Pakan Alternatif, Langkah Meningkatkan Penghasilan Masyarakat
Dari awal perjalanan menuju lokasi sosialisasi pengenalan bioslurry yang diadakan oleh konsorsium HiVOS – Yayasan Rumah Energi (YRE), hamparan kolam di setiap sudut menghiasi daerah ini. Lokasi Program GADING ini bertempat di dusun Bangle, Desa Pesanggerahan, Kec. Montong Gading, Lombok Timur Kolam yang ada tidak sekedar kolam dengan ukuran yang seadanya akan tetapi ukuran kolam di daerah ini sangat luas, ada yang ukuran 5 x 10 meter ada juga yang melebihi itu. Penghasilan utama masyarakat di wilayah ini sebagian besar bersumber dari kegiatan pertanian. Selain bertani masyarakat juga menaruh harapan dari budidaya ikan air tawar. Budidaya padi menjadi tanaman utama karena kebutuhan air yang tercukupi. Potensi air yang melimpah membuat kebanyakan petani mulai beralih dari petani padi menjadi petani ikan, bahkan teknik mina padipun banyak dipraktikkan, hampir semua petani melakukan teknik mina padi.
Ikan yang dihasilkan dari bermacam macam mulai dari nila hingga ikan carper. Para petani ikan yang ada di dusun ini tidak terkendala masalah pasar karena para pembeli mulai berdatangan ke lokasi dan bahkan sejak mulai melepas bibit sudah ada yang memesan.
Melihat luasan kolam yang ada di daerah ini dengan jumlah ikan yang harus dihasilkan berton-ton sehingga menimbulkan kekhawatiran baru. Masalahnya adalah mengenai harga pakan ikan yang semakin mahal dari hari ke hari. Menyikapi kondisi seperti ini, perlu ada solusi yang ditawarkan untuk menekan pengeluaran bagi petani dan ramah terhadap lingkungan, dan yang terpenting adalah petani ikan mudah dalam mengaplikasikan alternatif tersebut dengan bahan yang mudah didapatkan.
Alternatif yang ditawarkan adalah dengan menggunakan pakan alami dari tanaman yang kaya akan protein yang dibutuhkan oleh ikan, tanaman yang dimaksud adalah duckweed atau bahasa daerahnya (sasak) kembangaik. Menurut sebagian masyarkat yang belum mengenal manfaatnya, tanaman ini sering disebut gulma dan tidak jarang petani mengendalikan tanaman ini dengan menyemprotkan herbisida. Dengan memanfaatkan pakan alami yang ada disekitar kita menjadi alternatif sebuah terbosan baru guna menekan pengeluaran. Tanaman alternatif pengganti pakan pelet yang di beli masyarakat mempunyai kandungan protein 37,6 %.
Menurut salah satu petani ikan mengungkapkan ketika para peserta mengunjungi lokasi tempat budidaya ikan menuturkan bahwa kembangaik ini selain kaya protein juga bermanfaat bagi ikan yang mengalami stres. Stres pada ikan bisa ditimbulkan akibat pemindahan dan aktivitas pembersihan kolam. Dengan memberikan pakan alami ini bisa memulihkan keadaan ikan yang biasanya tidak ada nafsu makan menjadi pulih kembali.
Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kembangaik maka perlu ada solusi. Solusinya dengan mengkombinasikan antara ampas biogas (bioslurry) dengan tanaman kembangaik. Kenapa harus bioslurry? Pertanyaan ini dilontarkan oleh salah satu peternak ikan yang mengikuti kegiatan sosialisasi pengenalan teknik budidaya Duckweed dengan Bioslurry. Bioslurry selain meningkatkan pertumbuhan duckweed juga dapat menumbuh kembangkan Plankton yang ada di kolam, dengan kata lain satu kerja dua laba.
Sebelumnya, HiVOS dan YRE pernah mengadakan sosialisasi teknik budidaya dengan menafaatkan jaring apung. Sosialisasi yang diadakan pada tanggal 16 Agustus 2016 di Dusun Bangle, Desa Pesanggerahan, Kec. Montong Gading Lombok Timur ini sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Ini sebagai wujud nyata guna meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan sosialisasi ini juga dirangkaikan dengan kunjungan tim GADING dari berbagai wilayah diantarannya, NTT, Lombok, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Tujuannya untuk melihat langsung budidaya kembangaik yang dibudidayakan oleh petani dan mendengarkan langsung manfaat yang dirasakan oleh petani.