Anak Kapuas Peduli Gambut
Pagi itu ada yang berbeda di SD Negeri 4 Selat Hilir. Dua kelas yang biasanya ditempati belajar oleh anak-anak kelas tiga disulap menjadi aula. Lantainya terbuat dari papan kayu. Anak-anak wajib melepas sepatu saat akan masuk ke dalam. Bangunannya agak lebih tinggi di atas tanah karena didirikan di atas lahan gambut. Saat sore hari, angin berhembus membawa bau khas pohon karet. Beruntung saat pagi hari bau khas karet belum tercium sehingga anak-anak bisa belajar dengan tenang.
Sejak jam tujuh pagi, datang dua sampai empat anak beriringan bersama guru atau kepala sekolah ke SD Negeri 4 Selat Hilir. Ada delapan puluh enam siswa yang datang dari tiga puluh lima sekolah se-Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Latar belakang mereka pun beragam, mulai dari kelas tiga hingga kelas lima. Mulai dari yang melewati daratan sampai yang harus menyeberangi sungai untuk mencapai tujuan. Bukan hanya para siswanya saja yang ramai berdatangan, namun juga para guru yang mewakili tiap sekolah.
"Siapa anak pintar?”
“Aku"
“Siapa peduli lingkungan?”
“Aku”
"Siapa aku?"
"Aku anak pintar peduli lingkungan"
Anak-anak bersorak mengikuti yel-yel yang dipandu Kak Nia, host acara pagi itu. Yel-yel itu mengawali semangat anak-anak mengikuti kegiatan Pemutaran Video Animasi dan Sosialisasi Buku Komik “Mengenal Ekosistem Gambut” yang diselenggarakan oleh Yayasan BaKTI tanggal 20 April 2017. Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki lahan gambut yang cukup luas, mencakup 3,472 Juta Ha atau sekitar 21,98% dari total wilayah Kalimantan Tengah. Masih teringat jelas beberapa tahun lalu saat terjadi kebakaran lahan gambut di Indonesia. Kapuas pun tak luput dari kebakaran dan kabut asap. Banyak warga yang kehilangan kebun mereka karena kebakaran. Namun bukan berarti lahan gambut berbahaya. Ada manfaat yang bisa diperoleh dari lahan gambut, khususnya untuk pertanian dan perikanan. Lahan gambut dapat ditanami pohon karet dan nanas. Sungainya dapat menjadi tempat penangkaran dan budidaya ikan, udang serta kepiting. Pengetahuan inilah yang ingin Yayasan BaKTI sebarluaskan terutama kepada anak-anak sekolah yang tinggal di daerah gambut. Pendidikan sedini mungkin dapat membantu anak-anak membentuk pola pikir atau pola tindak mereka. BaKTI sengaja memilih video dan komik sebagai media untuk berbagi pengetahuan karena dua media tersebut merupakan media yang menarik untuk anak-anak sehingga mereka akan lebih mudah mencerna dan mengingat, seperti yang dikatakan oleh Ricky Djojobo dari Yayasan BaKTI saat memberi kata pengantar.
Nyoman Sariade selaku Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas kemudian memberikan sambutan sekaligus membuka acara pagi itu. Beliau memberi pesan kepada para siswa agar lebih mengenal gambut lewat kegiatan ini. Beliau berharap semoga apa yang disampaikan nanti dapat bermanfaat bagi anak-anak didik, dapat menjadi pelajaran dan motivasi serta perjuangan apa yang sebenarnya dimaksud dengan gambut. Setelah membuka acara, Nyoman Saride secara simbolis menerima komik dari Yayasan BaKTI untuk diserahkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas yang nantinya akan meneruskan komik ini ke seluruh sekolah dasar yang ada di Kabupaten Kapuas.
Video animasi “Mari Mengenal Ekosistem Gambut” yang berdurasi tujuh menit mencuri perhatian para siswa. Mereka menyimak dengan baik setiap informasi yang disampaikan dalam video tersebut. Setali tiga uang dengan video animasi, anak-anak pun terlihat antusias saat mendapatkan komik “Mari Mengenal Ekosistem Gambut”. Mereka segera membuka dan membaca komik tersebut. Saat Kak Nia melemparkan pertanyaan untuk kuis berhadiah seputar komik yang baru saja mereka baca, anak-anak terlihat bersemangat ingin menjawab. Bahkan salah seorang siswa, Muhammad Dwi Reksa dari SD Negeri 4 Selat Tengah, dengan gagah berani maju ke depan kelas menceritakan ulang isi komik dengan tutur bahasa yang baik.
Suasana semakin meriah saat Kak Awam membawakan dongeng tentang lingkungan. Anak-anak menikmatinya dengan riang gembira. Tawa mereka begitu lepas mendengarkan cerita tentang Pak Toha, seorang bapak yang memiliki kebun di lahan gambut. Dari dongeng ini mereka belajar tentang akibat dari perluasan lahan dengan menebang hutan gambut.
Ada perasaan senang yang disampaikan oleh Gunawan, seorang pengawas sekolah dasar, saat kegiatan berakhir. Baginya kegiatan ini sangatlah berguna untuk anak-anak dan juga para guru. Mereka menemukan sesuatu yang baru bahwa belajar juga bisa menggunakan media lain seperti video dan komik. Senada dengan Gunawan, Nyoman Saride juga mengaku senang dan merasa video animasi tersebut cocok dengan pelajaran muatan lokal mereka. Berinovasi dan berkreasi di dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Dengan inovasi dan kreasi yang diciptakan oleh Yayasan BaKTI diharapkan mampu membentuk anak-anak untuk tidak hanya pintar, namun juga peduli dengan lingkungan.