Menjadikan Laut sebagai Ladang Peningkatan Kesejahteraan

Anda di sini

Depan / Menjadikan Laut sebagai Ladang Peningkatan Kesejahteraan

Menjadikan Laut sebagai Ladang Peningkatan Kesejahteraan

Blue Carbon Consortium (BCC) yang merupakan kolaborasi antara Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB), Perkumpulan Pemberdayaan Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (YAPEKA) dan  Training and Facilitation for Natural Resources Management (TRANSFORM) telah bekerja sejak bulan September 2015 di Sumba dengan dukungan program Kemakmuran Hijau – Millenium Challenge Account Indonesia untuk Proyek Pengelolaan Pengetahuan Pembangunan Sumberdaya Pesisir Rendah Emisi telah melakukan pendampingan terhadap beberapa desa di Sumba. 

Salah satunya adalah Desa Pero Konda Kecamatan Kodi, Sumba Barat Daya. Bertempat di desa ini, pada Sabtu 10 Juni 2017 lalu, dilaksanakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Kewirausahaan Mandiri Perikanan yang difasilitasi oleh Qustam Sahibudin, Zainal Abidin, dan Muhammad Arsyad Al Amin dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain di desa Pero Konda, pelatihan yang sama juga dilakukan di Desa Weihura Kecamatan Wanokaka Kabupaten Sumba Barat pada tanggal 9 Juni 2017.

 

 

 

 

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan tentang kewirausahaan pada nelayan agar dapat memahami perhitungan ekonomi terhadap semua proses dalam usaha penangkapan ikan. Selain itu juga bertujuan untuk memantapkan rasa percaya diri nelayan agar yakin pada diri sendiri dan potensi yang ada sehingga mereka bisa berusaha memaksimalkan usaha yang mereka lakukan.” demikian penjelasan Muhammad Arsyad Al Amin sebagai Knowledge Management Manager BCC di sela-sela kegiatan tentang tujuan pelatihan ini dilakukan.

Kegiatan yang menghadirkan 29 peserta yang terdiri dari nelayan di desa Pero Konda  ini dibuka oleh Kepala Desa. Dalam sambutannya, kepala desa sangat berharap agar peserta dapat menyerap materi yang diberikan agar pemahaman peserta tentang perikanan dapat lebih terarah. Dengan pemahaman yang baik, kepala desa berharap, para nelayan di desa Pero Konda  dapat lebih maksimal dalam usaha-usaha mengelola hasil laut demi meningkatkan kesejahteraan.

Untuk meningkatkan rasa bangga pada diri sendiri dan pekerjaan yang sedang digeluti, materi diawali dengan mengajak peserta untuk lebih mengenal diri sendiri. Dengan mengenal potensi yang ada dalam diri sendiri diharapkan para peserta mampu menghargai diri mereka sendiri dan semua hal yang mereka lakukan termasuk sebagai nelayan. Sukses diri, diawali dengan mengenali potensi diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari jati diri yang dilakukan dengan proses memandang diri , mengenali diri, menemukan jati diri. Menemukan jati diri berarti menyadari, menghayati dan  memahami untuk apa manusia dilahirkan, apa makna dari kelahiran dan hidup manusia selanjutnya bagi kehidupan dan makna kehidupan itu sendiri bagi diri setiap orang.

 

 

Sekitar 80 % penduduk desa Pero Konda  adalah nelayan. Produk andalan mereka adalah cumi. Namun pengolahan cumi yang bisa mereka lakukan baru sebatas mengeringkannya dan mengirimkan ke luar pulau Sumba. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dari masyarakat yang bisa mengolah lebih dari itu adalah kendala yang ada di desa Pero Konda . Kebanyakan nelayan melaut dengan perahu-perahu kecil yang dibuat oleh warga Pero Konda sendiri sedangkan jaring-jaringnya masih dibeli di ibukota kabupaten.

Menjadi nelayan adalah pilihan yang tepat bagi masyarakat desa Pero Konda . Desa yang sebelah selatannya berbatasan dengan Samudra Hindia ini memiliki potensi laut yang menjanjikan sebagai nelayan. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya dari usaha penangkapan ikan, termasuk pemilik kapal ikan, orang yang melakukan penangkapan ikan di laut maupun di pantai.

“Sejak kecil saya sudah sering ikut orang tua ke laut. Jadi sampai sekarang sudah terbiasa dengan kehidupan sebagai nelayan. Sekarang musim sedang tidak bagus jadi hasilnya menurun. Kalau musimnya bagus, kami bisa dapat hasil ikan atau cumi-cumi yang banyak. Kalau ikan kadang bisa habis dijual tapi untuk cumi ya karena hasilnya sangat banyak yang bisa kami buat masih sebatas mengeringkan. Kami belum bisa bikin olahan cumi dalam bentuk lain.” kata Nurhayati Heder.

 

 

Ikan adalah satu di antara banyak makanan yang tidak tahan lama, oleh karena itu perlu penanganan yang benar sejak ditangkap sampai penyajian atau tempat pengolahan dan pasar ikan. Kerusakan atau pembusukan daging ikan terjadi karena adanya tiga penyebab utama, yaitu: enzymatis, oksidasi dan bakteri. Kesegaran ikan harus dipertahankan karena sebagai sumber makanan yang diperdagangkan baik di pasar lokal maupun ekspor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: menjamin kesehatan konsumen, memperpanjang daya simpan ikan, meningkatkan pendapatan karena harga ikan tergantung pada kesegaran ikan, (walaupun dikeringkan harus dari ikan yang segar dan dalam waktu yang tepat) serta mempertahankan penampilan yang menarik.

Dalam usaha penangkapan ikan, sering ada pemikiran dari orang awam bahwa menangkap ikan itu mudah, hanya tinggal menangkap apa yang sudah disediakan alam. Namun, ternyata tidak sesederhana itu. Untuk bisa menangkap ikan, ada banyak yang harus dipersiapkan dan tentu saja itu membutuhkan modal, selain manusia yang juga mempertaruhkan keselamatannya saat melaut. Nelayan  harus mempunyai pengetahuan dasar sebagai pelaut, terutama mengerti tentang keselamatan kapal, keselamatan alat penangkapan, keselamatan pribadi dan keselamatan hasil penangkapan.

 

Managemen Usaha Laut Untuk Kesejahteraan
Managemen dari kata “to manage” atau mengatur. Dalam hal ini yang diatur adalah organisasi (unit kapal ikan, kelompok nelayan, dan lain-lain). Nelayan tidak dapat bekerja sendiri, bekerja dengan orang banyak atau lebih dari satu orang akan lebih baik. Kemudian bekerja dengan alat juga lebih baik dibanding tanpa alat. Organisasi dengan administrasi yang baik perlu managemen dan pengaturan melalui tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol. Sasarannya agar kekayaan dan sumberdaya yang ada tidak berkurang, tetapi bertambah.

Dengan memahami managemen, maka nelayan perlu berpikir bahwa nelayan ke laut bukan sekedar mencari ikan tetapi mencari uang. Ikan pasti dapat, tetapi uang belum tentu jika hasil ikannya tidak sepadan dengan biaya yang telah dikeluarkan, yaitu modal: perahu dan alat tangkap, mesin dan perbekalan dan tentunya bagian atau gaji untuk nelayan (produksi x harga > biaya).
Agar memiliki manajeman yang baik, sebaiknya diupayakan ada koperasi sebagai bagian dari aktifitas bersama kelompok nelayan dan memiliki struktur kepengurusan yang jelas. Selain itu harus ada kesepakatan simpanan pokok dan wajib sebagai modal, ada kegiatan pendataan hasil penangkapan, serta ada kegiatan pengadaan barang dan kemitraan dengan pihak ketiga.

 

Agar hasil yang didapatkan maksimal dan tidak merugikan, maka nelayan harus menangkap peluang usaha di bidang perikanan. Peluang usaha merupakan respon seseorang, sekelompok orang, atau organisasi untuk memecahkan masalah yang ada di dalam masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan di lingkungan masyarakat, yang meliputi: pasar, komunitas, dan lain-lain. Peluang usaha yang bagus sangat penting untuk memulai bisnis agar dapat bersaing di kemudian hari.

Dalam mengevaluasi atau menilai peluang usaha, semuanya harus berhati-hati dan tidak boleh gegabah dan terkesan asal membuka usaha baru, tetapi harus memperhitungkan segala kemungkinan yang akan dihadapi. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menilai atau mengevaluasi peluang usaha diantaranya penetapan kelayakan usaha baru, analisis kelayakan teknis, analisis peluang pasar dan analisis financial.

Memulai usaha dalam bentuk usaha kecil akan memberikan pengalaman demi pengalaman dalam pengelolaan usahanya. Berdasarkan pengalaman setiap tahun dan analisis data yang terkumpul maka dengan mudah perusahaan berkembang menjadi perusahaan besar.

 

Sebelum pelatihan diakhiri, dilakukan juga analisis hasil usaha. Analisis ini bertujuan untuk mengkaji aliran uang yang terjadi dalam seluruh aktivitas perikanan dimulai dari menghitung modal yang dikeluarkan, perhitungan hasil penangkapan hingga dan biaya lainnya dan berakhir pada jumlah penerimaan yang diterima nelayan sebagai keuntungan bersih yang diperoleh dalam sebulan.

 

 

“Saya sudah lama jadi nelayan. Sampai sekarang masih juga dengan usaha itu. Pendapatan saya mungkin masih terbatas karena keterbatasan alat dan juga keterampilan dalam hal pengolahan hasil laut tapi saya sudah sekolahkan anak-anak saya bahkan hingga kuliah dari hasil melaut.” Kata ibu Hadija Hada dengan bersemangat.

“Pelatihan ini membuat saya berpikir tentang peluang-peluang usaha yang masih bisa dilakukan di desa ini.” sambungnya.

Dengan keterampilan yang baik dari seorang nelayan, kerja sama tim dalam kelompok atau koperasi, dan perencanaan bisnis yang matang maka kemungkinan hasil yang didapatkan juga akan maksimal. Melalui hasil yang maksimal itu tentu saja kesejahteraan masyarakat akan meningkat. **

Feedback
Share This: