Kemendikbud Proyeksikan Berdirinya 100 SMK TET
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Mustaghfirin Amin mengatakan, pihaknya memproyeksikan berdirinya 100 SMK Teknik Energi Terbarukan (TET). Namun masih dipetakan antara suplai dan permintaannya khususnya kerja sama dengan dunia industri agar lulusan SMK TET segera mendapat pekerjaan.
"Saat ini baru terdapat sedikit SMK TET di seluruh Indonesia seperti di Papua dan di Lombok. Padahal industri energi terbarukan sangat memerlukan operator bagi pengoperasian pembangkit listrik tenaga surya maupun pembangkit listrik tenaga angin," katanya, Jumat, (3/2).
Mustaghfirin mengaytakan, lulusan SMK TET bisa bekerja menjadi teknisi di bidang energi terbarukan. Misalnya menjadi operator pembangkit listrik tenaga angin. Guna menyiapkan 100 SMK TET di berbagai daerah, terang Mustaghfirin, memerlukan sekitar 500 guru dengan dua kelas per sekolah.
"Jika siswa berjumlah 35 orang dengan dua kelas akan meluluskan 70 siswa dikali 100 menghasilkan 7.000 lulusan. Sehingga dalam 10 tahun dapat mencetak 70 ribu lulusan SMK TET," ujarnya.
Kurikulumnya SMK TET juga akan diselaraskan dengan sertifikasi yang dibutuhkan oleh industri di bidang energi. Standar Kompetensi Kerja Khusus (SKKK-TET) yang dikembangkan oleh Peka Sinergi sudah disahkan Kementerian Ketenagakerjaan pada 13 Desember 2016.
SMK TET telah teregistrasi di Kementerian Ketenagakerjaan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas No KEP 415/LATTAS/XII/2016 Tanggal 13 Desember 2016. "Untuk menyiapkan lulusan SMK TET yang bersertifikasi, guru diberi pelatihan dan disertifikasi oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK, BMTI)," kata Mustaghfirin.
Associate Director untuk Proyek Pengetahuan Hijau MCA-Indonesia, Poppy Ismalina mendukung upaya menghubungkan antara SMK TET dengan industri energi terbarukan guna mengatasi kesenjangan tenaga kerja di bidang TET. "Kami mendukung upaya ini bersama kementerian-kementerian yang membawahi ketenagakerjaan ESDM dan pendidikan ini. Kami ingin menjadikan program ini sebagai program nasional," ujar Poppy.
Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Teknik Industri (P4TK, BMTI) Marthen K Pattiung menambahkan, secara sistem pengembangan SMK TET dan sertifikasi para gurunya saat ini sudah lengkap. "Kami telah melatih 50 guru SMK TET pada 2015, melatih 90 guru SMK TET pada 2016."
Penyerapan lulusan SMK TET dalam pemenuhan tenaga kerja energi terbarukan memang diperlukan. Apalagi pemerintah sedang mengembangkan program pembangkit listrik 35 ribu MW dimana kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi ditarget 23% pada tahun 2025. Kementerian ESDM memperkirakan energi terbarukan di Indonesia akan membutuhkan 70 ribu tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan kompeten.
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/02/04/okti8v38...