KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Anda di sini

Depan / KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Untuk lebih memahami dalam konteks implementasi konsep LEDS di wilayah pesisir, Blue Carbon Consortium sebagai penerima hibah Aktivitas Pengetahuan Hijau – Proyek Kemakuran Hijau MCA – Indonesia melaksanakan program Pengelolaan Pengetahuan mengenai Tata Kelola Wilayah Pesisir Rendah Emisi di Nusa Tenggara Barat dan Timur yang berfokus pada penguatan perencanaan pembangunan rendah emisi di wilayah pesisir serta penyebarluasan pengetahuan pengelolaan sumberdaya pesisir yang rendah emisi dan berkelanjutan.
Salah satu tahapan dalam knowledge management (KM) adalah pengumpulan informasi dan contoh baik sebagai bentuk knowledge acquiring, dimana dibutuhkan contoh-contoh praktik kegiatan rendah emisi di desa-desa pesisir yang sudah dikembangkan di wilayah pesisir dan terbukti dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, hal ini perlu di ketahui dan ditunjukkan kepada policy maker, saintist dan implementing agency. Contoh ini penting agar implementasi kegiatan dapat lebih maksimal karena sudah ada contoh (success story), agar diketahui oleh pemerintah daerah agar pemerintah daerah memiliki cara pandang optmistik dan bersemangat untuk mengimplementasikan cara-cara rendah emisi. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu kegiatan studi banding ke lokasi-lokasi atau praktik rendah emisi di desa-desa pesisir yang sudah sukses mengimplementasikannya. Salah satu daerah yang sudah banyak berkembang kegiatan rendah emisi dalam pemenfaatan energi baik adalah Provinsi DI Yogyakarta. DI Yogyakarta khususnya wilayah pesisir selatan adalah daerah yang memiliki karakteristik khas yang dicirikan keberadaan ekosistem karst, pantai berpasir dan sumber air tawar yang terbatas. Kondisi demikian menuntut inovasi yang dapat menyediakan pasokan /sumber energi alternative dan inovasi teknologi untuk mendayagunakan lahan  yang ada, sehingga menciptakan produktifitas baru berbasis inovasi yang kemudian menjadi jembatan mengatasi masalah masyarakat. Dengan ini, masyarakat dapat tetap beraktifitas bahkan semakin produktif.


Kunjungan pembelajaran yang berlangsung mulai tanggal 26 – 28 Mei berlokasi di Pesisir Selatan Provinsi DI Yogyakarta dimana sebagian besar difokuskan di satu kawasan Desa Mandiri Energi yaitu Kawasan Pantai Baru, Ngentak Desa Poncosari Kabupaten Bantul sebagai kawasan pengembangan terpadu. Kegiatan yang diikuti oleh perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat Provinsi dan kabupaten lokasi program di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Koordinator Provinsi dan Kabupaten Blue Carbon Consortium (BCC) serta mahasiswa program pascasarjana IPB program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan baik Program Doktoral maupun Magister. Keterlibatan mahasiswa ini sekaligus sebagai bentuk partisipasi terhadap pendidikan tinggi.  Kegiatan hari pertama diawali dengan kunjungan ke Workshop Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Bayu Baru Pantai Baru Pandansimo, diterima oleh Bapak Chriswanto selaku pengelola PLTH. Dalam sambutan dan pengantarnya beliau menyampaikan mulai dari sejarah sampai pada operasional PLTH sehari-hari. PLTH ini merupakan realisasi dari Sistem Informasi Desa (SIDa) yang diprakarsai Kementerian Riset dan Teknologi. Berbagai aktor pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat luas dilibatkan dalam meuwujudkan PLTH yang ramah lingkungan . Secara geografis, pesisir pantai selatan Yogyakarta merupakan lahan terbuka yang luas, matahari yang bersinar sepanjang hari dan kecepatan angin rata-rata dengan intensitas 4m/s (LAPAN).


Kondisi tersebut menjadikan satu criteria pemilihan lokasi pengembangan energy hybrid di Pantai Baru Pandansimo, Dusun Ngentak Poncosari Srandakan Bantul dengan luas kurang lebih 18 ha. Lokasi ini didukung oleh kondisi alam yang terbuka dan disebelah selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Kondisi ini sangat baik dijadikan tempat pembangkit Listrik Energi Hibrid degan menggabungkan energi angin dan matahari melalui turbin angin putaran rendah dan panel surya. Listrik yang dihasilkan, listriknya masuk ke dalam ruang integrasi kemudian melalui system controller dan masuk ke baterai kemudian diubah oleh inverter dari bentuk DC menjadi AC, kemudian listrik yang dihasilkan oleh inverter 15 KW digunakan untuk menghasilkan es balok. 10 KW digunakan untuk listrik penerangan.
Kincir angin dan panel surya saling mendukung dalam memasok energi listrik. Jika panas terik dan kecepatan angin rendah, maka panel surya yang bertugas menyuplai energy listrik dan kemudian menyimpannya dalam baterai/accu. Begitu halnya jika cuaca hujan dan kecepatan angginya kencang, maka kincir angin yang akan mengambil alih sebagai penyuplai energy.

Energi listrik yang dihasilkan dari PLTH diharapkan bisa mendukung sector perikanan/nelayan, pertanian dan sektor pariwisata yang saat ini sedang dikembangkan di Pantai Baru Pandansimo. Energi Hybrid membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di bidang perikanan air tawar dan pertanian yang didukung oleh system sumur irigasi sumur renteng melalui pipa yang ditanam dibawah tanah, diharapkan mampu menaikkan air pada musim kemarau atau pada saat debit sungai rendah. Energi listrik ini juga difungsikan untuk menghasilkan es balok dan es Kristal guna mencukupi kebutuhan nelayan untuk pengawetan ikan dan warung kuliner.

Pemanfaatan PLTH paling banyak digunakan untuk penerangan yang dimanfaatkan oleh 80 usaha warung kuliner  di Pantai Baru Pandansimo. Setiap warung diberi listrik 1 ampere atau sekitar 220 watt yang digunakan selain penerangan juga untuk peralatan elektronik seperti kulkas dan rice cooker serta dispenser, setiap bulannya setiap warung diwajibkan menyetor iuran sebesar Rp. 4.000, iuran ini digunakan untuk biaya perbaikan/pemeliharaan instalasi listrik yang sering kali terjadi karena korosi yang tinggi di daerah ini. Selain untuk penerangan, juga digunakan untuk pengangkatan air bersih dengan menggunakan Sistem Pompa Air Tenaga Matahari (Panel Surya). Air tersebut digunakan untuk mengairi pertanian lahan pasir dan kolam ikan budidaya ikan air tawar di sekitar lokasi PLTH. Selain PLTH Kincir Angin dan Panel Surya di Kawasan Wisata Pantai Baru juga terdapat pengolahan biogas dari kotoran sapi yang berfungsi sebagai bahan bakar alternative selain LPG yang pemanfaatannya juga oleh usaha warung kuliner di sekitar Pantai Baru Pandansimo. Kotoran sapi digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas, ampas dari biogas menghasilkan limbah cair dan padat yang dimanfaatkan dan saat ini sudah dijual sebagai pupuk organic. Untuk melihat secara langsung proses pengoperasian PLTH Bayu Baru Peserta diajak ke bengkel dan workshop yang berfungsi sebagai :

  1. Fasilitas penunjang untuk perbaikan komponen-komponen system PLTH
  2. Sarana transfer ilmu mengenai EPT kepada masyarakat
  3. Wadah bagi kalangan akademisi untuk melakukan kerja praktik/penelitian
  4. Tempat pelatihan cara perawatan dan instalasi PLTH.

Setelah mengunjungi PLTH, peserta diajak untuk berdiskusi dengan ketua kelompok masyarakat pengelola wisata pantai bahari Pandansimo dimana lokasi ini juga menjadi salah satu penerima manfaat dari listrik yang dihasilkan oleh PLTH Bayu Baru, diawal lokasi wisata ini pada tahun 1990 digunakan sebagai wisata spiritual, banyak dikunjungi setiap malam selasa kliwon, jumat kliwon, dan 1 suro (1 Muharram) juga pada hari libur. Akan tetapi lokasi wisata ini tidak dikelola dengan baik, berangsur-angsur pengunjung mulai berkurang, selain itu banyak muncul gubuk reog dan liar dan yang lebih menyedihkan lokasi ini dijadikan sebagai tempat prostitusi dan puncaknya paska gempa bumi Bantul dan Tsunami Pangandaran pada tahun 2010 lalu. Menyadari bahwa Pantai Pandansimo tidak lagi menjanjikan sebagai lahan potensial untuk dikembangkan,masyarakat melakukan penataan kawasan baru dan terpisah dengan Pandansimo, penataan ini meliputi : infrastruktur jalan, tempat parkir, tempat pelelangan ikan, tempat ibadah serta tempat usaha termasuk pembukaan warung-warung kuliner dan dengan nama Pantai Baru Pandansimo. Wisata bahari ini dikemas sebagai wisata terpadu yang memadukan wisata pantai yang teduh dengan mempertahankan vegetasi tanaman seperti pinus dan kelapa, kemudian wisata kuliner, edukasi dan agrowisata. Untuk promosi pemasaran, masyarakat juga melakukan berbagai cara diantaranya melalui media cetak, elektronik, interaktif di radio, melalui kesenian lokal, pentas seni, pelepasan tukik. Seiring berjalannya waktu, kini lokasi ini mulai dilirik wisatawan baik domestic maupun internasional. Lokasi wisata yang dikelola secara mandiri dan swadaya oleh masyakarakat kini dapat membuka lapangan kerja baru bagi 350 orang, berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ke depan, sementara dalam proses persiapan pengelolaan sampah yang dihasilkan oleh pengunjung dan rumah makan sehingga zero waste, masih membutuhkan dukungan dan kerjasama semua pihak.

Feedback
Share This: