100 SMK Energi Terbarukan Siap Dibangun
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mengembangkan sekolah kejuruan di Indonesia.
Kemendikbud berencana membangun sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan teknik energi terbarukan. Jurusan ini nantinya diproyeksikan untuk menghasilkan tenaga terampil di bidang energi terbarukan. Tenaga kerja di bidang ini diyakini akan sangat dibutuhkan di masa depan seiring kian menipisnya cadangan energi fosil di berbagai belahan dunia.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud M Mustaghfirin Amin mengatakan, 100 SMK bidang teknik energi terbarukan ini akan memiliki dua kelas dengan jumlah murid 35 orang per kelas. Kemendikbud juga akan menyiapkan 500 guru untuk 100 SMK jurusan baru ini. Dengan hadirnya 100 SMK bidang energi terbarukan, menurutnya, setiap tahun diperkirakan bakal menghasilkan 7.000 lulusan. Saat ini animo masyarakat terhadap SMK terbilang tinggi dengan meningkatnya minat lulusan SMP masuk ke SMK, yakni 300.000 orang setiap tahun.
”SMK dengan jurusan teknik energi terbarukan kita harapkan juga menjadi salah satu pilihan siswa dan kami siap menyinergikan,” katanya saat FGD Link and Match Keterampilan Kerja Teknologi Energi Terbarukan dalam rangka Program Pengembangan Pelatihan dan Sertifikasi Profesi Energi Terbarukan (Peka Sinergi) kemarin. Mustaghfirin menjelaskan, saat ini Kemendikbud melakukan kajian untuk menentukan lokasi pembangunan SMK tersebut.
Selain itu pihaknya terus menjajaki kerja sama dengan pihak ketiga yang bisa menampung lulusan SMK energi terbarukan. Kepala Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Mesin dan Tehnik Industri (PPPPTK BMTI) Kemendikbud Marthen K Pattiung mengatakan, sistem pengembangan SMK bidang teknologi energi terbarukan dan sertifikasi para guru telah disiapkan. Pada mulanya, menurut Marthen, 140 guru sudah dilatih sejak 2015.
Selain itu sejumlah asosiasi energi terbarukan juga sudah membentuk lembaga sertifikasi profesi (LSP) agar para guru ini bisa diuji dan diberi sertifikasi kompetensi. ”Saya harap LSP tidak komersial. Biaya sertifikasi harus mempertimbangkan aspek sosial yang meringankan demi kemajuan anak didik kita,” katanya. Sementara itu Associate Director Program Pengetahuan Hijau Millennium Challenge Account (MCA-Indonesia) Poppy Ismalina sangat mendukung penyiapan SMK tersebut.
Dia menjelaskan, program FGD yang didanai dari MCA mempertemukan semua pihak yang terkait dengan sistem pengembangan program keterampilan TET, termasuk para guru SMK, lulusan SMK, dan operator industri. Menurutnya, standar kompetensi kerja khusus TET yang dikembangkan Peka Sinergi telah disahkan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker). Saat ini Peka Sinergi telah merintis kerja sama dengan 12 SMK untuk melatih 155 guru bidang energi terbarukan untuk empat sumber energi, yakni tenaga surya, angin, hidro, dan biomasa.
”Program ini akan menghasilkan lebih dari 200 lulusan sebagai calon operator/teknisi energi terbarukan yang kompeten dan siap memasuki pasar kerja tehnik enrgi terbarukan,” katanya. Ke-12 SMK rintisan itu adalah SMKN 1 Lingsar, SMKN 2 Kuripan, SMKN 1 Kuripan yang terletak di Kabupaten Lombok Barat; SMKN Bayan, SMK Al-Bayan, SMKN 1 TanjungdiKabupatenLombokUtara; SMKN 1 Pringgabaya, SMKN 1 Sakra di Kabupaten Lombok Timur; SMKN 1 Kopang, SMKN 1 Batukliang Utara, dan SMKN 2 Praya Tengah di kabupaten Lombok Tengah; dan SMKN 3 di Kota Mataram.
Dia menjelaskan, pemerintah pun tengah menggenjot program 35,000 MW di mana kontribusienergi terbarukandalam bauran energi ditargetkan 23% pada tahun 2025.
Neneng zubaidah
Sumber: http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=2&date=2017-02-06