KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN PEMBANGUNAN PESISIR RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Anda di sini

Depan / KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN PEMBANGUNAN PESISIR RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

KNOWLEDGE ACQUIRING KEGIATAN PEMBANGUNAN PESISIR RENDAH EMISI KE D.I YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

Kunjungan pembelajaran ke lokasi yang telah menerapkan pengelolaan pembangunan kawasan pesisir dan laut rendah emisi berlangsung mulai tanggal 26-28 Mei berlokasi di Pesisir Selatan Provinsi D.I.Yogyakarta dimana sebagian besar difokuskan di satu kawasan Desa Mandiri Energi yaitu Kawasan Pantai Baru, Ngentak Desa Poncosari Kabupaten Bantul sebagai kawasan pengembangan terpadu. Kegiatan yang diikuti oleh perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat Provinsi dan kabupaten lokasi program di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Koordinator Provinsi dan Kabupaten Blue Carbon Consortium (BCC) serta mahasiswa program pascasarjana IPB program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan baik Program Doktoral maupun Magister. Keterlibatan mahasiswa ini sekaligus sebagai bentuk partisipasi terhadap pendidikan tinggi. Kegiatan hari pertama diawali dengan kunjungan ke Workshop Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH) Bayu Baru Pantai Baru Pandansimo, diterima oleh Bapak Chriswanto selaku pengelola PLTH. Dalam sambutan dan pengantarnya beliau menyampaikan mulai dari sejarah sampai pada operasional PLTH sehari-hari. PLTH ini merupakan realisasi dari Sistem Informasi Desa (SIDa) yang diprakarsai Kementerian Riset dan Teknologi. Berbagai aktor pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat luas dilibatkan dalam meuwujudkan PLTH yang ramah lingkungan .

Secara geografis, pesisir pantai selatan Yogyakarta merupakan lahan terbuka yang luas, matahari yang bersinar sepanjang hari dan kecepatan angin rata-rata dengan intensitas 4m/s (LAPAN). Kunjungan ke pusat pelatihan Pembangkin Listrik Tenaga Hibrid bantul, sebagai upaya untuk memberikan gambaran ke para peserta terkait potensi SDA yang biasa di manfaatkan sebagai sumber energy alternative yang bisa dikembangkan di wilayah masing-masing. Model yang dapat di kembangkan berupa pembagkit listrik tenaga angin dan tenaga solar (surya). Model yang di kembangkan di PLTH bantul merupakan dukungan pemerintah sebagai tempat pengembangan energy alternative yang bisa di kembangkan sebagai tempat belajar para pihak yang tertarik dalam pengembangan PLTH. PLTH Pantai Baru Pandansimo merupakan realisasi dari Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang diprakarsai Kementerian Riset dan Teknologi. Berbagai aktor pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat luas dilibatkan dalam mewujudkan PLTH yang ramah lingkungan. Kondisi tersebut menjadikan satu kriteria pemilihan lokasi pengembangan Energi Hibrid di pantai Baru Pandansimo, Dusun Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul dengan luas ±18 ha. Lokasi ini didukung oleh kondisi alam yang terbuka dan di sebelah selatan yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Kondisi ini cukup layak dijadikan tempat Pembangkit Listrik Energi Hibrid dengan turbin angin putaran rendah dan panel surya. Energi listrik yang dihasilkan dari PLTH diharapkan bisa mendukung sektor perikanan,pertanian,dan sektor pariwisata yang saat ini sedang dikembangkan di pantai Baru Pandansimo. Pemanfaatan PLTH selain penerangan juga digunakan untuk pengangkatan air bersih dengan menggunakan Sistem Pompa Air Tenaga Matahari (panel surya). Air tersebut berfungsi sebagai pengairan di pertanian lahan pasir dan kolam budidaya  ikan air tawar disekitar lokasi PLTH.

Selain PLTH Kincir Angin & Panel Surya di kawasan wisata Pantai Baru juga terdapat BIOGAS dari kotoran sapi yang berfungsi sebagai pengganti gas LPG. Hasil BIOGAS digunakan  oleh sebagian pemilik warung kuliner untuk memasak, merebus air dan lain sebagainya. Lokasi BIOGAS terletak di area kandang kelompok ternak sapi Pandan Mulyo yang terdiri dari 110 kandang sapi dengan jumlah ternak 150 ekor sapi. Kotoran sapi digunakan sebagai bahan dasar pembuatan BIOGAS, proses pembuatan gas menghasilkan limbah cair dan padat yang dimanfaat sebagai pupuk organik.

Untuk lebih memahami dalam konteks implementasi konsep LEDS di wilayah pesisir, Blue Carbon Consortium sebagai penerima hibah Aktivitas Pengetahuan Hijau – Proyek Kemakuran Hijau MCA – Indonesia melaksanakan program Pengelolaan Pengetahuan mengenai Tata Kelola Wilayah Pesisir Rendah Emisi di Nusa Tenggara Barat dan Timur yang berfokus pada penguatan perencanaan pembangunan rendah emisi di wilayah pesisir serta penyebarluasan pengetahuan pengelolaan sumberdaya pesisir yang rendah emisi dan berkelanjutan. Salah satu tahapan dalam knowledge management (KM) adalah pengumpulan informasi dan contoh baik sebagai bentuk knowledge acquiring, dimana dibutuhkan contoh-contoh praktik kegiatan rendah emisi di desa-desa pesisir yang sudah dikembangkan di wilayah pesisir dan terbukti dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, hal ini perlu di ketahui dan ditunjukkan kepada policy maker, saintist dan implementing agency. Contoh ini penting agar implementasi kegiatan dapat lebih maksimal karena sudah ada contoh (success story), agar diketahui oleh pemerintah daerah agar pemerintah daerah memiliki cara pandang optmistik dan bersemangat untuk mengimplementasikan cara-cara rendah emisi. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu kegiatan studi banding ke lokasi-lokasi atau praktik rendah emisi di desa-desa pesisir yang sudah sukses mengimplementasikannya.

Salah satu daerah yang sudah banyak berkembang kegiatan rendah emisi dalam pemenfaatan energi baik adalah Provinsi DI Yogyakarta. DI Yogyakarta khususnya wilayah pesisir selatan adalah daerah yang memiliki karakteristik khas yang dicirikan keberadaan ekosistem karst, pantai berpasir dan sumber air tawar yang terbatas. Kondisi demikian menuntut inovasi yang dapat menyediakan pasokan /sumber energi alternative dan inovasi teknologi untuk mendayagunakan lahan  yang ada, sehingga menciptakan produktifitas baru berbasis inovasi yang kemudian menjadi jembatan mengatasi masalah masyarakat. Dengan ini, masyarakat dapat tetap beraktifitas bahkan semakin produktif.

Salah satu lokasi yang dikunjungi yaitu tambak budidaya udang di Trisik Kab. Kulonprogo, Kondisi lokasi tambak masyarakat di Kulonprogo berupa tanah berpasir, yang sangat jarang sekali kita lihat di wilayah NTB khusunya. Sehingga  kontruksi bangunan tambakpun harus menggunkanan teknis khusus yang mampu menampung air dan tahan terhadap kondisi pantai selatan yang terkenal dengan ombaknya yang kencang. Dari Aspek Teknologi dan Produksi Tambak Udang Vanamaei di Yogyakarta, Jenis komoditas yang dikembangkan pada tambak di Yogyakarta adalah udang vannamei  (Litopenaeus vannamei). Hasil pembelajaran terkait dengan aspek produksi dan teknologi udang vannamei dijabarkan sebagai berikut:

  1. Pada lahan berpasir dapat dikembangkan tambak udang jenis vannamei
  2. Teknologi yang digunakan relatif sederhana
  3. Sumber air baku tambak di ambil dari sumur dekat pantai dengan kisaran salinitas 15 ppt; DO 7,6 ppm; DO dasar 5,9 ppm; PH 6,5; suhu 31,8 C
  4. Prinsip dasar pengembanganan tambak di lahan berpasir adalah mencegah merembesnya air kolam dengan memberikan lapisan plastik
  5. Layout kolam belum tersusun rapi dan masih berantakan (tanpa penataan yang baik)
  6. Perkembangan tambak cenderung liar dan tanpa terkendali (resiku terhadap keberlanjutan dan kelestarian)
  7. Studi kasus ada yang berhasil, tapi tidak kalah banyak juga yang gagal

Dari hasil kegiatan di Lokasi kunjungan Yogyakarta dan Jawa Tengah prospek pengembangan untuk daerah lain (di NTB dan NTT) yang terkait dengan aspek produksi dan teknologi tambak udang vannamei yaitu selama ini tambak dikembangkan pada mangrove, dengan adanya teknologi ini maka lahan berpasir, bahkan berbatupun dapat dikembangkan tambak untuk budidaya udang, NTT dan NTB memiliki potensi pantai dengan tipe berpasir yang cukup besar, sehingga potensial untuk pengembangan teknologi ini, NTT dan NTB memiliki kondisi perairan yang relatif masih baik dibandingkan di jawa (kurang pencemaran), perlu penataaan kawasan dari awal serta edukasi mayarakat sehingga dapat dihidari konflik dan kegiatan budidaya dapat lestari dan berkelanjutan, perlu dikembangkan rantai logistik dan rantai pemasaran

Sumber: http://bluecarbonconsortium.org/meningkatkan-pengetahuan-dan-keahlian-ap...

Feedback
Share This: