Blue Carbon Consortium sosialisasikan rendah emisi ke masyarakat pesisir

Anda di sini

Depan / Blue Carbon Consortium sosialisasikan rendah emisi ke masyarakat pesisir

Blue Carbon Consortium sosialisasikan rendah emisi ke masyarakat pesisir

BCC sosialisasikan rendah emisi ke masyarakat pesisir
Jumat, 26 Februari 2016 19:30 WIB
Pewarta: Darwin Fatir

Tambolaka, NTT (ANTARA Sulsel) - Lembaga Blue Carbon Consortium (BCC) kembali mensosialisasikan pengelolaan pengetahuan tata kelola sumber daya pesisir rendah emisi di Desa Pero Konda dan Wainyapu, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.

"Tujuannya untik meningatkan pengelolaan pengetahuan dan praktik cerdas dalam mendukung integrasi strategis pembangunan rendah emisi dalam praktek tata kelola sumber daya pesisir," kata Capacity Building & Awareness Manager BCC Warintoko di Tambolaka, NTT.

Menurut dia proyek yang akan berjalan dua tahun ini akan membantu Pemerintah Daerah dalam menjawab tantangan pada manajemen pengetahuan khususnya di NTT terutama isu pembangunan rendah emisi serta memberikan kontribusi para proyek pengetahuan hijau.

Meski riset ini terbilang baru dan belum populer, namun penggunaan lahan dan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) rendah emisi di NTT harus dilakukan mengingat akan berdampak pada lingkungan nantinya.

Berdasarkan output pengembangan Kajian Lingkungan Hidup Stategis-Strategis Pembangunan Rendah Emisi (KLHS-SPRE) untuk perencanaan dan pengembangan tata ruang pesisir target di Lombok dan Sumba.

KLHS-SPRE, lanjutnya, akan menjadi produk utama dari pengelolaan pengetahuan menjadi model bagi kabupaten target dalam mengembangkan rencana tata ruang pesisir.

Selain itu akan dinilai apakah pengembangan rencana tata ruang pesisir berdampak terhadap SDA pesisir yang ada dan skenario optimal perencanaan tata ruang yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca bagi masa depan.

"Produk kunci pengetahuan akan didasarkan pada pengetahuan seperti potensi blue karbon di ekosistem pesisir seperti tanaman mangrove, lamun, rumput laut termasuk pembuatan garam yang dimasak yang menghasilkan karbon, yang seharusnya mengunakan panas matahari," katanya.

Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, dimana menurut hukum dan peraturan desa memiliki kewenangan lebih besar dalam pembangunan desa termasuk pengelolaan SDA.

Sementara output lainnya membuat Demonstrasi Plot (Demplot) dengan menggunakan berbagai pengetahuan pengelolaan dan penggunaan SDA pesisir rendah emisi untuk dikelola kelompok masyarakat desa atau lembaga lokal.

Demplot akan mencakup praktik perikanan berkelanjutan dan pengelolaan pesisir rendah emisi seperti budidaya rumput laut, perlidungan serta rehabilitasi terumbu karang, spesifikasi hidup udang, hutan mangrove, ekowisata dan memperkuat kearifal lokalnya.

"Saat ini belum dilakukan aksi, namun masih sebaagai sosialisasi. Dalam waktu dekat kita melakukan aksi dan hasilnya tentu tidak langsung mengingat mengubah karakter masyarakat sumba perlu waktu dan perlahan-lahan," tuturnya.

Untuk sasaran transfer pengetahuan di Kabupaten Sumba Barat Daya ada sesuai skoring dan rekomendasi pemda yakni Desa Pero Konda merupakan penghasil terbesar hasil laut seperti cumi-cumi dan Desa Wainyapu punya situs budaya, serta potensi geo fisik dan hasil rumput laut yang sangat baik.

Kepala Desa Wainyapu Yulius Wai Nigha mengatakan sosialisasi tersebut sangat baik dan memang saatnya masyarakat mesti mendapat pengetahuan tentang bagaimana mengelola SDA baik di perkebunan maupun di pesisir.

"Banyak sekali potensi yang bisa dikembangkan disini, tetapi karena pengetahuan terbatas maka tidak akan berkembang. Dengan adanya sosialisasi dari BCC serta dilakukannya pelatihan nanti maka potensi laut salah satu rumput laut di Wainyapu akan berhasil," papar dia.

Blue Carbon Consortium adalah penerima hibah dalam proyek tersebut. Konsorsium ini adalah wadah kerjasama antara Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian (PKSPL IPB).

Kemudian menggandeng Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) serta Training and Facilitation for Natural Resources Management (TRANSFORM).

Dalam Aktivitas Pengetahuan Hijau, Blue Carbon Consortium akan melaksanakan analisis lingkungan strategis untuk strategi pembangunan rendah emisi, khususnya dalam hal perencanaan dan praktik pembangunan kawasan pesisir.

Sumber : http://www.antarasulsel.com/berita/72399/bcc-sosialisasikan-rendah-emisi...

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.