sejurus terdengar seperti kelakar di angkringan. Namun kita tak bisa mengabaikan dua point alasan yang di kemukakan ;  rasa takut (kewibawaan aturan) & korupsi. Keduanya  berkelindan, di mana korupsi menjadikan hilangnya kewibawaan aturan, sehingga tidak ada rasa takut dari para pelaku untuk tetap melanggar aturan itu,  termasuk di dalamnya  adalah  pelaku perusakan lingkungan. Bisik-bisik tetangga, tentang kongkalikong petugas, aparat, pejabat yang membentuk rabtai organisasi bak mafia dengan para pelaku illegal loging sangat  akrab di telinga dan mulut warga. Jika merujuk ke teori tidak ada asap jika tidak api, menunjukkan bahwa prilaku koruptip juga menjadi penyumbang besar dari laju perusakan lingkungan.  Pernyataan ide Ridho di  atas juga di latar belakangi kenyataan proses perusakan lingkungan terus berlangsung, dan aturan-aturan serta kebijakan konservasi terus di produksi, bermutasi dari satu bentuk ke bentuk lain, namun belum mengubah keadaan. Dan Rinjani, sebagai Jantung kehidupan pulau Lombok menuju ke tingkat kritis.

Rasyid Ridho adalah  generasi muda yang terlahir dan besar di Sebuah Desa lingkar rinjani, Suela. Pria yang juga aktif dalam dunia Pendidikan dan gerakan Sosial ini, beberapa tahun terakhir terlibat secara aktif dalam pelestarian rinjani. Dan dalam setahun terakhir ini, bersama Konsorsium ADBMI & Friends bekerja sebagai  salah satu Pendamping  Lapangan yang bertanggung untuk mengorganisasikan program di dua Desa Lingkar rinjani, Toya dan Perigi dalam sebuah program  “ Perluasan Program Peningkatan Ketahanan Ekonomi Masyarakat Miskin Yang menjadi  Buruh Migrant  di 12 Desa Lingkar Hutan Taman Nasional Rinjani Di Kabupaten Lombok Timur,  Melalui Pengembangan Bisnis Berbasis Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan  & Sensitive Gender”.  Program ini di dukung oleh MCAI yang dananya dari Pemerintah Amerika dengan misi Green Prosperity kemakmuran hijau, yaitu bagaimana bisa mewujudkan kesejahteraan dan pada saat yang sama juga berkontribusi langsung terhadap konservasi lingkungan lewat  penciptaan alternatip energi terbarukan, pengolahan sumber daya alam yang berprspektip lingkungan. Program ini mengambil site project di 12 Desa yang tersebar ; Perigi , Toya, Timbanuh, Lendang Nangka Utara, Tetebatu , Jeruk Manis , Kembang Kuning , Jenggik Utara , Perian , Pesanggrahan , Pringgajurang Utara. Di targetkan lebih dari 600 Usahawan baru muncul di akhir program ini.   

 Pilihan Komunitas Buruh Migran sebagai Target Group program ini, berdasarkan bacaan analisis social, bahwa kelompok yang paling miskin dari warga di 12 Desa tersebut , oleh karena kemiskinan dan kemudahan akses masuk ke Rinjani (mereka warga desa sekitar) sehingga dianggap paling potensial untuk mengeksploitasi Sumber Daya Alam secara berlebih, termasuk dengan menerabas masuk ke dalam kawasan TNGR. Dan oleh karena keberadaan dan ketergantungan mereka terhadap dukungan sumber daya alam yang ada di rinjani, maka ketika mereka sudah sejahtera, memiliki alternatip usaha ekonomi yang sustain dan mencukupi kebutuhan hidup layak, maka mereka juga sekaligus akan menjadi pagar penjaga hidup yang turut menjaga kelestaria. Masalah yang akan di atasi melalui intervensi ini adalah :

  1. Rendahnya kepemilikan dan kemampuan mengelola asset produksi menjadi usaha ekonomi produktif
  2. Rendahnya kesadaran dan pemahaman warga di sekitar TNGR terhadap potensi pengembangan ekonomi bisnis berbasis pengelolaan Sumber Daya alam
  3. Masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam memulai, menjalankan dan mengembangkan bisnis
  4. Pengelolaan rumah tangga masih bersifat patriarchal yang berpusat pada pria dan belum di dukung Pengetahuan dan keterampilan mengelola ekonomi rumah tangga yang baik, di mana remittance habis untuk konsumsi
  5. Belum tersedia dukungan kelembagaan dan layanan yang dapat menunjang lahir dan berkembangnya  bisnis berbasis pengelolaan sumber daya alam dalam skala kecil di level Desa

Dengan meningkatkan  kapasitas warga miskin dalam mengelola sumber daya  dengan cara ramah lingkungan, akan memberikan  Alternatip usaha ekonomi yang dapat menujang perekonomian keluarga miskin di sekitar TNGR. Dengan demikian, ketergantungan dan tekanan warga miskin terhadap sumber daya alam yang ada di dalam kawasan TNGR dapat di kurangi, maka dalam jangka panjang  deforestrasi juga dapat dicegah. Disisi lain, praktek pengolahan sumber daya alam yang baik juga dapat meningkatkan sequestrasi karbon yang berkontribusi terhadap penurunan gas rumah kaca.  
Pemilihan lokasi prorgam juga di pertimbangkan pada Data BPS Lombok Timur (2013), angka kemiskinan pada 8 (delapan) kecamatan di Lingkar TNGR tersebut sangat tinggi, yaitu di Kecamatan Sembalun sebesar 54,39%, Sambelia (44,10%), Suela (46,34%), Pringgabaya (46,43%), Aikmel (54,30%), Pringgasela (38,30%), Wanasaba (45,67 %) dan Montong Gading (44,96%). Adapun garis besar kegiatan –kegiatan uatama yang  telah dan akan  dilakukan dalam program ini adalah :

  1. Pengelolaan  modal social  ; Pengkajian Sosial (social Assesment),   Komunikasi dengan stakeholders kunci, Pembuatan Pangkalan Data (database)  , Sosialisasi Program
  2. Pelembagaan Gerakan Sosial Warga ; Membangun Pusat Inkubasi bisnis  Desa PINBID  , Kelompok Usaha Komunitas  
  3. Pengembangan  Kapasitas Warga ; Rekruet &  training untuk Fasilitator komunitas,  pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga, pelatihan bisnis, pemberian bantuan alat produksi, workshop dan seminar,   Pengembangan rencana-rencana Bisnis hijau berbasis potensi  , konsultasi.
  4. Membangun sistem pendukung untuk pengembangan dan keberlanjutan bisnis komunitas  ;  Linkage dengan sector usaha lain yang dapat mendukung perkembangan kegiatan ekonomi bisnis kelompok,  Menyusun Peraturan Desa Tentang Program Pengentasan Kemiskinan  Desa yang menjamin strategi dan hasil program dapat di lanjutkan menjadi program Desa melalui pembiayaan ADD Alokasi Dana Desa
  5. Knowledge management ;   Bekerja sama dengan KIM Kelompok Informasi Masyarakat. Membuat buletin bulanan dan Web/blog/Fanpage di Medsos. Pengelolaan akan memakai prinsip jurnalisme warga /Citizen journalistic. Merekruet seorang konsultan khusus untuk  knowledge management ini. Memanfaatkan drama tradisional rudat.
  6. Pelaksanaan Monitoring dan evaluasi untuk memastikan semua rencana dan dinamika program berada dalam relnya.  Workshop monev  secara periodic 6 bulan sekali, Menyediakan Kotak Saran  di Desa. Technical Assistance secara berjenjang dan periodik. Menentukan desa kontrol sebagai pembanding.

Sumber: Konsorsium ADBMI

Feedback
Share This: