Pembangkit Menciptakan Peluang Ekonomi Baru
WAINGAPU, KOMPAS — Pembangunan pembangkit listrik mikrohidro di Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, selama empat tahun terakhir menciptakan peluang ekonomi produktif. Penduduk yang selama ini bergantung pada ekonomi pertanian mulai meraih peluang dari sektor kerajinan.
Pembangkit listrik tenaga angin dengan 20 kincir terpasang di Kampung Kalihi, Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (25/10). Energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 20 rumah yang tidak terjangkau akses listrik PLN.
Pembangkit listrik tenaga angin dengan 20 kincir terpasang di Kampung Kalihi, Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (25/10). Energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 20 rumah yang tidak terjangkau akses listrik PLN.
Ada tiga pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH), satu pembangkit listrik tenaga angin dengan 20 kincir, dan satu pembangkit tenaga surya di Kahaungu Eti yang berpenduduk 1.800 jiwa. Saat ini, di kecamatan yang memiliki rasio elektrifikasi sekitar 95 persen itu sedang dibangun tiga PLTMH. Nantinya, PLTMH tersebut diproyeksikan untuk menopang kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri rumahan.
Salah satu PLTMH di Kahaungu Eti adalah PLTMH Mbakuhau berkapasitas 30 kilowatt. Pembangkit listrik itu bisa digunakan 334 keluarga. Kepala Desa Mbakuhau Umbu Windi Ndapangadung, Selasa (25/10), mengatakan, sejak PLTMH beroperasi empat tahun lalu, muncul beberapa kegiatan ekonomi baru. Kegiatan ekonomi tersebut di antaranya kerajinan tenun ikat, pembuatan mebel dan furnitur, serta bengkel sepeda motor.
"Dulu warga hanya mengandalkan pendapatan dari pertanian. Sekarang warga punya alternatif pendapatan lain. Listrik juga membuka kesempatan kami untuk berhubungan dengan komunitas luar dan mendapat pengetahuan baru karena bisa berkomunikasi menggunakan telepon seluler dan mendapat informasi dari televisi," kata Umbu Windi saat peninjauan PLTMH Mbakuhau yang difasilitasi Yayasan Bakti.
Kegiatan-kegiatan ekonomi baru tersebut sangat penting bagi Desa Kamanggih yang tidak punya sumber daya alam yang bisa digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Pertanian terkendala kondisi tanah yang tandus. Masyarakat harus terus tekun mencari jenis komoditas yang cocok untuk pertanian. Dukungan infrastruktur jalan juga kurang memadai. Kegiatan ekonomi yang baru itu bisa mendorong perekonomian warga.
PLTMH Mbakuhau dibangun pada awal 2011 dan beroperasi penuh pada akhir 2011 dengan bantuan dari Humanistichinstituut Voor Ontwikkelingssamenwerking (Hivos) bekerja sama dengan Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka).
Dijual
Ketua Koperasi Jasa Peduli Kasih yang mengelola PLTMH Mbakuhau, Umbu Hinggu Panjanji, mengatakan, sejak 2013, energi listrik yang dihasilkan PLTMH dijual kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pada musim hujan, hasil penjualan listrik ke PLN berkisar Rp 4 juta-Rp 5 juta. Sementara pada musim kemarau berkisar Rp 3 juta-Rp 4 juta karena debit air berkurang.
"Selama dua tahun, akumulasi pendapatan dari penagihan ke PLN mencapai sekitar Rp 100 juta. Untuk tahun ini, kami masih menunggu pembayaran," kata Umbu Hinggu.
Dana dari hasil penjualan listrik tersebut dijadikan modal untuk usaha simpan pinjam di koperasi dan membangun jaringan distribusi air bersih. Setiap bulan ada pemasukan sekitar Rp 25.000 per rumah tangga ke koperasi untuk konsumsi air bersih.
"Dengan dana yang terus beredar di desa, semakin banyak kegiatan ekonomi yang tercipta. Kami yakin, suatu saat nanti kami tidak saja akan mandiri energi, tetapi juga bisa menciptakan lapangan kerja yang makin banyak," kata Umbu Hinggu.
Pemilik usaha mebel dan furnitur di Mbakuhau, Matius Umbu Rongga, mengatakan, sebelumnya dirinya bekerja sebagai sopir angkutan barang dengan upah Rp 400.000 per bulan. Setelah tersedia energi listrik, mulai 2014, Matius membuka usaha mebel dan furnitur.
"Sekarang pendapatan bersih sekitar Rp 3 juta per bulan karena selalu ada pesanan. Saya merasa memang makin banyak peluang setelah ada listrik," kata Matius. (AHA)
Sumber : http://print.kompas.com/baca/ekonomi/energi/2016/10/26/Pembangkit-Mencip...