Memperkuat Ekonomi Rakyat Melalui Pemberdayaan Perempuan
Tim monev dari MCC (Millenium Challenge Corporation) dan MCA Indonesia (Millenium Challenge Account Indonesia) melakukan kunjungan ke Lombok (7/2). Selama dua hari , mengunjungi lokasi Program WWF Indonesia dan Konsorsium pendukung Sistem Hutan Kerakyatan (KpSHK) mendapatkan jatah untuk dikunjungi di hari pertama. Hari kedua, tim mengunjungi Koperasi Serba Usaha Karya Terpadu yang berlokasi di Kabupaten Lombok Utara, salah satu penerima hibah pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat di bidang pemberdayaan ekonomi kelompok perempuan. Kami langsung membayangkan saat berkunjung nanti akan bertemu dengan perempuan-perempuan tangguh di kaki Rinjani yang terus bekerja untuk menopang kehidupan keluarganya.
Hari itu pun tiba, angin bertiup cukup kencang membawa hawa dingin dipagi yang masih basah dengan guyuran hujan semalam. Namun tidak sedikitpun menyurutkan semangat tim monev dari MCC yang diwakili oleh Lisa Fillingame dan didampingi oleh Bapak Arief Noviar Sugito dari MCA Indonesia, nyatanya tepat pukul sembilan pagi mereka sudah berangkat menuju Kantor Project PEKA SINERGI sebelum menuju Lombok Utara. PEKA SINERGI (Pelatihan dan Sertifikasi Profesi Teknologi Energi Terbarukan) merupakan salah satu program yang juga mendapatkan pendanaan dari MCA Indonesia dalam koridor GK (Green Knowledge). Tujuan dari proyek tersebut adalah berkontribusi dalam pengembangan keterampilan tenaga ahli lokal di bidang teknologi energi terbarukan. Proyek ini akan membangun sistem pelatihan dan sertifikasi berbasis kompetensi dalam teknologi energi terbarukan, termasuk menetapkan standar kompetensi dalam TET atau Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dengan persetujuan Kementerian Tenaga Kerja.
Lima belas menit kemudian tim sudah tiba di kantor yang terletak di Jalan Majapahit, kompleks Universitas Mataram. Disana, telah menunggu Nathan Hart selaku Project Manager dan perwakilan beberapa Dosen yang juga terlibat dalam proyek tersebut. proyek PEKA SINERGI ini merupakan kerjasama antara PT Karya Mandiri Utama (KM Utama) dengan Universitas Mataram dan TEDC (Technical Education Development Centre) Bandung yang tergabung dalam satu konsorsium. Diskusi berlangsung sangat rileks, tim monev mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan terkait dengan progres proyek yang melibatkan 12 SMK di Pulau Lombok sebagai sekolah sampel ini.
Setelah dua jam berdiskusi tim bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Lombok Utara. Pukul 13.30 WITA, tim tiba di sekretariat KSU Karya terpadu yang terletak di Desa Sokong. Sambil menunggu, kami menikmati makanan ringan yang disajikan yang semuanya merupakan hasil produk olahan kelompok perempuan dampingan KSU. Diskusi pun dimulai dengan dibuka oleh Pak Syamsul Muhyin selaku Manager Program dan memperkenalkan masing-masing personil dalam program tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh KSU Karya Terpadu ini merupakan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan melalui Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian, Pengembangan Kebun Pangan dan Penguatan Kelembagaan Usaha dan Koperasi Perempuan. Pemberdayaan Kelompok Usaha Perempuan (KUP) ini dilakukan kepada 12 kelompok perempuan yang tersebar di 8 desa yang ada Kabupaten Lombok Utara. Pengembangan usaha berdasarkan potensi produk yang dihasilkan oleh dusun mereka. Seperti Kelapa yang diolah menjadi Nata de Coco, Gula merah yang dihasilkan dari air Nira, kopi, Kacang Sangrai dan berbagai produk olahan Pisang. Keduabelas kelompok ini juga selanjutnya mendapatkan pelatihan bagaimana pemanfaatan lahan yang dimiliki untuk pengembangan kebun pangan yang tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga saja, melainkan juga sebagai sumber pendapatan alternatif bagi kelompok perempuan.
Tidak semua KUP dampingan tersebut baru dibentuk, beberapa diantaranya sudah ada namun sangat membtuhkan pendampingan dari segi peningkatan kualitas produk, pengemasan, hingga pada pemasaran. Selain itu, mereka juga mendapatkan pendampingan dalam manajemen kelompok. Harapannya, kelompok-kelompok usaha perempuan ini akan terus tumbuh dan menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi masyarakat sehingga untuk dapat menjaga dan memelihara kelompok tersebut diperlukan dukungan dari pemerintah baik desa maupun daerah. Sejauh ini semua KUP dampingan telah diperkuat dengan diterbitkannya Surat Keputusan Desa tentang pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilengkapai dengan Surat Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Desa dengan KSU Karya Terpadu. Isinya selain tentang pendampingan yang diberikan. Poin yang terpenting adalah adanya komitmen pemerintah desa untuk mengalokasikan dana desa dalam pendampingan kelompok usaha perempuan. Kedua bentuk komitmen tersebut menjadi dasar Pak Muhyin bersama tim untuk melakukan advokasi ketataran yang lebih tinggi di pemerintahan agar KUP ini mendaptkan dukungan. Hasilnya, keduabelas KUP dampingan beserta beberapa KUP lainnya akan mendapatkan pembinaan dari pemerintah kabupaten Lombok Utara melalui program kewirausahaan baru. Tentu, dukungan dari pemerintah desa dan daerah menjadi penting untuk menjaga keberlanjutan program terlebih ketika program pendampingan dari MCA Indonesia berakhir.
Meskipun program ini masih termasuk dalam kerangka besar komitmen MCA Indonesia untuk mendukung peningkatan kesejahteraan serta pembangunan rendah karbon, namun program yang dilaksanakan oleh KSU Karya Terpadu tidak sampai pada tataran berapa besar penurunan karbon sebagai dampak dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh kelompok usaha perempuan. Melainkan lebih kepada bagaimana kelompok perempuan tersebut mampu mengolah dengan baik hasil pertanian yang mereka miliki melalui praktik pertanian non kimia sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan keluarga. Setelah berbagai informasi tentang program dirasa cukup, tim bersiap untuk melakukan kunjungan lapang. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Dusun Kencong Desa Sokong.
KUP di dusun tersebut melakukan pengolahan kacang tanah menjadi kacang kulit sangrai yang dikemas dengan sederhana dan dipasarkan di warung-warung sekitar kampung. Kedepan, kelompok ini akan terus didampingi untuk mampu menghasilkan kacang sangrai yang berkulitas dan memiliki varian rasa serta dikemas dengan menarik yang dilengkapi dengan ijin produksi. Sementara pendampingan tersebut berjalan, anggota KUP juga mendapatkan pelatihan pembuatan pupuk organik berbahan sampah organik limbah dapur. Sampah tersebut difermentasi dalam satu wadah dengan menggunakan Mikro Organisme Lokal (MOL) untuk mempercepat proses. MOL yang dipergunakan oleh kelompok juga berbahan lokal, bisa dari bongkol pisang atau sisa buah-buahan yang dicampur dengan air gula dan air beras. Setelah dilakukan permentasi MOL tersebut dapat diaplikan pada sampah yang akan dikelola. Hasilnya berupa cairan yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan yang berbentuk padatan dapat dipergunakan sebagai pupuk atau sebagai media tanam.
Dengan meminjam lahan pekarangan Masjid di kampungnya, Ibu-ibu anggota KUP di dusun Kencong mencoba untuk mengalikasikan pelatihan yang telah diberikan. Dengan swadaya sendiri mereka membeli polibag dan bibit lalu menatanya di pekarangan Masjid. Secara bergiliran mereka menyiram dan merawat tanaman tersebut. saat kami berkunjung, tanaman sayuran tersebut sudah tumbuh dengan subur dan siap untuk panen. Tanpa di komando, Lisa pun mencoba untuk memanen sayuran. meski terlihat kaku tapi Lisa berhasil pada percobaan yang kedua, ekspresi puas terlihat pada wajah gadis fresh graduate tersebut. ibu-ibu yang lain pun ikut memanen, hasil penjualannya akan menjadi dana kas kelompok.
Pak Ripsah, Kepala Desa Sokong sangat mengapresiasi program yang dilakukan oleh KSU Karya Terpadu, melalui pelatihan dan pengembangan kebun pangan. Kini sampah dapur dapat dikelola dengan baik sebagai pupuk dan media tanam. Selain itu, adanya kesepakatan pinjam lahan pekarangan Masjid sebagai lokasi praktik penanaman sayuran dengan teknik polibag selain menambah keindahan Masjid, Ibu-ibu tersebut juga setiap hari Jumat melakukan bersih-bersih Masjid sekaligus menggelar Sajadah untuk Sholat Jumat. Tentu dengan meningkatnya peran serta perempuan dalam kegiatan keagamaan ini akan membantu meringankan pekerjaan pengurus Masjid yang saat ini tengah melakukan renovasi.
Awan tebal mulai menggelayut di langit, kami harus bergegas untuk melanjutkan kunjungan ke kelompok berikutnya yaitu KUP Kertaraharja yang terletak di Gangga dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari Dusun Kencong. Sama seperti halnya KUP Kencong, KUP ini juga telah mendapatkan pelatihan Pembuatan Pupuk Organik dan Kebun Pagan Keluarga. Hal ini terlihat ketika kita memasuki gang menuju sekretariat kelompok. Botol-botol bekas minuman mineral diubah menjadi media tanam yang disusun dan digantung di teras-teras rumah yang telah berisi tanaman strawberry. Sayangnya, belum bisa panen seperti di Dusun Kencong. Memasuki gang sejauh 100 meter, kami tiba di sekretariat. Disana, sudah berkumpul ibu-ibu anggota KUP tengah sibuk menggoreng kopi dengan teknik sangrai dengan campuran media pasir. Menurut mereka teknik tersebut akan menambah citarasa. Selain itu, kopi bubuk yang dihasilkan oleh KUP ini memiliki beberapa varian rasa, diantaranya rasa original, durian, strawberry ri dan vanilla.
Dari sisi pemasaran, KUP ini telah mencari ciri khas mereka. Sebagai identitas mereka memberi nama pada produk mereka dengan nama Kopi Bambu karena kopi bubuk yang hasilkan tersebut akan dikemas dalam wadah yang terbuat dari Bambu yang telah diukir dan bertuliskan beragam motif khas Lombok Utara. Namun demikian, system ini belum meberikan kuntungan bagi KUP, justru keuntungan terbesar diperoleh Kelompok pengrajin bambu yang anggotanya di dominasi oleh kaum, pria. Bagaimana tidak, bambu yang mereka beli seharga Rp.15.000-20.000/ batang dipotong menjadi beberapa buah ( 20-25 potonga kecil) lalu ukir, selanjutnya dijual ke KUP degan harga RP.20.000 per wadah untuk ukuran kecil dan Rp.25.000 untuk ukuran yang lebih besar. Wadah-wadah tersebut lalu diisi dengan kopi bubuk secukupnya tanpa melalui proses penimbangan. Sehingga baik penjual maupun pembeli tidak mengetahui berapa volume kopi yang mereka jual. Yang menjadi patokan adalah dengan mengurangi biaya produksi dengan harga jual. Dimana untuk menghasilkan 1Kg kopi bubuk diperlukan biaya sebesar RP.50.000,setelah dikemas dalam wadah menghasilkan 10 wadah kecil yang seharga Rp.20.000. sehigga total biaya produksi Rp.250.000. lalu kopi yang sudah dikemas tersebut dijual denga harga Rp.25.000 per kemasan. Sehingga total pendapatan kotornya adalah 10xRp.25.000= Rp.250.000. jika dikurangi biaya produksi dan penjualan Kopi Bambu sama dengan Nol. Jelas, KUP tidak mendapatkan keuntungan dari usahanya tersebut. Pada KUP ini nantinya akan mendapatkan pendampingan untuk menghasilkan kopi yang hiegenis mulai dari penjemuran, roasted dan pengemasan yang dilengkapi dengan alat ukur yang jelas sehingga komposisi dan volume jual dapat diketahui.
Sembari mendengarkan cerita Ibu-ibu anggota KUP kami menikmati secangkir kopi yang mereka hasilkan. Waktu itu, kami disuguhkan Kopi original dan rasa durian. Aroma khas kopi Lombok jelas tercium ditambah dengan aroma kopi yang sedang disangrai, menambah hangatnya suasana yang sedikit gerimis. Hari semakin sore, awan hitam semakin tebal. Tim Monev memutuskan untuk segera kembali ke Mataram sebelum malam menjelang karena besok pagi masih ada lokasi yang harus dikunjungi yang membutuhkan stamina yang ekstra.
Kunjungan Tim Monev dan Tim KSU Karya Terpadu ke lokasi KUP hari ini telah menumbuhkan harapan dan semangat kepada perempuan-perempuan di Kaki Rinjani untuk terus meningkatkan keterampilan mereka mengolah hasil pertanian sebagai sumber pendapatan. Poin pentingnya adalah melalui program ini perempuan diberikan pengakuan serta didukung dalam setiap perannya dalam kehidupan sosial mereka yang selama ini terabaikan.