Menggalang Potensi Kaum Muda Untuk Masa Depan Pariwisata Sumba
Nusa Tenggara Timur khususnya kabupaten Sumba Timur menjadi magnet baru setelah Kawasan Flores yang terkenal dengan Komodo, Wairebo, dan Kelimutu. Potensi daya tarik wisata di Sumba Timur sangat besar dan hanya sebagian kecil termanfaatkan baik oleh pemerintah lokal ataupun masyarakat setempat. Sumba Timur mempunyai ciri khas yang berbeda, sabananya dilengkapi dengan kuda-kuda liar serta ternak yang bebas berkeliaran. Sungai-sungai cantik mengalir hampir di semua wilayah. Kampung-kampung adat warisan megalitik masih terjaga keutuhannya.
Pengembangan pariwisata diharapkan mendapatkan dukungan penuh dari stakeholder pariwisata yang terdiri dari Pemerintah/Pemerintah daerah, swasta, masyarakat termasuk wisatawan. Pramuwisata adalah salah satu stakeholder yang berperan sebagai seseorang yang bertugas memberikan layanan, bimbingan, penerangan dan petunjuk tentang daya tarik wisata serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Tidak hanya itu, tugas yang diemban Pramuwisata sebagai Frontliner yang sekaligus berfungsi sebagai information agent cukup berat dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Tanggal 22-28 Maret 2017 bertempat di hotel Elvin (serta beberapa lokasi wisata di Sumba Timur sebagai tempat kunjungan lapangan) Yayasan Sekar Kawung dan Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu sebagai Anggota Konsorsium Samdhana NTT mengadakan “Pelatihan Pemandu Wisata dan Pemimpin Perjalanan Tingkat Pemula”. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 15 peserta dari Desa Lambanapu, Mauliru dan Kadumbul yang merupakan lokasi program Samdhana NTT. juga ikut beberapa komunitas pegiat wisata yang selama ini aktif di Sumba seperti Tiera Sumba dan perwakilan kelompok sadar wisata Prailengu dari Desa Mondu. Kegiatan ini difasilitasi oleh Bapak Eka Tresnawan selaku Tenaga ahli wisata alam dan budaya dari Yayasan Sekar Kawung.
Konsorsium Samdhana NTT merupakan salah satu mitra dari Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia lewat Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (Jendela 2) yang saat ini bekerja di Sumba Timur untuk Proyek berjudul “Menguatkan Budaya-Ekologi dan Ekonomi Tenun Pewarna Alam Dalam Rangka Pembangunan Rendah Emisi di Sumba Timur”.
Dalam Proyek ini, ada 3 hal besar yang menjadi fokus Samdhana NTT yaitu conserving life (merawat alam), empowering community (mencipta sejahtera) dan enriching culture (mencintai budaya). Untuk itu ada berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang dibagikan kepada masyarakat, salah satunya terkait pelatihan pemandu wisata. Mimpi Samdhana NTT menjadikan tenun ikat sebagai objek wisata (baik proses maupun pemasaran, baik teknik pengerjaan maupun filosofinya) sehingga sumber daya manusianya perlu dipersiapkan juga sektor-sektor pendukung lainnya yang saling terkait.
“Kita memang fokus pada pengembangan pewarna alam dalam proyek ini tetapi sebagai bagian dari menjadikan ini destinasi wisata maka penting untuk melihat pariwisata di Sumba Timur ini khususnya sebagai sesuatu yang sifatnya holistik, baik sumber daya alam, sumber daya manusia dan sistem pendukungnya. Sehingga saat ini kami mulai mempersiapkan orang-orang muda untuk menjawab mimpi ini. Sesuai dengan jenis dan tingkat pelatihan yang dilaksanakan, maka materi pelatihan “guiding” yang akan diberikan kepada para peserta menekankan pada pengetahuan dan keterampilan dasar tentang Pariwisata dan Guide/Pramuwisata secara umum, Teknik Dasar Guiding, serta bagaimana menjadi guide atau pramuwisata yang baik” demikian penjelasan Ibu Anissa Yuniar selaku Programme Manager dari Yayasan Sekar Kawung.
Secara umum, Pramuwisata adalah seseorang yang dibayar untuk menemani wisatawan dalam perjalanan, mengunjungi, melihat dan menyaksikan serta memberikan informasi tentang objek wisata dan berbagai bantuan lain yang diperlukan wisatawan sebelum dan selama perjalanan berlangsung. Tugas seorang pemandu wisata secara umum adalah mengatur dan melaksanakan kegiatan perjalanan wisata bagi wisatawan yang ditanganinya berdasarkan program perjalanan (itinerary) yang telah ditetapkan; menunjukkan dan mengantarkan wisatawan ke objek-objek dan daya tarik wisata yang dikehendaki; serta memberikan informasi dan penjelasan mengenai objek dan daya tarik wisata yang dikunjungi, informasi sejarah dan budaya, dan berbagai informasi lainnya.
Profesi Pramuwisata/Pemandu wisata memiliki prospek yang cerah dengan berbagai kelebihan yang dimiliki yaitu prestise; finansial; prestasi; pengalaman serta relasi. Pekerjaan sebagai pemandu wisata identik dengan suasana dan lingkungan yang glamor, mulai dari hotel berbintang, restoran mewah, transportasi berkelas, dan sebagainya. Tidak hanya sebatas berkepentingan dengan penyedia fasilitas dan layanan tersebut, seorang pemandu wisata bisa saja menikmati segala fasilitas dan layanan tersebut tanpa mengeluarkan uang sedikit pun. Bahkan bukan mustahil Ia justru mendapatkan imbalan, baik finansial maupun material lainnya.
Seorang pemandu wisata memiliki beberapa sumber pendapatan yang mungkin dapat melipatgandakan penghasilannya. Pada dasarnya, sumber pendapatan seorang pemandu wisata adalah sebagai berikut: Gaji, Pendapatan berupa gaji diterima oleh seorang pemandu wisata tetap (disebut juga sebagai Payroll Guide, Full-Time Guide atau Guide Staff). Pemandu wisata ini bekerja pada suatu perusahaan perjalanan atau Biro Perjalanan Wisata (BPW) sepanjang tahun, baik di musim peak/high season (musim ramai kunjungan) maupun pada masa low season (musim sepi kunjungan). Guide Fee (upah). Guide fee adalah upah pemandu wisata yang diberikan perusahaan/BPW yang dihitung berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain upah per jam, per hari, dan per paket.
Besar kecilnya upah ini biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Kelas tur (semakin tinggi kelas tur yang ditangani, upah pemandu wisata akan semakin tinggi). Misalnya, upah pemandu wisata untuk kelas Deluxe Tour akan lebih tinggi daripada upah pemandu wisata untuk kelas Standard Tour atau Budget Tour); Bahasa pengantar yang dipergunakan; pada dasarnya bahasa pengantar yang dikuasai pemandu wisata turut menentukan besar kecilnya upah pemandu wisata yang akan diterimanya. Namun hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan dan ketersediaan pemandu wisata yang menguasai bahasa tertentu. Sebagaimana hukum pasar, permintaan yang tinggi bila tidak diikuti oleh ketersediaan yang memadai akan menyebabkan harga naik. Misalnya, tarif upah pemandu wisata berbahasa Inggris biasanya lebih murah dibandingkan dengan upah pemandu wisata berbahasa Spanyol, Italia, Prancis, Jerman, dan sebagainya.
Sumber pendapatan pemandu wisata lainnya adalah Komisi (Kick Back), Pendapatan berupa komisi biasanya diperoleh dari para penyedia jasa atau fasilitas, seperti hotel, restoran, toko souvenir, dan tempat pertunjukan. Beberapa perusahaan (BPW) memberikan kebebasan kepada pemandu wisatanya untuk memperoleh dan mengelola sendiri komisi ini, namun ada pula yang melarang sama sekali karena telah dikelola perusahaan, ada pula yang memberi kebijakan dengan membagi komisi tersebut fifty-fifty. Komisi juga dapat diperoleh dari perusahaan sendiri misalnya dari keberhasilan membantu penjualan optional tour atau additional tour (tur pilihan atau tambahan) kepada wisatawan untuk mengisi waktu-waktu yang senggang (free day). Hal yang perlu dihindari dari adanya komisi ini adalah sikap Over–Commercialism, yaitu menganggap setiap kegiatan merupakan kesempatan untuk mendapat keuntungan finansial serta selalu mengaitkannya dengan hal-hal yang bersifat komersial yang berlebihan.
Dalam dunia pelayanan/jasa pariwisata kita juga sering mendengar istilah Complimentary (Comps) atau Free Of Charge (FOC). Complimentary atau free of charge berarti cuma-cuma atau tanpa bayar, yaitu pembebasan biaya atas fasilitas atau jasa yang disediakan kepada orang/pihak tertentu oleh pemilik/penyedia fasilitas atau jasa tersebut. Misalnya complimentary room yang diberikan oleh pihak hotel kepada pemandu wisata, berarti pemandu wisata yang bersangkutan tidak perlu membayar harga kamar yang disediakan untuknya. Demikian pula halnya dengan complimentary meals yang disediakan pihak restoran untuk pemandu wisata. Selain hotel dan restoran, hampir semua mitra BPW dalam tur sering memberikan complimentary atau FOC, misalnya airlines, perusahaan transportasi, kapal pesiar, dan toko souvenir.
Pemberian complimentary atau FOC ini biasanya ditujukan untuk hal-hal berikut ini : Promosi, Supplier atau principal (pemilik atau penyedia jasa/fasilitas) biasanya memberikan complimentary atau FOC untuk memperkenalkan produk/layanan baru mereka dengan harapan bahwa produk/layanan tersebut cocok dengan kriteria kebutuhan fasilitas/jasa dalam pelaksanaan tur; Service dan penghargaan atas kepercayaan pemilihan perusahaan yang bersangkutan sebagai mitra biro perjalanan wisata dalam menyediakan jasa/ fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan tur, sekaligus untuk mempererat hubungan bisnis yang telah berjalan dengan baik.
Ada atau tidaknya complimentary/FOC ini biasanya bergantung pada perjanjian antara BPW dengan supplier/ principal. Namun, complimentary/FOC juga dapat dimintakan pada saat melakukan reservasi (pemesanan) atas fasilitas/jasa yang diperlukan untuk pelaksanaan tur tersebut. Selain unsur promosi dan penghargaan di atas, supplier biasanya juga akan mempertimbangkan sedikit banyaknya supply, yaitu jumlah pasokan wisatawan atau tamu yang menggunakan fasilitas/jasa yang mereka miliki yang dipasok BPW.
Menjadi seorang pemandu wisata merupakan suatu prestasi tersendiri di mana tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk melakukan tugas ini. Seorang pramuwisata ketika melaksanakan tugasnya akan mengemban berbagai fungsi antara lain sebagai wakil dari perusahaan tempat ia bekerja, sebagai duta bangsa yang menyambut dan melayani wisatawan/ bangsa lain yang datang berkunjung di mana pemandu wisata harus dapat menunjukkan ciri khas bangsa Indonesia yang ramah, santun, berbudi luhur, dan sebagainya.
Dengan menjadi seorang pemandu wisata, kesempatan untuk menimba pengalaman terbuka lebar. Melayani wisatawan dengan latar belakang yang berbeda-beda; asal negaranya, budayanya, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya, dengan mengunjungi objek dan daya tarik wisata di berbagai tempat, tentu akan memberikan pengalaman tersendiri yang tidak dimiliki semua orang. Dengan pengalaman yang luas, tentunya akan mempengaruhi wawasan dan kepribadian seseorang.
Menjadi pemandu wisata juga berarti kesempatan untuk berkenalan dengan banyak orang terbuka lebar. Wisatawan yang dilayani pun berasal dari berbagai lapisan misalnya pengusaha, intelektual, birokrat, aktivis sampai pada masyarakat biasa. Hal ini merupakan kesempatan emas untuk membangun relasi yang langsung atau tidak langsung, sekarang atau nanti akan berguna. Profesi sebagai pemandu wisata memang sangat menarik dan menantang, namun bukan berarti dapat terus digeluti sampai akhir hayat. Keterbatasan usia, kondisi kesehatan atau mungkin krisis yang berkepanjangan yang melanda dunia pariwisata adalah beberapa hal yang patut dipertimbangkan. Ketika hal ini benar-benar terjadi, seorang pemandu wisata dapat mencari solusi dengan menelusuri kembali klien-klien potensial yang pernah ditanganinya, yang memiliki interest yang sama serta menghargai kemampuan dan percaya sepenuhnya untuk memulai sesuatu yang baru atau yang mungkin pernah ditawarkannya.
Tantangan Profesi Pariwisata
Selain memiliki prospek dan banyak kelebihan, profesi pramuwisata juga memiliki segi-segi yang menantang dan bahkan bagi sebagian besar orang cukup memberatkan yaitu Bukan 9 to 5 job - Pekerjaan sebagai seorang pemandu wisata bukanlah pekerjaan terjadwal selayaknya jam kerja kantor yang dimulai pukul 9 dan selesai pukul 5 sore. Jam kerja seorang pemandu wisata dapat saja lebih panjang, bahkan mungkin saja 24 jam sehari, khususnya bila menangani tur lebih dari satu hari, yaitu ketika tugas Anda merangkap sebagai tour escort. Bila wisatawan memerlukan Anda pada pukul 3 pagi sekalipun, sebagai pemandu wisata Anda harus segera memberikan tanggapan dan mencari jalan keluarnya bila terjadi suatu masalah.
Mobilitas Tinggi; Tantangan lainnya bagi seorang pemandu wisata adalah ciri khas pekerjaannya yang menuntut mobilitas tinggi. Dengan demikian, diperlukan kemauan yang keras dan stamina yang prima. Akibat lainnya adalah bahwa seorang pemandu wisata akan sering berada di luar rumah. Tampaknya, hal ini pula yang menyebabkan kecenderungan bahwa pemandu wisata yang betul-betul menikmati pekerjaannya cenderung untuk menunda perkawinan. Sementara bagi yang sudah menikah, Ia harus benar-benar mampu membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarganya, serta harus siap menghadapi berbagai perkembangan yang terjadi dalam rumah tangganya selama Ia bertugas.
Banyak tuntutan; Sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani wisatawan, pemandu wisata akan berhadapan dengan banyak orang dengan berbagai sifat dan perilaku, ada yang baik dan kooperatif, namun banyak juga yang banyak menuntut dan selalu ingin diutamakan. Begitu pula dengan tanggungjawab yang berat, karena selama tur berlangsung, keamanan dan keselamatan seluruh wisatawan ada di tangan Anda.
Namun demikian, yang perlu diingat adalah bahwa “Tidak ada pekerjaan yang tidak mengandung risiko. Sementara permasalahan adalah suatu yang harus dipecahkan dan diselesaikan dengan menyiapkan antisipasi, strategi, dan alternatif pemecahan, yang dapat diperoleh melalui proses belajar dan berlatih yang baik dan pengalaman yang matang.”
Proses pelatihan berlangsung selama 5 hari ( 1 hari di dalam kelas dan 4 hari kunjungan lapangan), dimana kunjungan ini sekaligus ajang peserta mempraktekkan pengetahuan yang telah di dapat. Kegiatan dimulai dengan mereview beberapa objek wisata di Sumba Timur, mulai dari kampung adat, situs budaya sampai wisata alam sebagai ruang untuk memperkenalkan peserta terhadap daya tarik wisata yang ada disekitarnya. Beberapa peserta, khususnya dari komunitas pegiat wisata dengan penuh semangat membagikan pengalaman mereka selama ini khususnya yan terkait dengan sikap dan perilaku masyarakat terkait pariwista ini.
Hal menarik lain yang muncul dalam kegiatan ini, Yayasan Sekar Kawung juga menghadirkan perwakilan dari Taman Nasional Wanggameti untuk berbagi tentang wisata alam di taman nasional dan Bapak Sonny Rozali (Pelatih Ekowisata dari Blue Carbon Consortium) untuk berbagi tentang ekowisata.
“Menarik sekali saling berbagi diantara grantee (penerima hibah) MCA Indonesia ini, semakin banyak pengetahuan bisa dibagikan kepada masyarakat kita di Sumba” demikian tanggapan Bapak Fransiskus Harum selaku Provincial Relationship Manager MCA Indonesia yang sempat menyaksikan kegiatan ini. **