Memotret Ragam Pengetahuan Dari Lapangan
Sekilas suasana siang itu seperti sedang dalam sakramen Perjamuan Kudus yang dilaksanakan di gereja. Ada cawan kecil yang diedarkan keseisi ruangan dan masing-masing orang meminum dari cawan yang sama. Ekspresi berberda-beda terpancar dari wajah setiap orang yang menikmatinya. Cairan itu adalah salah satu dari sekian banyak produk pengetahuan yang dihasilkan oleh Konsorsium Weepadalu dan dibagikan dalam kegiatan “Workshop Green Prosperity Grantee, Green Knowledge Grantee dan Non Green Prosperity Grantee” yang diselenggarakan oleh Petuah Undana tanggal 8-9 Desember 2016 di Aula Hotel Sumba Sejahtera di Sumba Barat Daya.
Cairan itu bernama MOL (mikroorganisme lokal) yaitu hasil fermentasi mikroorganisme yang bersumber dari bahan tertentu yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Sebagai contoh mikroorganisme dari sampah dapur, rumen sapi, rumen kambing, bonggol pisang, nasi, sayuran dan buah-buahan. Kandungan dan jenis mikroorganisme dalam MOL tergantung dari bahan pembuatnya dan masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tetapi pada prinsipnya kandungannya hampir sama dengan EM4 (Effective Microorganisms-4).
Tujuan membuat MOL yaitu untuk mengembangkan biang penghancur bahan organik (dekomposer) serta menambah aktivasi tumbuhan dan tambahan nutrisi bagi tanaman. MOL ini diproduksi dengan proses yang selaras dengan ekosistem lokal/setempat (dalam hal ini selaras dengan ekologi Sumba). Pemanfaatan mikroorganisme lokal merupakan pilihan yang tepat dalam berusahatani yang berkelanjutan serta ramah lingkungan, prosesnya juga dapat dilakukan sendiri oleh petani dengan biaya yang murah sehingga diharapkan dengan penerapan teknologi ini dapat mengatasi masalah permodalan untuk usaha tani.
Selain MOL, Konsorsium Weepadalu juga menghasilkan produk pengetahuan lain seperti pupuk organik padat (bokashi, kompos dan aerob), pupuk organik cair plus pestisida nabati, zat perangsang tumbuh, zat perangsang bunga dan buah. Ada juga modul yang dihasilkan yaitu modul pertanian konservasi selaras alam, modul bertanam kakao secara baik dan benar, modul bertanam jagung dan tanaman hortikultura selaras alam, modul bertanam padi dengan pola SRI (System of Rice Intensiffication) dengan pola maju. Sedangkan khusus untuk kelompok tani kakao dan fasilitator pengetahuan yang dihasilkan berupa Sekolah Lapang dengan fokus pada P3SR (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Teratur, Sanitasi dan Rehabilitasi) dan Sekolah Lapang dengan fokus pada pengembangan PKSA (Pertanian Konservasi Selaras Alam).
Ada sekitar 20 peserta terlibat dalam kegiatan Wokshop kali ini yang dibuka oleh Bapak Wakil Bupati Sumba Barat Daya, dimana setiap perwakilan lembaga mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan apa saja kegiatan yang dilaksanakan dalam 6 bulan sampai 1 tahun terakhir, dimana lokasinya, pengetahuan apa yang telah dimiliki/dihasilkan dan pengetahuan apa yang masih dibutuhkan. Pada hari pertama ada presentasi dari Yayasan Rumah Energi, Petuah Undana, Yayasan Bakti, Bappeda Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah dan PLUP. Sedangkan pada hari kedua presentasi disampaikan oleh Konsorsium Sumba Hijau, Konsorsium Pembangunan Berkelanjutan NTT, Konsorsium DAS Kadahang, Konsorsium Weepadalu, Sumba Hotel School.
Lain lagi cerita yang datang dari Konsorsium Sumba Hijau yang bekerja dengan mimpi besar agar menguatnya praktik pengelolaan sumber daya alam untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berketahanan perubahan iklim serta berkontribusi kepada mitigasi perubahan iklim dan pelestarian ekosistem alami di Bentang Alam Sumba Bagian Tengah (BA-SBT). Beberapa produk pengetahuan yang dimiliki dan dibagikan dalam workshop ini adalah tentang metode penggalian partisipatoris praktik masyarakat mengatasi dampak perubahan iklim (CRiSTAL), pelatihan pembuatan bokashi dan pelatihan tehnik pertanian konservasi. Selain itu juga disampaikan kebutuhan pengetahuan yang dibutuhkan dari pihak lain seperti materi komprehensif pelatihan pengelolaan lahan kering, materi pelatihan pengendalian hama terpadu (dampak besar: belalang), penanganan penyakit tanaman kelapa/pisang, model pengelolaan pengairan lahan kering, bibit unggul padi tadah hujan, model restorasi lahan kering, daftar jenis vegetasi strategis, pembibitan jenis-jenis tumbuhan asli Sumba dan bermanfaat untuk sumber kayu, pangan, dan adat.
Ada juga Konsorsium DAS Kadahang yang bekerja untuk pengembangan wanatani dan tata kelola DAS Kadahang di Sumba Timur, yang telah menghasilkan juga beberapa produk pengetahuan seperti pengembangan data digitasi sederhana sebagai alat monev, Perdes Kebakaran Padang, Perdes Penertiban Ternak Lepas, Tehnik Mengalirkan air sungai ke kampung tanpa menggunakan mesin tanpa bahan bakar (selain untuk minum dan pengairan kebun, air menjadi bisa diubah menjadi energi listrik 3 kwh). Sedangkan beberapa pengetahuan yang masih dibutuhkan misalnya cara pembuatan video, reportase, GIS dan web.
Tidak ketinggalan Yayasan Rumah Energi juga berbagi tentang hasil kajian kandungan nutrisi dalam bioslurry, Sumba Hotel School berbagi tentang Manajemen Sampah dan Petuah Undana berbagi informasi tentang kajian nilai gizi tomat, modul perhitungan nilai ERR (Economic Return Rate) dan modul perhitungan emisi rumah kaca yang merupakan hasil dari permintaan peserta dalam Wokrshop yang pernah dilakukan bulan September 2016 yang lalu di Kupang.
Dari pihak Pemda, dalam hal ini Bappeda Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah juga ikut berbagi terkait belum adanya ruang misalnya SIDA (Sitem Inovasi Daerah) untuk mengkonsolidasikan semua produk pengetahuan yangs selama ini sudah dihasilkan dari sekian banyak program pemerintah sekaligus untuk menyebarluaskan pengetahuan tersebu
Universitas Nusa Cendana (Undana) merupakan anggota Konsorsium Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau (Petuah), yang mendapat hibah dari MCA-I untuk melakukan penjaringan berbagai produk Pengetahuan Hijau (Green Knowledge = GK), terutama yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam, pertanian berkelanjutan dan energy baru terbarukan di lahan kering kepulauan, khususnya di Pulau Sumba sebagai lokasi target MCA-I.
Produk pengetahuan ini merupakan sumber informasi yang dapat dibagikan kepada pengguna dan pemangku kepentingan, terutama yang terkait dengan program-program kemakmuran hijau (Green Prosperity = GP) untuk kesejahteraan masyarakat. Selain Undana, terdapat beberapa penerima hibah Pengetahuan Hijau (GK Grantee), yang saat ini bekerja di Sumba, yang juga memiliki produk-produk pengetahuan hijau. Produk-produk pengetahuan hijau tersebut perlu diidentifikasi, dikumpulkan dan kemudian dapat didiseminasikan kepada stakeholder yang lebih luas termasuk GP Team untuk mendukung program-program kemakmuran hijau yang dilaksanakan baik di Pulau Sumba maupun daerah lain di NTT.
Selain GK Grantee, juga ada beberapa lembaga lain yang bekerja langsung bersama masyarakat di Pulau Sumba melalui kegiatan-kegiatan nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik dengan dukungan dana hibah dari MCAI melalui Proyek Kemakmuran Hijau (Green Prosperity = GP Project), maupun dengan dukungan dana lainnya (bukan MCAI = non GP Project). Proyek-proyek GP dan non GP ini, tentu sudah memiliki produk-produk pengetahuan hijau untuk diterapkan di masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di lokasi sasaran.
Namun demikian, diduga masih ada banyak produk pengetahuan hijau yang dibutuhkan oleh Proyek GP dan non GP dalam menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan di masyarakat. Sementara itu, sudah banyak produk-produk pengetahuan hijau yang dihasilkan, dikumpulkan dan dimiliki oleh GK Grantee, yang bisa digunakan untuk mengisi kesenjangan/ kekurangan yang dimiliki oleh Proyek GP dan non-GP. Dengan demikian maka dibutuhkan suatu wadah/forum untuk mengidentifikasi produk-produk pengetahuan hijau yang dimiliki GK dan GP Grantee, dan produk pengetahuan hijau yang dibutuhkan oleh GP dan non-GP, yang dapat di sediakan oleh GK grantee, dan mensinergikan semua produk pengetahuan hijau dan kegiatan diseminasi bersama dengan Proyek-proyek GP lain dan non-GP di lokasi sasaran, khususnya di Pulau Sumba.
Sejumlah hasil penelitian dan inovasi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan produktivitas pertanian berkelanjutan di lahan kering telah dijaring atau dikumpulkan oleh PETUAH UNDANA melalui metode review dokumen dan lessons learned. Inovasi dan teknologi (produk pengetahuan) yang telah dikumpukan perlu diverifikasi, didiskusikan dan dikonsultasikan kepada para pemangku kepentingan di Pulau Sumba sebagai wilayah sasaran GP Proyek untuk memastikan bahwa produk pengetahuan tersebut relevan dan dibutuhkan oleh pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan.
Hal ini dapat dilakukan melalui dialog kebijakan (policy dialog) dengan para pemangku kepentingan lokal, terutama instansi pemerintah daerah yang akan menjadi pengguna potensial dari produk pengetahuan yang dikumpulkan. Dialog kebijakan merupakan forum penting untuk pertukaran ide yang biasanya ditindaklanjuti dengan kebijakan interfacing kegiatan untuk memecahkan masalah tertentu.
Selain produk-produk pengetahuan yang dikumpulkan oleh tim GP, ada juga teknologi dan inovasi yang dihasilkan oleh pihak lain berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan pertanian berkelanjutan yang sedang digunakan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan. Dalam penerapannya terkadang diperlukan review teknis (tehnical review) termasuk penyusunan platform inovasi yang dilakukan bersama oleh perguruan tinggi dan instansi pemerintah, untuk memastikan seberapa efektif dan efisien program dan teknologi yang diterapkan tersebut, dan apa yang bisa ditingkatkan untuk implementasi yang lebih baik dan efektif dimasa mendatang.
Apapun cara kita mengumpulkan dan menyebarluaskan ragam pengetahuan, yang jelas haruslah tetap diingat bahwa pengetahuan-pengetahuan dialihkan dari satu pihak ke pihak lain melalui hubungan personal yang intensif. Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di kertas, diformulasikan dalam bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar. Namun ada pula pengetahuan yang terkait erat dengan perasaan, keterampilan dan bentuk bahasa utuh, persepsi pribadi, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule of thumb) dan intuisi. Ketika ada yang bertugas sebagai knowledge hub maka disini bukan saja untuk menyimpan pengetahuan melainkan juga untuk memfasilitasi lalu lintas atau komunikasi di antara individu atau peneliti dalam organisasi yang sedang melakukan kegiatan penelitian baik mencari informasi atau memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan baru untuk menunjang kegiatan penelitiannya.