Memanfaatkan Potensi Energi Terbarukan untuk Masa Depan Negeri
“Kita hanya memiliki satu bumi dan tanpa kita sadari bumi yang cantik ini tersakiti dengan berbagai proses dan aktivitas peradaban. CO2 dan efek rumah kaca sebagian besar dihasilkan dari penggunaan energi fosil. Dengan itu, energi terbarukan menjadi hal yang wajib bagi masa depan umat manusia”, demikian Professor Shih Chen membuka kuliah umum yang dilaksanakan di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram pada tanggal 28 Januari 2016 yang dihadiri oleh Rektor Universitas Mataram, Dosen Teknik, Dosen Teknologi Pangan dan Agroindutri serta mahasiswa dari beberapa Fakultas di Universitas Mataram.
Menurut data yang dimiliki oleh Prof. Chen, selama sepuluh tahun terakhir konsumsi listrik di Indonesia meningkat hingga hampir 200 KWh. Dimana pada tahun 2005 sebanyak 509 KWh meningkat menjadi 700 KWh pada tahun 2015. Namun demikian masih sekitar seperlima dari seluruh jumlah penduduk Indonesia belum menggunakan listrik. Sayangnya, dari sekian Kilo watt listrik yang sudah digunakan di Indonesia sebagian besar (93%) berbahan bakar fosil, sehingga tidak mengherankan jika Indonesia saat ini berada pada peringkat ketiga penyumbang efek Gas Rumah Kaca (setelah Cina dan USA) terbesar di dunia.
Jika berbicara energi terbarukan, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk tenaga air kita memanfaatkan 6% dari potensi yang kita miliki sebesar 75670 MW, Mikro hidro dari sebanyak 4% dari potensi sebesar 500 MW, dan untuk angin 9180 MW potensi yang ada kita baru memanfaatkan sebesar 1% saja. Potensi besar lainnya belum dimanfaatkan adalah geothermal yang mencapai 27.510 MW dan hampir 40% potensi geothermal di dunia berada di Indonesia. Namun kita baru memanfaatkan sekitar 4% (1000 MW). Potensi biomassa dilihat cukup tersedia di Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama dari sampah sayur dan produk pertanian seperti jagung dan singkong yang dapat menghasilkan ethanol dan limbah baik limbah sampah rumah tangga dan kotoran hewan yang dapat menghasilkan gas methan. Tetapi sejauh ini kita baru memanfaatkan sebesar 1%.
Hasil karya Profesor Chen di NTB bukan hal yang baru karena pada tahun 2012 elemen yang diciptakannya dipergunakan untuk membuat PLTS yang di tempatkan di dua sekolah di Nusa Tenggara Barat yakni SDN 2 Bukit Jeringo Lombok Timur dan SDN Buwun Mas Sekotong Lombok Barat. Tidak hanya elemen untuk tenaga surya, Professor yang pernah bekerja untuk NASA ini juga membuat berbagai elemen untuk pembangkit lain seperti angin, air dan lain-lain. Untuk semua karyanya itu Prof. Chen telah mengantongi 180 hak paten.
Jika kita terus mengembangkan potensi energi baru terbarukan yang kita miliki saat ini. Maka di masa depan, listrik yang dipergunakan oleh masyarakat tidak lagi disupplai dari satu perusahaan saja, melainkan telah disiapkan oleh rumah penduduk itu sendiri dengan memanfaatkan sumber energi yang terdapat di sekitar kita.
Add new comment