FGD Konsorsium PETUAH di Sulawesi Barat

Anda di sini

Depan / FGD Konsorsium PETUAH di Sulawesi Barat

FGD Konsorsium PETUAH di Sulawesi Barat

Pada tanggal 21 Januari 2016, bertempat di Hotel D’ Maleo Mamuju, Konsorsium Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau (PETUAH) telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk Proyek Smart Land Use Management (SALUT) Di Sulbar. Kegiatan FGD yang dihadiri oleh SKPD-SKPD di lingkup pemerintah daerah Sulawesi Barat, Kabupatan Mamuju dan Mamasa ini bertujuan untuk melihat gap analisis (pengetahuan) yang dibutuhkan oleh pemda terutama Kabupaten Mamuju dan Mamasa, sehingga nantinya PETUAH akan berfokus pada kajian gab tersebut. Selain itu, FGD juga bertujuan untuk mengetahui program apa saja yang telah direncanakan dan dijalankan, serta untuk mengumpulkan pembelajaran dan pengetahuan lokal di tingkat daerah terkait dengan isu Pengelolaan Tata Guna Lahan.   

Dalam sambutan pembukaanya, Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Barat, Bapak Agussalim Tamadjoe, berharap agar tahun ini proyek MCA-I dapat segera terlihat, sejalan dengan keinginan Gubernur Sulawesi Barat. Beliau juga menekankan pentingnya peran dan keterlibatan pemerintah daerah demi terwujudnya program MCA-I di Sulawesi Barat.  

 

Dalam kesempatan ini, Prof Akbar Tahir, selaku Ketua Proyek SALUT menjelaskan fungsi dan peran UNHAS sebagai perwakilan PETUAH di Sulawesi Barat, yakni sebagai pihak yang menyiapkan pengetahuan, tools atau paket teknologi yang akan dimanfaatkan oleh windows lain. Ke depan UNHAS berada pada medium yang nantinya menjadi pusat media, keterampilan maupun perencanaan dalam rangka pemanfaatan pengetahuan hijau. 

Sebelum memulai diskusi, DR. Roland, salah seorang anggota tim SALUT menyampaikan enam agenda kerja Konsorsium PETUAH di Sulawesi Barat yang telah dideklarasikan pada pertemuan dengan Pihak Pemprov Sulbar, Pemda Mamuju, Pemda Mamasa dan Perwakilan MCA-I pada Bulan November 2015. Ke-enam agenda kerja tersebut adalah:
 

  • Melakukan pemetaan kapasitas kelembagaan pada level penerima manfaat, yang menjadi dasar dalam implementasi diseminasi pengetahuan hijau.
  • Melakukan identifikasi dan eksplorasi praktek cerdas (pengetahuan hijau) terbaik pertanian dan kehutanan, khususnya komoditas tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan dan pemanfaatan hasil hutan (kayu dan non-kayu).
  • Melakukan program peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pelaku praktek- praktek pertanian dan kehutanan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan rendah karbon.
  • Melakukan verifikasi pengetahuan hijau di desa terpilih pada tiap kabupaten.
  • Memberikan kontribusi dalam proses pengelolaan cerdas tataguna lahan
  • Mengembangkan pusat riset dan teknologi unggulan (Center of Excellence/CoE) Pengelolaan Lahan yang Cerdas (Smart Land Use Management/SALUT) di Universitas Hassanudin.

 

FGD kemudian dilanjutkan dengan mendengar tanggapan dan masukan dari SKPD-SKPD yang hadir. Sekertaris Dinas Kehutanan Prov. Sulbar menanyakan bagaimana desa yang terdapat dalam kawasan hutan. Langkah apa saja yang harus diprogramkan untuk menunjang dan memberdayakan masayarakat agar masayarakat tidak menggangu kelestarian hutan.
Dukungan apa yang bisa diberikan oleh program ini kepada Sekolah Lapang Ibu-ibu petani Kakao yang telah ada di beberapa Desa di kabupaten Mamuju.

Di akhir pertemuan, Prof Akbar menegaskan bahwa Konsorsium PETUAH tidak melaksanakan aktifitas fisik namun menyiapkan pengetahuan berupa paket teknologi serta pemanfaatan  teknologi lokal yang telah dikembangkan oleh masyarakat.  

Dalam sambutan penutupannya, Kabid. Fispra Bappeda, Bapak Aksan mengharapkan koordinasi akan terus berlanjut melaui media mailing list.

 

Feedback
Share This:

Kirim komentar

Plain text

  • Tidak ada tag HTML yang diperbolehkan.
  • Alamat web dan email otomatis akan diubah menjadi link.
  • Baris dan paragraf baru akan dibuat otomatis.
CAPTCHA
This question is for testing whether or not you are a human visitor and to prevent automated spam submissions.