Sistem Irigasi Sederhana dan Efisiensi Penggunaan Air dalam Pengembangan Areal Budidaya Bawang pada Lahan Kering
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah provinsi dengan kondisi iklim semi kering dengan ketersediaan air yang terbatas selama musim kemarau panjang. Kondisi ini menyebabkan terkendalanya pembangunan pertanian NTT karena hanya satu kali musim tanam dalam satu tahun. Banyak usaha yang ditempuh oleh Pemerintah Provinsi NTT untuk meningkatkan perekonomian, khususnya melalui pengembangan sektor pertanian. Untuk menciptakan sistem pertanian lahan kering dengan perspektif agribisnis, maka dibutuhkan penerapan zona pengembangan tanaman hortikultura.
Departemen Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT telah melaksanakan program peningkatan produksi tanaman sayuran pada musim kemarau sejak awal tahun 2015. Program ini dikenal sebagai “Gerakan Tanam di Musim Kemarau” (Departemen Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, 2015). Untuk mengatasi ketersediaan air yang terbatas dan tingkat evapotranspirasi yang tinggi, Pemerintah Provinsi melaksanakan program pendampingan seperti pemasangan sistem irigasi sederhana yang memanfaatkan air sumur untuk mencukupi kebutuhan air pada tanaman.
Salah satu program hortikultura yang tengah dikembangkan oleh Departemen Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT adalah budidaya bawang di tiga lokasi, yaitu Kabupaten Kupang, Kabupaten Rote Ndao, dan Kabupaten Lembata. Sasaran dari program ini adalah peningkatan produksi, produktivitas, dan kualitas bawang secara berkelanjutan melalui implementasi Good Agricultural Practices (GAP).
Manfaat utama dari program ini adalah peningkatan kesejahteraan petani dari kegiatan agribisnis bawang. Dengan sistem irigasi sederhana, petani mampu mengairi lahan pertanian mereka sehingga dapat meningkatkan frekuensi budidaya bawang dengan masa tanam tiga kali dalam satu tahun (Narasumber: Lucky F. Koli).
Source: http://petuah.org/job/sistem-irigasi-sederhana-dan-efisiensi-penggunaan-...