Bersahabat dengan Alam - Praktik Pembuatan Pupuk Organik

Anda di sini

Depan / Bersahabat dengan Alam - Praktik Pembuatan Pupuk Organik

Bersahabat dengan Alam - Praktik Pembuatan Pupuk Organik

Hari sudah mulai sore ketika kami menuju desa Matalombu tepat seusai kegiatan diskusi dan pembukaan sekolah lapang berakhir di Aula Paroki Elopada selasa, 7 Maret 2017. Sempat salah jalan serta medan yang berat dan mengharuskan saya turun dari boncengan membuat kami tiba agak terlambat di lokasi. Ketika tiba di sana, kami langsung menuju ke lahan bapak Alex Umbu Nggoda yang menjadi tempat praktek pembuatan pupuk organik padat.

Dalam lokasi pembuatan pupuk tersebut, sudah ada beberapa anggota kelompok yang mulai mencincang bahan yang dibutuhkan seperti rumput-rumput yang ada di sekitar pohon kakao. Sementara anggota lainnya membagi diri unutk melengkapi bahan-bahan yang belum tersedia seperti batang pisang, kulit buah kakao yang telah rusak, kotoran kambing dan serbuk kayu. Semua bahan tersebut kecuali kotoran kambing dan serbuk kayu, dicincang oleh beberapa orang menggunakan parang menjadi potongan-potongan kecil.

 

 

Pembuatan pupuk organik padat itu di dampingi oleh bapak Joseph Edu Bha yang merupakan pendamping lapangan untuk kelompok Karya Adil di Desa Matalombu ini. Pak Joseph adalah ketua BK3D (Badan Koordinasi Kredit Daerah ) Sumba, salah satu lembaga yang menjadi anggota dalam Konsorsium Wee Padalu Sumba Barat Daya, penerimah hibah Pengelolaan Sumberdaya Daya Berbasis Masyarakat dari MCA Indonesia. Pendampingan sudah dilakukan oleh Pak Joseph sejak bulan Juni 2016 dengan diawali survei awal untuk menyesuaikan data yang telah ada lebih dahulu dengan kondisi di lapangan pada tanggal 15-30 Juni 2016. Setelah melakukan telaah ulang data, proses pendampingan pun dimulai dengan pembuatan pupuk menggunakan EM4 (Effective Microorganisme 4).

Praktek pembuatan pupuk yang dilakukan saat ini berbeda dengan praktek pembuatan pupuk sebelumnya. Sebelumnya mereka menggunakan EM4 namun saat ini menggunakan MOL. Selain itu cara mencampur bahannya berbeda, sebelumnya bahan-bahan dicampur dengan diaduk seperti layaknya mencampur semen dan pasir, namun saat ini bahan-bahan akan dibuat berlapis-lapis dengan urutan tertentu.

 

 

Urutan lapisan dalam pembuatan pupuk organik ini adalah pupuk kandang, kulit kakao, daun-daun, batang pisang, serbuk kayu, daun-daun yang masih tersisa dan serbuk kayu yang masih tersisa lalu terakhir dilapisi dengan pupuk kandang. Yang perlu diingat, setiap lapisan harus diselingi dengan menaburkan pa’u atau dedak serta menyiramkan mol yang sudah dicampur dengan 10 liter air dan 0,5 kg gula pasir dalam sebuah wadah atau ember. Gula ini berfungsi sebagai makanan bagi mikroorganisme yang terdapat pada ramuan mol. Mengapa pupuk kandang harus berada paling dasar? Karena pada pupuk kandang sudah terdapat mikroorganisme yang aktif.

Setelah semua bahan disusun berlapis-lapis, bahan-bahan tersebut lalu ditutup rapat dengan terpal yang sudah lebih dulu dibentangkan di dasar dan dibiarkan selama 5-7 hari lalu dibalik dengan menukar posisi. Lapisan paling bawah akan menjadi lapisan atas. Hal ini bertujuan untuk membuat lapisan paling bawah juga mendapat oksigen yang cukup untuk berproses. Pembalikan ini dilakukan selama sebulan setiap 5-7 hari sekali. Selama sebulan itu, bahan-bahan tersebut harus berada di tempat yang sejuk dan terhindar dari matahari karena itu perlu ditempatkan di bawah pohon-pohon yang rindang. Namun berbeda degan panas matahari, hujan yang turun akan memberikan dampak yang baik bagi proses pembuatan pupuk tersebut karena akan memberikan suhu yang lembab pada bahan-bahan tersebut.

Takaran yang digunakan dalam pembuatan itu akan manghasilkan 500 kg pupuk padat. Untuk meningkatkan hasil panen, pupuk padattersebut bida digunakan sebanyak 3-5 kg pada setiap pohon kakao yang berusia 3 tahun dengan cara membuat lubang di sekeliling pohon dan menaburkan pupuk tersebut mengikuti lubang tersebut. Idealnya perbandingan bahan-bahan pembuatan pupuk adalah 50% adalah pupuk kandang, sementara 50 % sisanya adalah bahan-bahan lainnya yang disiapkan dengan perbandingan seimbang.
Selain menghasilkan pupuk berkualias dengan biaya rendah, pembuatan pupuk seperti ini juga bermanfaat untuk membersihkan kebun. Daun-daun dan semak yang digunakan sebagai salah satu lapisan pupuk tersebut adalah daun-daun dan semak yang terdapat di sekitar pohon kakao.

 

 

Seperti halnya pupuk kimia, pupuk organik yang dihasilkan juga mengandung zat-zat yang dibutuhkan setiap tumbuhan untuk bertumbuh dengan baik dan sehat. Jadi tanpa merusak lingkungan dengan bahan-bahan kimia, pupuk organik pun mampu menghadirkan unsur nitrogen, fosfat dan kalium melalui bahan-bahan yang terdapat di alam. Kandungan nitrogen diperoleh dari daun hijau dan rumput-rumput yang di kumpulkan dari sekitar tanaman kakao. Kandungan fosfat diperoleh dari batang pisang dan isi dalam kakao yang telah rusak yang biasanya dibuang di sekitar pohon kakao. Sedangkan kandungan kalium ada di dalam serbuk kayu yang digergaji atau pun jerami (jika ada jerami) dan pupuk kandang. Sementara MOL berfungsi untuk menghadirkan mikroorganisme yang akan menguraikan bahan-bahan tersebut menjadi pupuk. Adapun fungsi gula dan pau atau dedak adalah sebagai makanan untuk mikroorganisme tersebut.  MOL yang digunakan dalam kelompok ini merupakan mol yang diproduksi sendiri oleh kelompok Karya Adil.

Kelompok tani kakao Karya Adil merupakan kelompok yang mekar dari kelompok tani Karya Adil 1. Awalnya nama kelompok ini adalah Karya Adil 2, namun setelah Karya Adil 1 bubar maka kelompok ini memutuskan menggunakan nama Karya Adil dan diketuai oleh ibu Marlince Ballu. Salah satu keistimewaan kelompok ini adalah tingginya keterlibatan perempuan yakni 19 orang perempuan dan 3 laki-laki. Kenyataan ini tidak mengurangi semangat kerja mereka, bahkan sang ketua sama sekali tidak terlihat lelah saat melakukan praktek pembuatan pupuk padat ini padahal beliau baru saja kembali dari mengikuti kegiatan diskusi dan pembukaan sekolah lapang yang diadakan di Aula Paroki Elopada.

Kelompok Karya Adil yang sudah didampingi oleh bapak Joseph Edu Bha telah memproduksi 4 ton pupuk padat, 45 liter pupuk cair dan 130 liter MOL. Kedepannya bapak Joseph berharap proses pembuatan pupuk organik di kelompok Karya Adil sudah lebih mandiri. Bapak Joseph berharap agar saat pembuatan pupuk berikutnya beliau tidak perlu lagi mendikte semua hal yang perlu dilakukan para petani kakao untuk membuat pupuk.

Aktivitas pertanian organik yang terjadi di kelompok Karya Adil telah menjadi inspirasi bagi beberapa petani di luar anggota kelompok. Melihat pencapaian yang diperoleh kelompok Karya Adil, beberapa petani kakao dari luar kelompok tertarik untuk belajar pertanian organik. Kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh kelompok Karya Adil. Belajar bersama dan berbagi ilmu merupakan hal positif yang ingin terus mereka jaga.

 

Bapak Martinus Bulu Lende, salah satu dari beberapa  petani yang datang belajar bersama kelompok Karya Adil mengatakan sangat bersyukur karena diijinkan untuk belajar bersama. “Saya mau belajar bersama kelompok ini karena saya lihat bagus sekali. Saya jadi tertarik juga untuk membuat pupuk organik.” Katanya di sela-sela mencincang batang pisang yang menjadi salah satu bahan pembuatan pupuk.

 

 

Selain mengajarkan cara pembuatan pupuk, bapak Joseph juga melakukan beberapa praktek langsung dilapangan untuk memangkas. Menurut beliau  pohon kakao yang baik adalah pohon kakao yang berbuah hingga batang pokok pohonnya. Untuk menghasilkan buah yang banyak, pohon kakao harus dipangkas dan meninggalkan tiga cabang saja karena itu, pemilik lahan perlu melihat dengan baik potensi setiap cabang sebelum memutuskan untuk memangkas cabang lainnya. Selain mempraktekkan tentang cara memangkas, pak Joseph juga mengajarkan hal-hal yang kurang dipahami petani dalam kelompok itu, misalnya pentingnya perlindungan pohon dari ternak. Ternak milik petani yang dibiarkan lepas begitu saja kadang memakan atau menguliti batang tanaman kakao. Akibatnya, kuantitas buah pohon kakao akan berkurang karena bakal buah tidak akan muncul pada bagian yang kulitnya termakan ternak. Untuk mengembalikan pohon kakao tersebut seperti semula dan dapat menghasilkan buah lagi memebutuhkan waktu sekitar tiga tahun. Selain itu, bapak Joseph juga berpesan agar ketika memanen buah kakao, beberapa kakao di bagian ujung pohon sekitar pucuk dibiarkan saja sebagai makanan hama. Menurut bapak Joseph, hama juga bagian dari alam dan tidak perlu disemprot dengan bahan kimia, karena kalau disemprot seperti itu, bukan hanya hama yang hilang melainkan banyak hal negatif yang akan timbul dan merugikan kakao.

Keyakinan bahwa pupuk kimia pun bagian dari ‘ajaran sesat’ di dunia pertanian membuat bapak Joseph selalu mengajak semua petani untuk  bersahabat dengan alam.**

Feedback
Share This: